Salin Artikel

Adi Hanya Bisa Terdiam Melihat Rumahnya Rata Diterjang Longsor...

Salah satu warga yang kehilangan tempat tinggal adalah Adi Kuswoyo (66) Warga Dusun Baturturu RT 03/RW 07, Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari.

Saat ditemui Kompas.com, Adi sedang mencari sejumlah barang berharga di bekas rumahnya yang porak poranda diterjang tanah longsor.

Tak ada bentuk rumah limasan yang tersisa, hanya kandang kecil yang berada di sisi kanan rumahnya masih utuh. Sesekali dia memperhatikan ke atas bukit untuk memastikan kondisi aman, karena memang lokasi rumahnya berada di lembah pegunungan Gunung Batur. 

Untuk mencapai lokasi rumah Adi memang cukup sulit dan tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Mobil rombongan peninjau harus ditinggal sekitar 500 meter, kemudian rombongan harus berjalan melewati terjalnya jalan pegunungan yang licin karena diguyur hujan hampir 24 jam.

"Beginilah kondisi rumah saya pak, sudah tidak ada sisanya. Tetapi alhamdulillah istri dan dua anak saya selamat," kata Adi, atau akrab disapa Mbah Kliwon, Kamis (7/3/2019). "Seluruh berkas hilang tertimbun, baru tadi dompet dan ATM ketemu," ucapnya.

Memiliki rumah di lembah pegunungan membuatnya paham tentang kondisi alam. Adi bercerita, sesaat sebelum terjadinya bencana dirinya dan keluarga sudah bisa menyelamatkan diri.

Saat bencana longsor menerjang wilayah dukuh Batur Turu, Rabu (6/3/2019) siang sekitar pukul 15.30 WIB dirinya sedang berada di rumah bersama istri dan anaknya. Saat akan longsor dia mendengar suara gemuruh dari atas. Dia lalu mengajak seluruh keluarganya keluar.

Benar saja, hanya sekejap rumah yang ditempatinya selama 13 tahun terakhir rata dengan tanah. Tak punya tempat tinggal, kini Adi dan keluarganya untuk sementara tinggal di tempat salah satu saudaranya.

"Untuk ke depan saya belum mengetahui mau tinggal dimana, manut saja (kepada pemerintah) mau ditempatkan di mana asal aman. Di sini sudah tidak mungkin digunakan (ditempati) lagi," ucapnya lirih.

Di dukuh Batur Turu, tak hanya rumah Adi yang terdampak longsor. Sejumlah tetangganya juga mengalami nasib yang sama, misalnya Miyanto, Ketua RT 05/RW 07.

Pantauan Kompas.com, rumah-rumah yang roboh tertimbun longsor masih dibiarkan apa adanya. Para keluarga terdampak hanya mencai barang-barang berharga saja. 

Menurut pejabat sementara dukuh Batur Turu Samta (40), longsor selain merobohkan sejumlah rumah juga memutus jalan kabupaten. 

"Puluhan hektar lahan pertanian juga rusak tertimbun tanah dari atas," kata Samta. 

Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi yang memimpin rombongan peninjau mengakui sulitnya medan terdampak longsor. Menurutnya, untuk menuju dukuh Batur Turu harus ditempuh dua jam perjalanan dari kota Wonosari. 

Medan yang terjal dan berbukit menyebabkan sulitnya tim SAR mengirim bantuan ke lokasi. Jalan hanya selebar tiga meter dengan kondisi naik turun dengan tikungan curam di kanan dan kiri jurang.

"Dengan kondisi geografis seperti ini, ada kearifan lokal yang dimiliki warga. Seperti Mbah Kliwon (panggilan Adi Kuswoyo) begitu melihat air keruh masuk rumah langsung keluar," kata Immawan Wahyudi yang meninjau langsung lokasi.

Terkait relokasi korban bencana longsor ini, Immawan belum bisa memutuskan lokasi yang aman untuk para korban. 

"Tadi beliau (Adi) juga sudah mau direlokasi sehingga nanti biar dikoordinasikan ke pak Dukuh, pak Kades untuk lapor ibu bupati," ucapnya.

Tanah Longsor di Nglipar

Tanah longsor mengakibatkan satu rumah rata dengan tanah dan satu rumah yang berada di bawahnya mengalami jebol pada dinding rumah, di Desa Natah, Kecamatan Nglipar. Tanah longsor tersebut terjadi pada Rabu (7/3/2019) sore, tepatnya pukul 16.30 WIB.

"Pukul 16.30 tanah bergerak pelan. Saya saat itu berkeliling desa melakukan pemantauan. Mengetahui adanya tanah yang bergerak saya teriak-teriak agar warga di sekitar sini untuk pindah dari rumah," kata Basiyo, salah satu warga.  

Longsor akhirnya menerjang rumah Radinem yang sudah lama kosong. "Rumah dalam keadaan kosong karena Ibu Radinem sedang sakit dan ikut anaknya ke luar kota," katanya.

Riyanto, warga lainnya, mengatakan longsor di Dusun Pringombo, Desa Natah, Kecamatan Nglipar, membuat warga khawatir akan adanya longsor susulan.

"Rumah saya terkena dampak longsoran yang mengakibatkan tembok rumah jebol. Alhamdulillah tidak ada korban jiwa saat longsoran terjadi," ucap Riyanto.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, data sampai siang ini ada 104 KK di empat kecamatan terdampak longsor dan banjir.

Rinciannya tanah longsor terjadi di 27 titik dan 63 rumah terendam luapan sungai. "Untuk yang sempat mengungsi karena luapan sungai kemarin sudah pulang," katanya.

Pihaknya masih melakukan pendataan terkait jumlah warga terdampak bencana. 

https://regional.kompas.com/read/2019/03/08/08281161/adi-hanya-bisa-terdiam-melihat-rumahnya-rata-diterjang-longsor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke