Salin Artikel

Mudik Sepeda Motor, Mengapa Tidak Dianjurkan?

Bersama keluarga atau kerabat, mereka akan meninggalkan kota rantau dan menuju ke rumah orangtua di kampung halaman.

Berbagai opsi perjalanan menuju kampung halaman tersedia dan bisa dipilih oleh para pemudik. Misalnya, pemudik dapat menggunakan kendaraan umum berupa pesawat, kereta, bus, kapal, atau kendaraan pribadi dengan pilihan mobil atau sepeda motor.

Dari sekian banyak pilihan moda transportasi mudik, terdapat satu kendaraan yang sebenarnya tidak disarankan. Namun, kendaraan itu selalu diminati setiap tahunnya, yaitu mudik menggunakan sepeda motor.

Diminati

Dari tahun ke tahun, melakukan perjalanan menggunakan sepeda motor masih menjadi pilihan banyak pemudik untuk menuju daerah asalnya.

Terbukti, catatan yang dimiliki Kementerian Perhubungan menunjukkan angka pemudik motor dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.

Misalnya, pada 2014, terdapat 1,4 juta unit sepeda motor yang digunakan untuk mudik ke kampung halaman. Tahun 2015, ada 2,52 juta unit; pada 2016 terdapat 5,6 juta unit; pada 2017 ada 6,4 juta unit.

Namun, pada 2018 menunjukkan sedikit penurunan jumlah motor yang digunakan untuk mudik yang berkurang sekitar 1.700 unit.

Pada musim mudik kali ini pun, pemudik sepeda motor masih banyak terlihat memadati jalanan.

Berbagai alasan dikemukakan mengapa pemudik lebih memilih menggunakan sepeda motor untuk melakukan perjalanan mudik.

Sebagian besar menyatakan mudik menggunakan sepeda motor memiliki sensasi tersendiri, lain dengan menggunakan kendaraan umum atau mobil pribadi.

Salah satu yang menyatakan hal ini adalah akun @antonyakbar19 melalui Twitter.

“Kali pertama ngerasain mudik pake motor desek-desekan, panas-panas, ditambah perang klakson. Seru!” tulisnya.

Alasan lain, mudik menggunakan sepeda motor juga dianggap lebih efisien secara waktu dan juga ekonomis.

Body sepeda motor yang ramping membuat pengendaranya bisa menerobos kemacetan yang biasa terjadi di musim mudik. Hal ini tentu bisa mempersingkat waktu perjalanan, dibandingkan jika menggunakan bus umum atau mobil pribadi.

Biaya yang diperlukan juga terbilang jauh lebih sedikit dibanding pengguna mobil pribadi. Pemudik motor hanya perlu mengeluarkan uang untuk membeli bahan bakar, tidak ada biaya tol, dan sebagainya.

Tetap hindari mudik dengan motor

Meskipun begitu, pemerintah dan kepolisian selalu mengimbau para pemudik untuk tidak menggunakan sepeda motor menuju kampung halaman yang jaraknya bisa ratusan kilometer.

Imbauan ini disampaikan berulang kali setiap tahunnya mendekati musim mudik yang biasa mulai terjadi sekitar H-7 Lebaran

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi misalnya, mengeluarkan imbauan ini karena memperhatikan alasan keselamatan.

"Orang kita ini kebanyakan senang mudik pakai motor, tapi saya imbau jangan karena berbahaya," kata Menhub pada 10 Mei 2019.

Selain itu, imbauan juga disampaikan oleh pihak kepolisian. Kabag Ops Korlantas Polri Kombes Pol Benyamin mengeluarkan imbauan serupa, meskipun ia menyadari tidak bisa mencegah pemudik yang sudah bulat untuk mengendarai sepeda motor saat mudik.

"Kami imbau pemudik tidak usah menggunakan motor. Tapi ini sifatnya imbauan. Masyarakat punya hak untuk mudik dengan motor mereka. Walaupun motor bukan dirancang untuk bepergian jauh, tapi mudik di masyarakat kita sudah budaya," kata Benyamin kepada Kompas.com pada16 Mei 2019.

Data Polri menunjukkan pada musim mudik 2018 terdapat lebih dari 1.300 kecelakaan di jalur mudik ataupun non jalur mudik yang melibatkan sepeda motor.

"Sementara, korban meninggal saat mudik karena kecelakaan berjumlah 193 orang. Angka ini memang menurun daripada periode 2017, yakni mencapai 478 orang," kata Menhub Budi Karya pada 24 April 2019.

Angka itu mendominasi kasus kecelakaan yang terjadi dalam arus mudik dan balik Lebaran tahun lalu.

"Tingkat kecelakaan sepeda motor mencapai 70 persen saat mudik. Tidak hanya kecelakaan, macet juga disebabkan oleh motor," tuturnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/06/01/15150021/mudik-sepeda-motor-mengapa-tidak-dianjurkan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke