Salin Artikel

Ini Makna Pahatan Batu Andesit yang Dirancang di Bandara Internasional Yogyakarta

Luas tanah proyek YIA total sebesar 587,3 hektar.

Pada luasan itu, tidak hanya rumah yang ada saat itu, tetapi juga petak-petak padi sawah, sayur, cabai hingga buah yang siap dipanen, dan ada pula tambak.

Pemandangan yang disuguhkan juga segar, karena sejauh mata memandang tampak hamparan hijau lahan pertanian.

Suasana desa tani itu didukung pantai nan indah di kejauhan yang berada di sebelah Selatan dan dataran tinggi Bukit Menoreh di sisi Utara.

Semuanya berada di Kecamatan Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Wilayah YIA awalnya meliputi 19 dusun yang masuk dalam lima desa, yakni Palihan, Sindutan, Jangkaran, Kebonrejo, dan yang terbesar adalah Desa Glagah.

Sebanyak 2.700 kepala keluarga pernah berada di sana mendiami lebih dari 4.400 bidang tanah.

PT Angkasa Pura I (Persero) tidak akan lupa pada masa emas wilayah itu, sekalipun kini desa-desa itu terus tumbuh menjadi beton dan bangunan megah.

AP berniat menjelmakan masa lalu desa-desa itu dalam sebuah relief atau ukiran pada gerbang (gate) di ruang tunggu penumpang YIA.

AP memperkirakan, relief itu bisa dinikmati ketika Terminal YIA sudah jadi 100 persen. Artinya, setidaknya pembangunan seluruh fasilitas selesai pada awal 2020 mendatang.

"Nanti  (baru ada) kalau bandara sudah beroperasi penuh baru akan tampak. Sekarang ini kan baru minimum operasi, jadi bukan di gate keberangkatan ini," kata Manajer Proyek YIA dari AP I, Taochid Hadi Purnomo, Sabtu (18/5/2019).

Tiga tingkat

AP merancang terminal penumpang memiliki tiga tingkat dengan total luas sampai 210.000 meter persegi ketika semuanya telah terbangun.

Tingkat paling atas merupakan ruang tunggu bagi calon penumpang pesawat dan layanan keberangkatan pada umumnya, seperti tempat check in dan menerima bagasi penumpang.

Dua tingkat di bawahnya akan menjadi lokasi koridor kedatangan, dan lantai dasar sebagai ruang pengambilan bagasi penumpang datang, serta area penjemputan.

Bangunan terminal nantinya akan memiliki 5 anjungan yang masing-masing terhubung dengan dua garbarata menuju pesawat.

Penumpang yang ingin masuk ke pesawat tentu akan melewati gate sebelum menuju garbarata.

Lima gate dengan relief dan cerita berbeda

Gate dirancang memiliki hiasan berbeda. Gerbangnya tidak lagi minimalis seperti pada bandara lain, melainkan terdapat relief dan berbagai aksesoris yang menggambarkan kehidupan warga desa terdampak pembangunan YIA.

Taochid menjelaskan, relief akan menggambarkan petani, sawah, laut, perahu, hingga ada personifikasi nelayan. AP melibatkan seniman dalam membuat relief itu.

Relief bakal berada pada tiang atau semacam gawang dengan materi berupa pahatan pada batu andesit.

Gerbang tiap gate itu memiliki tinggi 9 meter dengan lebar 13,5 m atau area medianya bisa seluas 107,8 meter. Satu gate mewakili satu desa terdampak.

"Ada lima gate dan memang satu gate itu menggambarkan suatu relief. Masing-masing relief itu beda-beda. bukan sekadar gambar, tapi relief seperti timbul tenggelam gambarnya dan berada di gate keberangkatan," kata Taochid.

Dalam sketsa dan rancangan, pahatan pada batu andesit untuk Desa Palihan menampilkan bentuk pantai yang menonjolkan riak ombak laut Selatan. Tampak juga perahu berlayar di kejauhan.

Warga digambarkan hidup tenang.

Desa Sindutan dilukiskan dalam pahatan orang yang tengah menangkap ikan dengan latar gambar pantai luas. Relief untuk Jangkaran melukiskan kegiatan nelayan memperbaiki jaring.

Sementara itu, Desa Glagah diwakili relief indahnya pantai dan kehidupan nelayan. Warga juga tampak senang.

Kebonrejo sedikit berbeda dan lebih kompleks karena relief melukiskan warga dalam kegiatan bertani padi, ladang, dengan hampar lahan pertanian berlatar agungnya Bukit Menoreh.

"Sebetulnya kami ingin mengingat bahwa pada saat sebelum ada YIA dibuat, desa-desa itu adalah bagian dari pembangunan ini dan apakah kehidupan warga. Ini karya seni, tentu ada yang suka dan ada yang kurang suka. Semoga (menarik untuk foto)," kata Taochid.

Sementara ini, terminal masih dalam proses pembangunan. Terminal sejatinya dirancang memiliki luas 210.000 meter persegi. 

Adapun, terminal baru berdiri seluas 12.900 meter persedi dengan dua tingkat. Lantai dasar digunakan sebagai area check in, bodyscanner, proses bagasi masuk dan keluar, menerima kedatangan, dan pemeriksaan karantina.

Tingkat ke dua berupa ruang tunggu dengan 2 gate yang terdiri 4 garbarata. Gate ini terlihat seperti jamaknya di bandara lain, terkesan minimalis, terdapat loket pengawasan tiket masuk pesawat, dan layar petunjuk keberangkatan.

Sepanjang ruang tunggu itu terdapat usaha kecil menengah bagi mereka yang ingin berbelanja.

"Yang jadi sekarang ini baru 6 persen (12.900m2). Masih banyak yang harus dikejar,"kata Taochid.

Rencana pahatan batu andesit menjadi salah satu kearifan lokal yang digadang AP dalam pembangunan YIA.

Saat ini, YIA memaksimalkan motif kawung pada berbagai sudut ruang sebagai kekhasan Yogyakarta.

Alunan musik gending jawa juga menggema seantero terminal. Ke depan, terminal akan dilengkapi motif bunga melati pada skylight atap bangunan sehingga akan menimbulkan bayangan serupa di lantai ketika diterpa sinar matahari. 

https://regional.kompas.com/read/2019/05/18/14214551/ini-makna-pahatan-batu-andesit-yang-dirancang-di-bandara-internasional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke