Salin Artikel

Perjuangan Arita Menghidupkan Perpustakaan yang Mati Suri hingga Meraih Segudang Prestasi

Meski serba sederhana, ruangan berukuran 6x4 meter itu sangat tertata rapi. Ada beberapa meja dan kursi yang disediakan pengelola perpustakaan bagi para pengunjung untuk membaca.

Selain buku, di perpusatakaan sederhana ini juga terdapat tiga unit komputer yang terhubung langsung dengan jaringan internet.

Perpustakaan Hatukau begitulah namanya. Perpustakaan ini telah beroperasi sejak 2011 silam. Namun karena tidak dikelola dengan baik, perpustakaan tersebut tidak dapat difungsikan warga.

Hingga akhirnya pada 2017 seorang wanita muda bernama Arita Muhlisa datang dan mengambil tanggung jawab untuk menghidupkan kembali perpustakaan tersebut.

Berkat perjuangan Arita, Perpustakaan Hatukau menyabet banyak prestasi hingga mendunia.

Kompas.com berkesempatan mengunjungi perpustakaan ini dan melihat langsung kondisi perpustakaan serta berdiskusi banyak hal dengan pengelola perpustakaan, Arita Musliha pada Selasa (19/3/2019).

Dalam suasana hangat, Arita kemudian membagi pengalamannya tentang bagaimana perjuangannya untuk menghidupkan perpustakaan yang telah mati suri kala itu menjadi sebuah perpustakaan modern dan selalu ramai dikunjungi warga.

“Saya terlibat untuk mengelola perpustakaan ini pada awal 2017. Saat itu saya diminta oleh Pemerintah Negeri (Desa) Batu Merah untuk mengelola perpustakaan ini,” kata Arita.

Perempuan berusia 29 tahun ini mengatakan pengaktifan kembali Perpustakaan Hatukau bermula dari program Perpus Seru yang digagas oleh Coca Cola Fondation Indonesia bekerjasama dengan Bill Gets Indonesia.

Kebetulan saja kata Arita, Desa Batu Merah bersama empat desa lain dipilih untuk menjalankan program Perpus Seru tersebut. Dari situlah Arita kemudian mulai terlibat aktif untuk menghidupkan Perpustakaan Hatukau.

Arita mengatakan setelah dihubungi pihak desa, dia langsung mengambil tanggung jawab tersebut sebagai pengelola perpustakaan. Arita berujar sebelum menjadi pengelola perpustakaan, dia sebelumnya telah aktif di komunitas literasi sehingga dasar yang telah di dapat sangat membantunya untuk mengurus perpustakaan.

“Awal mula bergerak di dunia literasi sebenarnya sebelum di Perpustakaan Hatukau. Sebelumnya saya dan teman-teman juga sudah pernah bikin satu komunitas namanya rumah baku mangente,” ujarnya.

Arita menceritakaan di komunitas literasi tersebut, dia dan teman-temannya melakukan banyak kegiatan yang melibatkan anak-anak usia dini dan anak-anak kurang mampu yang tidak mendapatkan akses pendidikan.

Berbagai kegiatan yang dilakukan selama terlibat aktif di komunitas Rumah Baku Mangente, Arita dan rekan-rekannya memberikan pelajaran gratis kepada anak-anak seperti baca buku, belajar bahasa inggris. Kegiatan lain yang juga sering dilakukan seperti nonton bareng, latihan karate hingga kegiatan cerita bertutur kepada anak-anak.

“Rumah saya menjadi tempat kumpul saat itu. Saya sendiri bersedia mengelola perpustakaan ini karena punya basic dengan komunitas literasi sejak sekolah hingga mahasiswa,”katanya.

Kerepotan

Ibu dua anak ini menuturkan, awalnya dia sedikit kerepotan untuk membenahi perpustakaan tersebut, sebab dia memulai semuanya dari awal. Mengatur ruangan,mengangkat buku-buku lalu dari lantai dua kantor Desa Batu Merah dan membersihkan buku-buku dari debu hingga menyusun dan menata perpustakaan menjadi lebih baik harus dilakukannya saat itu.

Kini Arita tidak lagi sendiri, karena dia telah mempunyai dua rekan yang selalu membantunya mengelol perpustakaan tersebut yakni Mega Lestari Jafar dan Dian.

“Saat ini saya punya dua teman lagi yang jadi relawan di sini,” ujarnya.

Menurut alumni Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura Ambon ini, perpustakaan yang dikelolanya kini ramai dikunjungi warga setiap harinya. Selain membaca, para pengunjung mulai dari pelajar, mahasiswa hingga ibu-ibu dan masyarakat umum juga memanfaatkan komputer dan jaringan internet yang disediakan gratis di perpustakaan tersebut.

“Semuanya gratis dan siapa saja bebas datang ke sini. Biasanya anak-anak datang untuk mencari tugas di internet, begitupun juga warga lainnya, jadi pengunjungnya ramai di sini,”katanya.

Bina 500 Pelaku UMKM

Selain sebagai tempat membaca buku, Perpustakaan Hatukau juga bergerak pada pengembangan ekonomi perempuan dan masyarakat hingga terlibat dalam berbagai pelatihan untuk mendorong peningkatan kemampuan ekonomi pelaku UMKM di Kota Ambon.

Arita mengatakan, sejak Maret 2017, pihaknya telah membuat kegiatan pelatihan digitalisasi ekonomi yang diikuti sebanyak 500 pelaku UMKM di Kota Ambon. Dalam kegiatan itu, Perpustkaaan Hatukau ikut bekerjasama dengan berbagai pihak dan BUMN seperti BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, BNI juga Nurbaya.id.

Kegiatan pelatihan itu sengaja dilakukan untuk mendorong pengembangan usaha pelaku ekonomi kecil menangah di Kota Ambon agar dapat bergerak maju. Pelatihan itu umumnya didominasi oleh kaum perempuan.

Lewat kegiatan itulah, Perpustakaan Hatukau membina para pelaku UMKM untuk lebih kreatif dalam memasarkan produknya serta memberikan akses agar produk yang dihasilkan para pelaku UMKM dan kaum perempuan di Ambon dapat dipasarkan secara luas melalui market online.

“Sekarang perpustakaan sendiri sudah punya data by name by adress pelaku UMKM. setelah dari situ kami lebih pada pembinaan. Perpusatakaan ini tidak punya uang, beda dengan SKPD mereka punya anggaran untuk lakukan pembinaan. Jadi kami basisnya balik lagi dengan buku. Maka kami mengarahkan pelaku UMKM untuk ke perpusatakaan di sini ada buku-buku tersedia contohnya soal kuliner, makanan sehat dan lain-lain,”ungkapnya.

Banyak pelaku UMKM yang kemudian terus berkunjung ke perpustakaan setelah mengikuti kegiatan tersebut. Umumnya mereka mencari buku-buku kuliner hingga belajar menggunakan internet untuk mencari informasi guna memudahkan usaha yang dirintis.

“Mereka datang baca lalu kami meflowup lagi jadi kami mengarahkan mereka lagi untuk mencari informasi lewat internet yang disediakan gratis y di perpustkaan. Kami juga bekerjasama dengan nurbaya.id untuk membuka akses pasar secara online bagi pelaku UMKM termasuk belanja.com, produknya juga sampai ada di buka lapak,”bebernya .

Dia mengungkapkan ada beberapa pelaku UMKM yang dibina perpustakaan Hatukau saat ini telah menjadi pelaku usaha yang sukses. Sebab produk mereka yang dipasarkan lewat belanja.com telah sampai pada level premium.

Dia mencontohkan salah satu pelaku UMKM, Arsa Marasabessy misalnya, produknya kini menjadi incaran konsumen di luar daerah Maluku, padahal sebelumnya Arsa hanya seorang pedagang kaki lima yang yang berjualan di sebuah lapak kecil di Pasar Batu Merah.

Kini omset yang didapat Arsa meningkat tajam setiap bulannya setelah produknya mampu menembus pasar market online.

Atas kesuksesan tersbeut, kata Arita, Arsa kini sering diundang ke beberapa kegiatan termasuk sampai ke Bekasi, Jawa Barat untuk membagi pengalamannya terkait bisnis kuliner yang dirintisnya tersebut.

Arita mengatakan selain memberikan pembinaan dan dorongan bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan usahan, pihaknya juga ikut memberikan pelatihan manajemen keuangan sederhana untuk mereka termasuk mengajari computer hingga internet gratis.

“Kami juga bekerjasama dengan yayasan LAPAN untuk membagikan bantuan alat produksi untuk pelaku UMKM binaan kami terutama untuk perempuan, karena kami punya datanya,”sebutnya.

Lewat perpustakaan, Arita dan rekan-rekannya juga mensuport para pelaku UMKM yang yang terdiri dari ibu-ibu untuk mendapatkan bantuan permodalan untuk mengembangkan usaha mereka dengan bunga yang cukup ringan.

Segudang prestasi

Berkat kerja keras yang diraih selama ini, Perpustakaan Hatukau meraih banyak prestasi baik di tingkat daerah hingga ke tingkat nasional.

Prestasi dan penghargaan yang telah diraih oleh Perpustakaan Hatukau diantaranya menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia timur dalam lomba perpustakaan tingkat nasional pada tahun 2018 lalu. Dalam lomba tersebut, Perpustakaan Hatukau meraih juara keenam.

Perpustakaan Hatukau juga didaulat menjadi perpustakaan dengan cerita impact terbaik pada regional Peral Learning Meetting di Jogjakarta. Selain itu Perpustakaan Hatukau juga masuk dalam 5 besar perpustakaan terbaik nasional klaster C setelah bersaing dengan 74.000 perpustakaan desa seluruh Indonesia.

“Kami juga meraih juara 1 lomba perpustakaan tingkat provinsi Maluku,” ujarnya sambil menunjukan penghargaan yang diraih.

Tak hanya itu, pada Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Ambon tahun lalu, Perpustakaan Hatukau juga mendapat dua award sekaligus dari pemerintah Kota Ambon yakni sebagai perpustakaan desa terbaik dan juga sebagai pegiat literasi terbaik.

Namun dari semua prestasi yang diraih tersebut, yang paling berkesan bagi Arita adalah bisa tampil di forum internasional menjadi pembicara sambil membagikan gagasan dan cerita sukses yang diraihnya bagi para pustakawan yang datang dari berbagai negara dari 4 benua.

Menurut Arita forum internasional yang diikuti oleh para pustakawan dari 19 negara yang umumnya datang dari negara Afrika itu digelar di Jogjakarta pada 18-22 Agustus 2018 lalu. Saat itu Arita mengaku dia menjadi pembicara perempuan satu-satunya yang mewakili para pustakawan dari Indonesia.

Tahun ini Perpustakaan Hatukau juga akan diundang ke Singapura untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan sebuah even organizer di negara tersebut.


https://regional.kompas.com/read/2019/03/20/13480861/perjuangan-arita-menghidupkan-perpustakaan-yang-mati-suri-hingga-meraih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke