Salin Artikel

Berawal dari Iseng Menjahit Sarung Bekas Santri, Syahron Menjadi Pembuat Peci Beromzet Jutaan

Banyak warga yang berminat membeli peci tersebut karena bentuknya yang unik. 

Keunikan dari peci yang dibuat Syahron adalah bentuk peci tidak selalu datar, ada yang menggunung, hingga lancip seperti kerucut.

Tingginya pun bervariasi dari 20 sentimeter hingga paling tinggi 50 sentimeter.

Syahron menerima pesanan peci dengan motif sesuai keinginan dari pemesan. 

“Ada 30 model lebihlah, saya gak ngitung. (Ada) peci mesir, peci darwis, peci yang kayak orang minang, peci hanoman yang berbuntut panjang. Yang paling disukai peci-peci motif macan, peci minang, darwis, peci maroko, dan lainya,” kata Syahron kepada Kompas.com, Minggu (5/5/2019).

Saat Kompas.com mengunjungi rumah produksinya, Syahron atau biasa dipanggil "Mbah Bolong", tampak sibuk. Syahron berusaha menyelesaikan sejumlah pesanan yang terus datang sejak akhir April lalu.

Syahron memulai aktivitasnya dengan memotong sejumlah bahan dasar berupa kain putih, kain hitam serta badan atau tulang peci sesuai ukuran dan motif.

Kemudian, satu persatu bahan tersebut disusun menggunakan mesin jahit. Dia tak lupa membuat ventilasi agar bagian dalam kepala tidak panas saat peci dipakai.

Bagian akhir, Syahron melapisi peci dengan kain berbagai motif, loreng seperti macan, polos, atau lainnya.

Pesanan meningkat

Menjelang bulan puasa, permintaan peci yang dibuat Syahron meningkat 50 persen dibanding hari biasa. Syahron harus menyelesaikan 12 buah peci dalam sehari untuk menyelesaikan permintaan pelanggan. 

Pesanannya datang dari berbagai daerah, baik pembelian untuk pemakaian pribadi, atau bahkan dijual lagi ke pasaran.

Per bulannya, Syahron rata-rata mendapatkan omzet Rp 3 juta-Rp 5 juta per bulan. Saat memasuki bulan Ramadhan, omzet penjualan bisa mencapai Rp 10 juta.

“Pemasarannya ya Alhamdulillah hampir seluruh nusantara. Keluar Jawa, Kalimantan, Papua, Lombok, Ambon, Aceh, dan lainnya. Ke luar negeri baru ke Malaysia aja,” kata Syahron.

Sebagian besar transaksi jual beli dilakukan secara online, terlihat dari struk pengiriman yang menumpuk di dalam kardus. Para pelanggan biasa memesan ke nomor pribadi atau ke akun Facebook miliknya, @pecimbahbolong.

Berawal dari iseng jahit sarung bekas santri

Syahron mengatakan, usaha rumahan ini berawal dari keisengan dirinya saat menjadi santri di salah satu pondok pesantren di Cirebon pada tahun 2005.

Syahron kerap merapikan dan membongkar ulang peci santri yang sudah rusak. Pengerjaannya pun menggunakan jarum jahit manual tanpa mesin yang membutuhkan waktu sekitar sepekan.

“Gak disangka, ada yang suka, ada yang beli, terus saya bikin lagi. Di pondok kan banyak sarung yang bekas tidak terpakai, saya ambil semua, saya cuci, terus saya potong-potong, saya bikin peci dari sarung bekas itu. Dulunya, gak punya modal sih, manfaatin limbah santri,” kata Syahron. 

Ternyata, hasil karya itu memiliki peminat. Hasil penjualan digunakan untuk membeli bahan dan mesin jahit.

Aktivitas itu dia lakukan hingga 2007. Pada 2007 hingga tahun 2017, Syahron memperdalam ilmu agamanya di sejumlah Pondok Pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Nah, mulai membuat peci lagi tahun 2017. Modelnya berkembang, kadang idenya tuh nongol kalau lagi malam liat film-film yang di televisi terus saya kombinasikan. Terus jadi seperti saat ini,” ungkap Syahron.

Harga peci sufi buatan Syahron dipatok diharga dari Rp. 50.000 hingga di atas Rp. 100.000, tergantung model pesanan.

Dia menyebut, permintaan biasanya kian meningkat jelang Idul Fitri.

https://regional.kompas.com/read/2019/05/07/15100771/berawal-dari-iseng-menjahit-sarung-bekas-santri-syahron-menjadi-pembuat-peci

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke