Salin Artikel

5 Fakta Ekskavasi Situs Purbakala di Tol Pandaan-Malang, Berasal dari Zaman Singosari hingga Ancam Proyek Tol

KOMPAS.com - Situs purbakala yang ada di proyek Tol Pandaan-Malang merupakan bangunan suci pada masa Kerajaan Singosari. Masa kerajaan tersebut lebih tua daripada zaman Majapahit.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Andi Muhamad Said beberapa waktu lalu.

Sementara itu, area ekskavasi situs tersebut mengancam proyek Tol Pandaan-Malang. Menurut PT Jasamarga Pandaan Malang (JPM), ada dua kemungkinan jika ekskavasi situs meluas, yaitu proyek dihentikan atau menggeser proyek ke arah timur.

Berikut ini fakta lengkapnya:

Tim arkeolog BPCB Jawa Timur memastikan bahwa situs purbakala yang ditemukan di proyek Tol Pandaan- Malang seksi 5 kilometer ke-37 merupakan bekas komplek bangunan suci pada masa Kerajaan Singosari.

Kepastian itu berdasarkan pada hasil ekskavasi yang sudah berlangsung selama delapan hari.

Kepala BPCB Jawa Timur Andi Muhamad Said mengatakan, hasil ekskavasi menunjukkan bahwa struktur bata yang ditemukan awal merupakan bekas bangunan paduraksa.

"Jadi itu ada paduraksa di depan. Jadi mengarah ke Semeru gitu lho," katanya usai rapat koordinasi di kantor Dinas Periwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Selasa (19/3/2019).

Paduraksa adalah gapura atau pintu gerbang yang di atasnya memiliki atap berupa susunan bata.

Paduraksa itu menghadap ke timur laut atau ke arah puncak Gunung Semeru. Dahulu, puncak Mahameru yang dikenal dengan puncak para dewa merupakan kiblat pemujaan.

Selain itu, tim ahli juga menemukan batur di belakang paduraksa. Batur biasanya digunakan untuk menaruh arca. Hal ini sesuai dengan keterangan warga setempat yang dulu pernah menemukan berbagai bentuk arca di lokasi tersebut.

Namun, arca itu sudah dibuang ke Sungai Amprong yang ada di sisi timur.

"Di belakangnya ada batur, itu tempat menaruh arca-arca. Tapi itu baru satu yang kita temukan. Harusnya dua. Itu makanya kita cari lagi ke arah timur laut, tapi belum ketemu," kata Andi Muhamad Said.

Sementara itu, tim ekskavasi juga menemukan struktur bata yang merupakan altar atau tempat menaruh sesembahan warga terdahulu.

"Altar itu sudah clear. Pintu paduraksa sudah clear," jelasnya.

Andi menjelaskan, situs bangunan itu hanya tersisa pondasi. Kemungkinan, bentuk bangunan sudah rusak.

Sebab, ada riwayat yang menyebutkan bahwa kawasan itu merupakan pusat Kampung Ngadipuro yang pecah dua menjadi Madyopuro dan Sekarpuro.

Madyopuro merupakan kelurahan yang masuk wilayah Kota Malang. Sedangkan Sekarpuro merupakan desa tempat ditemukannya situs itu.

Arkeolog dari BPCB Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, koordinator itm ekskavasi mengatakan, ukuran batu bata yang menjadi struktur bangunan itu lebih besar dari batu - bata pada masa Kerajaan Majapahit yang ada di Trowulan, Mojokerto.

Batu bata bangunan yang sedang dalam proses ekskavasi itu diperkirakan sudah ada sejak sebelum Kerajaan Majapahit.

Temuan berikutnya adalah fragment porselen dari bahan keramik yang diperkirakan bekas peninggalan Dinasti Song yang memerintah Tiongkok antara tahun 960 sampai tahun 1279.

Pada masa itu, Malang termasuk Sekarpuro berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri atau sudah menjadi pusat Kerajaan Singosari.

"Kita menemukan fragment keramik porselen Dinasti Sung," kata Wicaksono, Senin (18/3/2019).

Saat ini tim ekskavasi masih butuh data tambahan untuk memastikan periodesasi situs tersebut.

"Saya butuh data lagi tapi dari bentuk batanya lebih besar dari Majapahit. Terus juga ada porselen dari Dinasti Song," kata Wicaksono.

Sementara itu, temuan hasil ekskavasi terus meluas. Di jarak sekitar 24 meter ke arah barat dari temuan awal juga ditemukan struktur bangunan yang sama.

"Kita mencari hubungan dengan lokasi temuan awal sampai bangunan di sebelah barat dan mencari pola dengan tatanan ini," jelasnya.

PT Jasamarga Pandaan Malang (JPM) menjelaskan, jika temuan situs terus meluas dan menutup akses proyek tol, maka PT Jasamarga Pandaan Malang akan menghentikan seluruh proyek tol di seksi 5.

Dengan begitu, ruas Tol Pandaan-Malang yang harusnya berakhir di pintu keluar Kelurahan Madyopuro, Kota Malang, akan berakhir di pintu keluar Pakis atau berhenti sampai pembangunan seksi 4.

"Kalau memang itu sudah nggak bisa dilanjut, exit kita ya di Pakis itu, kan dekat itu. Keluar Pakis sedikit nggak sampai satu kilometer ya nggak usah exit lagi, sudah cukup itu," katanya saat menghadiri pertemuan di kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Selasa (19/3/2019).

Meski begitu, Agus mengatakan, peghentian pembangunan tol seksi 5 merupakan alternatif terburuk. Nantinya, harus ada hasil kajian dan surat pernyataan yang menyebutkan hasil ekskavasi situs itu menutup akses proyek tol sehingga tidak bisa dilanjutkan.

https://regional.kompas.com/read/2019/03/20/09314211/5-fakta-ekskavasi-situs-purbakala-di-tol-pandaan-malang-berasal-dari-zaman

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke