Salin Artikel

Kabut Asap di Bengkalis, Warga Terserang Penyakit Batuk hingga Sesak Napas

PEKANBARU, KOMPAS.com - Kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, sudah berdampak terhadap kesehatan masyarakat.

Sejumlah warga mengaku diserang batuk, pilek, dan sesak napas.

"Sudah berdampak. Anak saya yang kecil berusia tiga bulan sekarang batuk-batuk dan flu. Kalau sesak nafas atau ISPA belum ada," kata Ewi, salah seorang warga.

Sejak munculnya kabut asap, dia mengaku jarang ke keluar rumah.

"Kalau enggak terlalu penting kami enggak keluar. Saya dan anak-anak di rumah saja. Karena asap parah dan bahaya bagi kesehatan. Sekarang ini sudah ada yang pakai masker, dan sebagian ada juga yang tidak," ujar Ewi.

Dia mengatakan, kabut asap karhutla melanda Kecamatan Rupat sudah sepekan.

"Sampai sekarang lebih kurang sepekan. Kabut asap tebal di pagi dan malam hari. Kalau siang cukup berkurang, karena ditiup angin," kata Ewi.

Dia berharap pemerintah dapat mengatasi karhutla tersebut. Selain itu, ia juga berharap hujan segera turun.

"Semoga cepat diatasi oleh pemerintah. Dan kami juga berharap hujan turun, karena sudah lama cuaca panas. Beberapa hari lalu ada hujan dua kali, tapi cuma sebentar. Jadi api tidak padam," tandas Ewi.

Warga lainnya,Seh (51) mengaku sesak napas menghirup kabut asap kebakaran lahan gambut tersebut. Menurutnya, aktivitas di luar rumah harus dikurangi.

"Saya dan bapak (suami) sesak napas kalau keluar rumah. Selain itu juga batuk, pilek dan tenggorokan kering," ujar Seh.

Tak hanya dia dan suaminya, Seh juga mengaku seorang cucunya yang berusia lima tahun juga diserang penyakit akibat kabut asap tersebut.

Camat Rupat, Hanafi juga mengaku sudah merasakan dampak kabut asap kebakaran lahan gambut tersebut.

"Saya saja sudah merasakan. Tenggorokan kering dan batuk-batuk," kisah Hanafi saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis.

Namun demikian, menurut dia, dampak karhutla tersebut bisa diatasi dengan cara mengurangi aktivitas di luar rumah.

"Kami imbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Kalau keluar gunakan masker. Karena kabut asap cukup parah. Bagi masyarakat yang merasakan dampaknya, agar merujuk ke puskesmas dan pustu-pustu di desa dan kelurahan masing-masing," ucap Hanafi.

Sejauh ini, tambah dia, belum ada laporan dari masyarakat yang terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Sementara itu, dr Dahlia, selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Kelurahan Batu Panjang, Kecamatan Rupat, mengatakan bahwa asap gambut sangat berbahaya bagi kesehatan.

"Asap gambut lebih berbahaya, karena debu-debu halus merusak saluran pernapasan. Sehingga dapat menyebabkan ISPA, sesak napas, batuk dan pilek," jelas Dahlia.

Dia menyebut, kondisi kabut asap saat ini cukup parah, yang mengganggu jarak pandang.

Untuk itu, Dahlia meminta masyarakat untuk mewaspadai dampak kabut asap kebakaran lahan gambut tersebut.

"Imbauan kami, harus dikurangi aktivitas di luar rumah. Terutama bagi anak-anak," tutup Dahlia.

Sebagaimana diketahui, kebakaran lahan gambut di Kecamatan Rupat, Bengkalis, belum bisa diatasi. Saat ini, petugas gabungan dari kepolisian, TNI, Manggala, BPBD dan masyarakat peduli api (MPA), terus berupaya melakukan pemadaman.

Dalam tiga pekan ini, luas lahan yang terbakar sudah mencapai ribuan hektar.

https://regional.kompas.com/read/2019/02/21/22123801/kabut-asap-di-bengkalis-warga-terserang-penyakit-batuk-hingga-sesak-napas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke