Salin Artikel

Keluarga Thoriq: Yang Penting Ketemu...

SIDOARJO, KOMPAS.com - Suasana duka sangat terasa di rumah keluarga besar almarhum Ustaz Hasan Amin dan Marifatin, di Dusun Nyamplong, Desa Wonokalang, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo, Minggu (7/7/2019) pagi. 

Rumah tersebut adalah rumah kakek dan nenek dari Thoriq Rizky Maulidan (15), pendaki Bukit Piramid Bondowoso yang hilang pada Senin (24/6/2019) lalu, hingga akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, pada Jumat (5/7/2019).

Di rumah itu, jenazah Thoriq sempat disemayamkan dan disholatkan, sebelum dikebumikan di pemakaman umum Dusun Nyamplong, Desa Wonokalang, Minggu (7/7/2019) dini hari.

Thoriq merupakan anak kedua dari pasangan Arif Subagio - Nurul Habibah, dimana Habibah adalah putri almarhum Ustaz Hasan Amin dan Marifatin. Selama ini, Arif dan keluarganya tinggal di Desa Sukowiryo, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.

M. Atiq, salah satu kerabat Habibah di Sidoarjo mengungkapkan, dia mengetahui ada salah satu kerabatnya hilang saat turun dari pendakian Bukit Piramid Bondowoso dari pemberitaan televisi. Untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan, dia segera menghubungi keluarga yang lain.

"Awalnya tahu dari berita TV ada anak hilang waktu mendaki. Terus, waktu disebut nama orangtuanya dan alamatnya Bondowoso, saya kok merasa kenal. Akhirnya saya cek ke keluarga yang lain," katanya saat ditemui di rumah duka, di Dusun Nyamplong Desa Wonokalang, Sidoarjo.

Kabar hilangnya Thoriq membuat keluarga besar di Sidoarjo khawatir. Mereka pun terus mengikuti kabar perkembangan pencarian putra kedua Arif Subagio - Nurul Habibah itu setiap saat.

"Keluarga di sini terus menunggu bagaimana perkembangannya, ya sampai Jumat kemarin, saat ditemukan," ujar M. Atiq.

Paman Thoriq, M. Ali mengatakan, waktu memperoleh kabar keponakannya dinyatakan hilang saat turun dari pendakian Bukit Piramid, keluarga di Sidoarjo turut cemas. Apalagi, proses pencarian memerlukan waktu berhari-hari.

Penantian panjang terkait kabar keponakannya, berakhir pada Jumat (5/7/2019) lalu. Menurut Ali, perasaan sedih menggelayuti seluruh keluarga saat dipastikan bahwa Thoriq ditemukan dalam kondisi sudah meninggal dunia.

"Kami sedih setelah mendapat kepastian (kematian Thoriq) itu. Tetapi kami lega karena (jenazah) anaknya ditemukan dan bisa dimakamkan," kata Ali.

Menurut Ali, perjuangan para relawan yang melakukan pencarian selama 12 hari pantas diberi apresiasi. Ditemukannya jenazah Thoriq, diyakini olehnya bisa mengurangi kesedihan orang tuanya.

"Kami khawatir kalau tidak ketemu. Untung bisa ketemu dan dimakamkan disini, dekat kakek dan neneknya," ujar Ali.

Yang  penting (jenazah) ketemu

Sementara itu, saat Kompas.com bertandang ke rumah duka, terlihat banyak tamu yang datang secara bergiliran untuk menyampaikan bela sungkawa. Kedatangan para tamu disambut kedua orang tua Thoriq beserta kerabat dekatnya.

"Mari, silakan duduk," ujar ayah Thoriq, Arif Subagio saat menerima kedatangan Kompas.com di rumah duka, Minggu (7/7/2019) pagi. 

"Saya ayahnya. Itu istri saya, ibunya Thoriq," lanjut Arif, sambil menunjukkan sosok perempuan berjilbab di dalam rumah yang sedang menerima sejumlah tamu.

Sembari menyodorkan minuman, Arif mengaku tak mampu bercerita lebih banyak soal anaknya. Dalam kesempatan itu, dia hanya ingin menyampaikan permintaan maaf dan berharap bantuan doa untuk anaknya. 

Hal yang sama disampaikan Nurul Habibah, saat menemui Kompas.com di sela-sela menyalami dan menemui para tamu yang terus datang secara bergantian.

"Terima kasih sudah kesini. Doakan anak kami," katanya.

 "Yang penting (jenazah) ketemu, sekarang sudah dimakamkan. Kami berharap pemberitaan tentang anak kami bisa segera selesai," lanjut Habibah sesaat sebelum Kompas.com meninggalkan rumah duka.

https://regional.kompas.com/read/2019/07/07/17493771/keluarga-thoriq-yang-penting-ketemu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke