Salin Artikel

Soal Tanah Bergerak di Sukabumi, BPBD Tunggu Kajian dan Rekomendasi Badan Geologi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG)-Badan Geologi Bandung hingga saat ini masih mengkaji hasil pemantauan ke lokasi bencana tanah bergerak di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat.

Sebelumnya, satu tim PVMBG sudah diterjunkan ke lokasi bencana yang mengakibatkan kerusakan pada puluhan rumah, 200 meter jalan provinsi dan hektaran sawah pada Minggu (28/4/2019) lalu.

Hasil peninjauan lapangan, tim PVMBG membawa sejumlah sampel tanah dan bebatuan.

"Sedang disiapkan. Mudah-mudahan segera selesai," kata Kepala PVMBG-Badan Geologi Bandung Kasbani saat dikonfirmasi Kompas.com lewat pesan WhatsApp, Selasa (7/5/2019).

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Aaep Suherman mengatakan, untuk penanganan bencana di Nyalindung pihaknya masih menunggu hasil kajian dan rekomendasi PVMBG-Badan Geologi Bandung.

"Saya belum berani resmi menyatakan karena belum ditandatangani oleh kepala pusat. Tetapi kalau lihat draft-nya bahwa pergerakan tanah di Desa Kertaangsana ini sudah sangat mengkhawatirkan," kata Asep kepada Kompas.com selesai penyerahan penanganan dari BPBD ke Panitia Lokal di Kantor Desa Kertaangsana, Minggu (5/5/2019).

Bahkan, dia mengatakan, lokasi yang terkena bencana pergerakan tanah tersebut mungkin sudah tidak layak kembali menjadi permukiman. Sehingga, boleh disebut sebagai zona merah.

Namun, dia melanjutkan, luasan untuk kategori yang disebut sebagai zona merah atau zona kuning atau zona hijau masih menunggu hasil kajian.

Tetapi, yang di lokasi sekarang, hampir setiap hari pergerakan tanahnya berubah sangat cepat.

"Sehingga kemungkinan besar relokasi harus dilakukan, namun akan kami pikirkan setelah masa transisi pemulihan selesai selama 45 hari," ujarnya.

Sosialisasi zona merah

Entin (36), salah seorang warga RT 01 RW 09 menuturkan, sebelumnya masih merasa aman dan nyaman menempati rumahnya meskipun beberapa warga di RT 02 dan RT 03 sudah pada mengungsi karena rumahnya rusak diterjang bencana tanah bergerak.

Namun, dia melanjutkan, setelah ada pengumuman pada Jumat (3/5/2019) yang menyatakan bahwa lahan yang menjadi tempat tinggalnya termasuk zona merah, berbahaya, maka diputuskan untuk mengungsi.

"Sekarang sudah dikasih tahu, rumahnya termasuk zona merah. Jadi kami mau mengungsi. Perabotan rumah tangga akan dititipkan di tempat peternakan sapi," tutur Entin saat berbincang dengan Kompas.com Sabtu (4/5/2019).

Kepala Desa Kertaangsana Agus Sudrajat menjelaskan, bertambahnya jumlah rumah dan penduduk yang terdampak pergerakan tanah ini terjadi seiring retakan dan amblesnya tanah yang meluas.

Sebelumnya, banyak rumah di RT 01 kondisinya masih terancam, namun saat ini semakin terancam. Terlebih lagi posisi permukiman warga di RT 01 juga berada di lereng Perbukitan Gunungbatu.

"Kami menginventarisir kembali dan ada 53 dari 59 kepala keluarga di RT 01 yang semakin terancam. Sedangkan 6 KK sudah mengungsi karena rumahnya rusak," jelas Agus.

"Mereka masih menetap dan bisa tinggal di rumahnya, namun perabotan sudah di evakuasi. Bila ada hujan deras atau kondisinya berubah mereka akan mengungsi," sambungnya.

Data BPBD Kabupaten Sukabumi menyebutkan, hingga Minggu (5/5/2019) bencana tanah bergerak melanda  RT 01, 02 dan 03 RW 09. Jumah rumah dan penduduk bertambah menjadi 129 runah dengan penduduk sebanyak 161 kepala keluarga (KK) yang berjumlah 482 jiwa.

Sebelumnya terdata sebanyak 109 rumah dengan jumlah penduduk sebanyak 110 KK yang berjumlah 354 jiwa.

Rumah yang tidak dapat dihuni atau rusak berjumlah 90 rumah, fasilitas umum berjumlah 3 unit, sawah terancam 26 hektar dan jalan provinsi sepanjang 200 meter rusak

Diberitakan sebelumnya, sedikitnya 40 unit rumah rusak terdampak bencana tanah bergerak di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat. Sedangkan 115 rumah lainnya dalam kondisi terancam.

Selain itu tanah bergerak ini mengakibatkan ruas Jalan Sukabumi-Sagaranten di kampung setempat anjlok dan mengancam 26 hektar lahan persawahan.

Gerakan tanah ini mulai dikeluhkan masyarakat sejak sepekan ini setelah hujan deras mengguyur sehari semalam. Hingga Senin (22/4/2019) pergerakan tanah terus dirasakan warga.

https://regional.kompas.com/read/2019/05/07/18121321/soal-tanah-bergerak-di-sukabumi-bpbd-tunggu-kajian-dan-rekomendasi-badan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke