Salin Artikel

Kisah Tamin, Kayuh Sepeda Ratusan Kilometer untuk Mudik dari Bandung ke Gunungkidul

Saat ditemui Kompas.com di Masjid Al Huda, Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Tamin baru saja selesai mandi. Setelah berganti baju dan merapikan diri, dia mulai bercerita jika berangkat dari Bandung dengan mengayuh sepeda sejak Jumat (31/5/2019) lalu.

Menggunakan sepeda merk Federal yang catnya sudah kusam dan mengelupas di beberapa bagian, dirinya ingin kembali ke kampung halamannya yang sudah ditinggalkan sejak tahun 1991 silan.

Barang bawaan Tamim seperti baju, peralatan pribadi hingga air minum diletakkan di bagian depan dan belakang sepeda kayuh warna biru miliknya. Untuk keamanan, sepeda tersebut juga dilengkapi dengan lampu penerang sehingga saat bersepeda malam hari terlihat oleh pengguna kendaraan lainnya.

Di bagian depan ada kertas yang bertuliskan "Gowes Mudik ke-11 Bandung - Bendung (Semin Gunungkidul 31-03 Juni 2019."

"Saya banyak berjalan malam untuk menghindari panas," ujarnya Senin (3/6/2019).

Selama perjalanan mudik dengan mengayuh sepeda, Tamim mengaku tidak sekali pun ia meninggalkan puasa.

Ada trik khusus selama mengayuh ratusan kilometer agar tidak membatalkan puasa, salah satunya jika sudah lelah dirinya akan beristirahat di posko mudik terdekat atau masjid sambil menjalankan ibadah.

Dia menargetkan hari ini tiba di kampung halamannya.

Pedagang makanan di wilayah Jawa Barat ini mengaku memiliki hobi bersepeda sejak lama. Bahkan ia sudah 11 kali pulang ke kampung halamannya dengan mengayuh sepeda, yakni lima kali saat mudik lebaran dan enam kali saat pulang liburan.

"Selama mengayuh sepeda intinya jangan sampai membatalkan puasa. Tantangannya hanya satu, jangan keluar keringat banyak," katanya.

"Awalnya dulu sebelum mudik, latihan menanjak selama tiga bulan. Tadi nanjak kelihatan agak lambat karena lemes saja," ucapnya.

Tamin mengaku ada kesenangan tersendiri yang didapat selama mudik dengan mengayuh sepeda. Seperti saat berbuka, dia merasakan kenikmatan luar biasa.

Tamin mudik dengan mengayuh sepeda seorang diri, sementara isri dan dua orang anaknya sudah terlebih dahulu pulang menggunakan kereta api.

Saat akan melanjutkan perjalanan, Tamin menyempatkan diri menyapa beberapa orang warga yang mengenalnya. Beberapa orang tampak menyalami pria ramah ini.

"Di sini (Masjid Al Huda) sudah biasa mampir jadi kenal baik," katanya.

Menggunakan penutup muka berwana hitam dan topi, Tamin kembali mengayuh sepedanya untuk mudik menemui orang-orang tercintanya di kampung halaman.

Kompas.com sempat mengikuti perjalanan Tamim di Jalan Yogyakarta-Wonosari. Di beberapa tanjakan tampak dia mengoper ke pedal yang rendah  sehingga kayuhan sedikit pelan. Namun ritme mengayuh tergolong konstan. Beberapa kendaraan bermotor yang menyalip pun tampak memberikan semangat pada Tamim

Dari informasi, Tamin tiba di rumahnya sekitar pukul 18.30 WIB disambut ibu kandungnya di Dusun Ndawe, Desa Bendung, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Jawa Tengah.

https://regional.kompas.com/read/2019/06/03/19563031/kisah-tamin-kayuh-sepeda-ratusan-kilometer-untuk-mudik-dari-bandung-ke

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke