Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] KPK Tangkap Bupati Talaud | Kisah Kuli Salak Lolos Pemilu 2019

KOMPAS.com - Berita tentang penangkapan Bupati Talaud Sri Wahyumi Maria Panalip menjadi sorotan pembaca pada hari Selasa (30/4/2019).

Bupati yang dikenal penuh kontroversi tersebut diduga terlibat kasus suap sejumlah proyek di Kepulauan Talaud.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Bupati Sri Wahyumi di kantornya pada hari Selasa (30/4/2019).

Selain itu, berita tentang Wachyu Hidayat, seorang kuli salak di Banjarnegara yang berhasil lolos menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Banjanegara periode 2019-2024, juga menyita perhatian pembaca.

Dayat, sapaan akrabnya, meraup lebih dari 2.000 suara saat Pemilu 2019.

Berikut ini berita populer nusantara secara lengkap:

Sinyo Harry Sarundajang, mantan Gubernur Sulut tahun 2015, pernah menegur SWM karena telah menjalankan APBD yang tidak sesuai dengan yang dikonsultasikan ke Tim TAPD Pemprov Sulut.

SWM juga pernah melanggar aturan terkait mutasi pegawai negeri di Pemkab Talaud.

Pada Juli 2018, SWM me-nonjob-kan lebih dari 300 ASN eselon II, III dan IV usai dia kalah pada Pilkada Talaud 2018. Padahal, undang-undang melarang kepala daerah melakukan mutasi usai Pilkada.

Tak hanya itu, SWM juga pernah berseteru dengan Kemendagri dan mmbuat SWM dinonaktifkan selama tiga bulan sebagai Bupati Talaud oleh Mendagri pada 2018.

Waktu itu Mendagri menganggap SWM melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa izin pada Oktober hingga November 2017.

Sebagai kepala daerah, seharusnya SWM meminta izin terlebih dahulu. Namun, SWM beralasan, kepergiannya ke Amerika Serikat kala itu, tidak dibiayai dari uang negara.

Ipah menceritakan jika kondisi anaknya saat ini sangat memprihatinkan. Trauma yang dialami cukup berat.

Bahkan anak gadisnya tidak mengenali ibunya sendiri.

"Dia takut sama saya. Dengan mamaknya sendiri saja takut. Nangis dia. Enggak kenal dia. Malah nangis dia, jatuh pingsan terus. Berkali-kali jatuh pingsan," ungkap dia.

Ipah menceritakan kronologis hilangnya anak gadisnya yang masih berusia 14 tahun selama lima hari.

Anak gadisnya menjadi korban penyekapan dan persetubuhan yang dilakukan HW (53), oknum PNS Pemprov Kalimantan Barat.

Peristiwa itu terjadi pada Rabu (24/4/2019) saat ia dirawat di salah satu rumah sakit di Kota Pontianak.

"Hari itu saya masih ketemu. Dia masih menemani saya di rumah sakit. Tapi sekitar pukul 15.00 WIB dia izin keluar," kata Ipah.

Keesokan harinya, Ipah mulai resah karena sang putri tak kunjung muncul di rumah.

"Saya suruh bapaknya cari (korban). Saya bimbang," katanya.

Setelah dilakukan pencarian selama lima hari, korban tidak kunjung ditemukan. Akhirnya, keluarga berinisiatif mengunggah foto korban di media sosial.

"Hari Minggu (29/4/2019), baru kami dapat kabar kalau korban sudah di Polda Kalbar," ucap dia.

Pria yang sebelumnya sebagai kuli (pekerja kasar) di lapak penjualan salak ini mengaku awalnya pesimistis akan lolos sebagai wakil rakyat.

Caleg PDI-P ini akhirnya mendapatkan kursi ke-8 dari 10 kursi di dapilnya dengan meraih lebih dari 2.000 suara.

"Setelah coblosan, tanggal 18 April saya sudah pamit ke istri, kalau tidak jadi jangan kecewa. Saya pasti utangnya banyak, saya harus merantau ke Jakarta untuk membayar utang, penghasilan saya tidak mungkin cukup untuk membayar utang," tutur Dayat.

Saat itu, Dayat dan tim relawannya menghitung hanya mampu mengumpulkan 900 suara by name.

Bahkan, di tempat pemungutan suara (TPS) dekat rumahnya, ia hanya mampu mendapatkan 30 suara.

"Teman-teman sudah lemas semua, kemudian saya dipanggil DPC (PDI-P) suruh datang ke kantor, katanya suara sudah banyak yang masuk, waktu itu sekitar 2000-an. Ketika saya ngabari teman-teman bahwa saya jadi, langsung pada nangis semua," kata Dayat.

Kordinator Divisi Penindakan dan Pelanggaran Pemilu Bawaslu Kabupaten Bogor, Abdul Haris mengimbau masyarakat sebaiknya tidak memasang spanduk ucapan atas kemenangan capres-cawapres, karena akan mengganggu tahapan Pemilu.

Hal itu menanggapi adanya pemasangan baliho kemenangan paslon nomor urut 02 di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

"Kita berpikir kepada dampaknya karena bisa mengganggu proses tahapan pleno yang sedang berjalan. Sebaiknya jangan dipasang, kita tunggu sampai penetapan nanti. Kalau pun mau mengucapkan selamat, ya nanti setelah ada keputusan yang jelas (rekapitulasi)," kata Haris, Senin (29/4/2019).

Seperti diketahui, baliho raksasa yang bertuliskan ucapan terima kasih dan selamat kepada pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2019-2024 berdiri di depan Perumahan Limus Pratama Regency, Desa Limus Nunggal, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor.

Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy menyebut, Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak, masih berpeluang menjadi kandidat ibu kota negara.

Hal tersebut dia katakan seusai mengikuti rapat terbatas (ratas) di Istana Negara, Senin (29/4/2019).

Dalam rapat tersebut, Andika mengatakan, bahwa Maja masuk ke pembahasan untuk menjadi kandidat ibu kota negara, berdasarkan usul dari Pemprov Banten dengan pertimbangan wilayah yang luas dan juga berdekatan dengan DKI Jakarta.

"Ini baru tahap awal, nanti ada rapat terbatas selanjutnya untuk nanti menentukan (ibu kota). Jadi, kita belum dapat arahan, tadi hanya baru pertimbangan-pertimbangan baik itu wilayah di pulau Jawa atau di luar pulau Jawa," kata Andika, di Istana Negara, dikutip dari rilis yang diterima Kompas.com, Senin (29/4/2019) malam.

Sumber: KOMPAS.com (Acep Nazmudin, Afdhalul Ikhsan, Fadlan Mukhtar Zain, Hendra Cipta, Skivo Marcelino Mandey)

https://regional.kompas.com/read/2019/05/01/13571691/populer-nusantara-kpk-tangkap-bupati-talaud-kisah-kuli-salak-lolos-pemilu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke