Salin Artikel

Fakta Hujan Es di Aceh Tengah, dari Setahun Sekali Terjadi, hingga Rumah Warga dan Kebun Kopi Rusak

KOMPAS.com - Fenomena hujan es yang terjadi di Kabupaten Aceh Tengah pada musim kemarau karena terjadi hujan lokal, sementara di wilayah lain di Aceh sedang terik dan panas.

Bahkan, tujuh kabupaten di Aceh saat ini sedang terjadi kebakaran hutan dan lahan seluas 90 hektare.

Akibat peristiwa hujan es yang melanda lima kampung di Kecamatan Jagong Jeget, Kabupaten Aceh Tengah pada Minggu merusak beberapa jenis tanaman warga dan juga seng atap rumah serta parabola.

Berikut fakta hujan es yang terjadi di Aceh Tengah, dari mulai musiman hingga merusak rumah dan perkebunan warga.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Aceh, Zakaria memberikan penjelasan terkait hujan es di Aceh Tengah yang terjadi saat kemarau ini.

Menurut Zakaria, hujan es biasanya terjadi di satu daerah yang sangat lokal dan dengan durasi yang singkat dengan durasi waktu antara 7 hingga 12 menit, karena syarat terjadinya hujan es itu akibat adanya awan Cumulonimbus (CB) yang sangat susah diprediksi.

"Hujan es sama seperti terjadinya angin puting beliung, keduanya terjadi akibat adanya awan Cumulonimbus," katanya, Minggu.

Hujan es terjadi lantaran ada awan CB dengan tinggi dasar awan yang sangat dekat dengan permukaan tanah dan di bawah awan, suhu udaranya sangat dingin.

Dengan demikian, awan CB yang merupakan kristal yang mulai jatuh sebagai hujan akibat dorongan angin kencang dari awan CB tidak sempat mencair.

Sehingga, di bawah permukaan awan juga dingin sehingga butir es tersebut jatuh ke permukaan tanah.

Hujan disertai angin kencang melanda sejumlah desa di Kecamatan Jagong Jeget, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Minggu siang.

"Hujan es ini terjadi sekitar pukul 14.15 WIB, sekitar 10 menit, ketika saya baru pulang ke rumah karena ada urusan di luar. Hujan es ini datang sekalian dengan angin kencang," kata Suprihono (42).

Dijelaskannya, hujan es berbentuk bulat sebesar ukuran kelereng atau ukuran jari orang dewasa itu biasa terjadi setahun sekali setiap ada perubahan cuaca.

"Biasanya cuaca ekstrem seperti ini terjadi karena perubahan cuaca atau musim, sudah beberapa hari ini, di tempat saya cuaca kalau pagi terasa sangat dingin," lanjut Supriono, yang juga seorang penyuluh pertanian tersebut.

Suprihono menuturkan, hujan es datang bersamaan dengan angin kencang selama durasi kurang lebih 10 menit.

Hujan es sebesar kelereng tersebut merusak tanaman warga, kebun seperti cabai, bawang merah, terutama sumber penghasilan warga, yakni tanaman kopi arabika.

"Sudah pasti hujan es ini menyebabkan daun kopi rontok, demikian bunganya yang seharusnya jadi buah, dan akan mempengaruhi produksi ke depan," kata Suprihono, yang juga pegawai penyuluh pertanian tersebut, Minggu.

Bukan hanya itu saja, hujan es ini juga menyebabkan sejumlah seng rumah warga yang terdampak hujan es rusak.

"Tadi saya lihat ada atap seng rumah warga bolong karena es yang jatuh itu, memang seng atap rumahnya sudah tua," ujarnya.

Selain tanaman dan atap, parabola rumah warga juga mengalami kerusakan.

Hal itu karena butiran es seukuran kelereng atau kuku jari orang dewasa jatuh di atas alat penangkap siaran televisi itu.

"Parabola saya berlubang, karena memang butiran es yang jatuh saat hujan itu besar-besar," sebutnya.

Ditambahkannya, sejumlah petugas Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat sudah datang ke lokasi untuk mendata dampak dari bencana alam yang biasanya terjadi setahun sekali tersebut.

"Tim Tagana sudah turun langsung ke lokasi," pungkas Suprihono.

Sumber KOMPAS.com (Iwan Bahagia, Raja Umar)

https://regional.kompas.com/read/2019/07/08/16563901/fakta-hujan-es-di-aceh-tengah-dari-setahun-sekali-terjadi-hingga-rumah-warga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke