Salin Artikel

Kisah Dariyanti, Hidup Sebatang Kara dengan Stroke hingga Alami 2 Kali Mati Suri

Meski suaranya sedikit agak cadel dan sulit dipahami, namun dia mempersilahkan kompas.com yang didampingi Surati, tetangganya, masuk kerumahnya yang tertutup pintu kere (pintu membuka keluar yang tingginya separuh pintu utama).

Dariyanti (50), pemilik rumah, berusaha bangun dari dipan kayu yang berserakan beberapa pakaian, bungkusan makanan kering dan botol makanan.

Di samping dipannya terdapat meja kaca yang bagian bawahnya telah dipenuhi sarang laba laba, diatasnya tergeletak mie kering dan kardus bingkisan Lebaran.

Warga sekitar biasa memanggil dengan sebutan Wawuk. Jalannya memang tak lagi sempurna. Sejak jatuh di rumah bagian belakang yang difungsikan sebagai kamar mandi, Dariyanti berjalan agak pincang.

Warga menduga Dariyanti menderita serangan stroke ringan. Tinggal sebatang kara dengan kondisi terserang stroke membuat kondisi rumah Dariyanti sangat memprihatinkan.

“Jatuh mau mandi kemarin. Punggung saya suka sakit,” ujarnya terbata-bata kurang jelas.

Ditinggal ibu dan kakak secara mendadak

Di rumah dari berdinding kayu tersebut sebelumnya Dariyani tinggal bersama ibu dan kedua saudaranya.

Surati, salah satu tetangga Dariyanti mengatakan, ayah Dariyanti telah lama meninggal. Dariyanti tinggal sendiri sejak Kakak dan ibunya mengalami kecelakaan tersengat listrik saat mengambil jemuran pada tahun 2016 lalu.

“Yang tersengat itu Genti saat ambil jemuran, ibunya mau menolong tapi malah keduanya meninggal,” ujarnya.

Mengetahui ibu dan kakaknya meninggal, Budi, anak paling bungsu, kemudian mengalami gangguan kejiwaan. Hingga saat ini tidak diketahui keberadaan Budi.

Sejak saat itu Dariyanti hidup sebatang kara dengan berharap kebaikan tetangga untuk kebutuhan makan.

“Sebelum kena stroke Wawuk ini kalau pagi bersih bersih sama jalan jalan di sekitar sini. Kadang sama tetangga diberi uang untuk beli makanan,” imbuh Surati.

Namun usai dimandikan Dariyanti justru bergerak dan hidup lagi. “Kejadiannya seminggu yang lalu, sudah dimandikan tapi hidup lagi,” ucap Surati.

Kejadian mati suri Dariyanti bukan kali pertama terjadi. Pada tahun 2016 sebelum ibu dan kakaknya mengalami kecelakaan tersengat listrik Dariyanti juga mengalami mati suri.

Saat itu warga sudah banyak berkumpul untuk ikut berkabung. “Kalau yang dulu itu belum sempat dimandikan, tapi sudah banyak orang yang kumpul di rumah sini,” imbuhnya.

Tak punya KTP, tak pernah dapat bantuan pemerintah

Meski hidup dalam kekurangan dan rumah yang ditempati hampir roboh, Dariyanti tak pernah mendapat sentuhan bantuan pemerintah.

Hanya warga sekitar rumah Dariyanti yang sering memberi bantuan uang maupun makanan. “ Ndak ada KTP. Saya asli sini,” kata Dariyanti.

Lurah Desa Ketanggi Didik Karyadi mengaku telah memanggil sanak saudara Dariyanti untuk merawatnya, namun hingga saat ini keadaan Dariyanti masih mempriahtinkan.

Dia mengaku jika bantuan lebh banyak diberikan oleh warga sekitar. “Kita sudah panggil keluarganya yang d iluar kota untuk diperhatikan, kalau bantuan kita penah berikan bantuan sembako. Memang lebih banyak lingkungan yang memberikan bantuan,” ujarnya.

Dariyanti juga dipastikan tidak memiliki BPJS karena tidak memiliki KTP. Untuk perawatan saat menderita stroke, warga sekitar yang menanggung biaya pengobatan.

Didik Karyadi memastikan jika Dariyanti merupakan warga yang lahir di Ketanggi. Dia mengaku akan membantu pembuatan KTP Dariyanti.

“Ya nanti kalau itu memang sangat diperlukan nanti kita akan bantu,” imbuhnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/05/29/05552181/kisah-dariyanti-hidup-sebatang-kara-dengan-stroke-hingga-alami-2-kali-mati

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke