Salin Artikel

Ratusan Hektar Sawah di Wilayah Penyangga Bandara Kertajati Kekeringan

Lahan tanaman padi yang kekeringan seluas 284 hektar dan tersebar di wilayah perbatasan Sumedang-Majalengka. Tepatnya di Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat (Jabar).

Ratusan hektar sawah yang mengalami kekeringan ini tersebar di sejumlah desa di wilayah Kecamatan Ujungjaya.

Ketua Kelompok Tani Patok Desa Sukamulya Kecamatan Ujungjaya Sukendar mengatakan, biasanya kekeringan terjadi pada musim tanam padi ketiga (antara Agustus sampai Septemper).

Namun, tahun ini mulai musim tanam padi kedua sudah mulai dilanda kekeringan. Kondisi ini sudah terjadi sejak pertengahan Mei.

"Hujan terakhir terjadi hari ke lima Bulan Ramadan. Dan hingga saat ini hujan tidak ada lagi. Akibatnya, tanaman padi di musim tanam kedua ini sudah kekeringan," ujarnya kepada Kompas.com, di Kecamatan Ujungjaya, Kamis (20/6/2019).

Fenomena alam yang meresahkan

Sukendar menuturkan, petani di wilayahnya menanam padi sesuai jadwal yang dilakukan tiap tahun. Dan, tidak menyalahi aturan musim tanam yang biasa dilakukan.

"Ini merupakan fenomena dan cukup meresahkan petani. Fenomena ini terjadi terakhir kali pada tahun 2015, kekeringan terjadi mulai bulan Mei hingga Juni," ujarnya.

Dengan kondisi ini, kata dia, petani yang tergabung di kelompoknya terus berupaya untuk mengairi sawah. Namun, tidak bisa berbuat banyak karena ketiadaan sumber air.

Adapun, kata Sukendar, upaya yang telah dilakukan mulai dari memperbaiki sumur pantek, menyedot air dari Sungai Cimanuk dan Sungai Cipelang, dan upaya lainnya.

"Kami juga sudah mengeluhkan hal ini ke pemerintah (Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang) agar tanaman padi bisa kami panen," ucapnya.

Kekeringan di 6 desa

Petugas Pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT) UPT Dinas Pertanian Sumedang wilayah Kecamatan Ujungjaya Hikmat Sumantri menyebutkan, umur tanaman padi antara 30-70 hari setelah tanam.

Dengan luas tanaman padi di Kecamatan Ujungjaya pada musim tanam ini mencapai 2.426 hektar.

"Untuk kebutuhan air 1200 liter/detik, tapi saat ini, sumber air yang tersedia hanya ada 385 liter/detik," sebutnya.

Dengan kondisi ini, kata Hikmat, luas lahan tanaman padi yang mengalami kekeringan mencapai 284 hektar.

Hikmat menambahkan, lahan padi kekeringan terdapat di sejumlah desa.

Meliputi, Desa Keboncau seluas 105 hektar dengan kategori ringan. Desa Palabuan seluas 65 hektar dengan kategori ringan.

Lalu, di Desa Sukamulya seluas 7 hektar dengan kategori ringan 2 hektar dan 5 hektar sedang.

Kemudian di Desa Kudangwangi seluas 20 hektar dengan kategori ringan.  Desa Sakurjaya seluas 7 hektar dengan kategori ringan.

Desa Cibuluh sebanyak 80 hektar dengan kategori ringan 50 hektar dan 30 hektar kategori berat.

Manfaatkan sumur pantek dan aliran sungai

Hikmat menambahkan, pihaknya menyarankan petani untuk memperbesar debet air di Sungai Cipelang dari Bendungan Peueung Desa Babakan Asem, Kecamatan Conggeang.

Selain itu, petani juga disarankan untuk memanfaatkan sumur pantek di lahan sawah.

"Satu sumur pantek dapat mengairi 0, 25 hektar lahan sawah dalam sehari semalam," ucapnya.

Upaya lainnya, kata Hikmat, yaitu dengan cara memanfaatkan sumber air dari Sungai Cimanuk dan Sungai Cipelang.

Di mana, air disedot menggunakan pompa air dengan kapasitas mengairi sawah 15-20 hektar. 

"Tapi untuk penggunaan pompa air terkendala biaya, karena tiap 24 jam diperlukan 20 liter solar untuk mengairi sawah," katanya. 

https://regional.kompas.com/read/2019/06/20/14122121/ratusan-hektar-sawah-di-wilayah-penyangga-bandara-kertajati-kekeringan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke