Salin Artikel

Ini Dia Supriyadi, Perajin Sepatu Langganan Para "Crosser"

MAGETAN , KOMPAS.com - Gulungan dari berbagai jenis kulit yang memiliki warna dan tekstur berbeda itu terhampar di lantai ruang tengah rumahnya.

Dengan cekatan, Supriyadi (36) warga Ploso Tinil Kabupaten Magetan Jawa Timur memilah beberapa gulung jenis kulit untuk dipotong sesuai dengan pola yang dibuatnya.

Pagi itu, Supriyadi memilih kulit dari jenis asli dengan ketebalan 1,5 sentimeter dan 2 buah jenis kulit dari jenis jeruk dan pull up.

“Ini kulit sapi asli yang belum disamak tapi sudah setengah masak. Ini untuk lapisan renov sepatu boot crosser,” ujarnya Kamis (07/02/2019).

Sejumlah sepatu boot setinggi lutut yang biasa digunakan oleh para crosser tampak berjajar di teras rumahnya. Hampir semua sepatu dari kulit tersebut kondisinya rusak parah, dari yang sobek hingga kondisi kulitnya yang sudah rapuh.

Dengan telaten, tangan Supriyadi menempelkan pola yang telah dibuatnya ke sejumlah bagian sepatu yang rusak itu untuk memastikan akurasi pola.

“Setiap hari, ada saja crosser yang membawa sepatunya ke sini. Kebanyakan crosser luar kota seperti Jakarta, Kalimantan, hampir dari seluruh Indonesia pernah mengirim sepatu rusaknya ke sini,” imbuhnya.

Bapak 2 anak ini mengaku mulai menggeluti usaha renovasi sepatu boot crosser sejak setahun terakhir,  di tengah usahanya mengembangkan pembuatan sandal, sepatu, tas, dan dompet dari kulit.

Sepatu dan sandal kulit tersebut kebanyakan dipasok untuk toko  sandal dan sepatu di Magetan.

Untuk melakukan renovasi sepatu boot crosser, menurut Supriyadi, bukan hal yang mudah karena dibutuhkan ketelitian yang tinggi, mengingat harga sepatu yang digunakan para crosser tersebut tidaklah murah.

Supriyadi mengaku beberapa kali berupaya menggunakan karyawan untuk diperbantukan merenovasi sepatu boot crosser tidak pernah berhasil.

“Kalau yang renov di sini standar harga dari Rp 7 juta hingga 12 juta. Terpaksa dikerjakan sendiri karena butuh ketelatenan dan ketelitian tinggi,” katanya.


Karena dibutuhkan ketelitian yang tinggi, untuk satu pasang sepatu boot crosser Supriyadi mengaku butuh waktu 3 hingga untuk menyelesaiakn renovasi. Bahkan, waktu yang dibutuhkan bisa sampai 4 hari jika sepatu yang direnovasi harus dibongkar total.

Untuk menjahit kembali sambungan sepatu, Supriyadi mengaku menerapkan standar tertinggi mengingat sepatu tersebut merupakan pengaman penting bagi seorang atlet crosser.

“Kalau renov berat sepatu itu bisa menggunakan 3 lapis kulit, mengingat sepatu ini harus safety saat dikenakan crosser,” ujarnya.

Meski menerapkan standarisasi yang tinggi terhadap kualitas pengerjaan renovasi sepatu boot crosser, Supriyadi memastikan tidak memungut biaya mahal.

Dia mengaku bisa dipercaya para crosser nasional untuk memperbaiki sepatu boot milik mereka saja sudah merupakan suatu kebanggan tersendiri.

“Maksimal untuk renov paling biayanya Rp 700 ribu, itu sudah renov berat,” katanya.

Perajin sepatu 

Supriyadi mengaku, menggeluti usaha renovasi sepatu boot crosser secara kebetulan. Ketika itu, sepatu boot salah satu pejabat di Kabupaten Magetan yang menyukai olahraga cross trabas mengalami kerusakan.

Mengetahui Supriyadi adalah pengrajin sepatu, pejabat tersebut meminta Supriyadi merenovasi bootnya yang mengalami rusak berat.

“Dari mulut ke mulut akhirnya hampir seluruh atlet crosser nasional pernah menggunakan jasa saya untuk merenovasi sepatunya,” terangnya.

Sejak sekolah menengah pertama (SMP), Supriyadi mengaku telah bergelut dengan pekerjaan pembuatan sepatu dan sandal.

Untuk uang jajan, Supriyadi mengaku mendapatkan dari bekerja borongan membuat sandal dan sepatu dari tetangganya.

Pada saat itu, keluarganya masih tinggal di pusat pembuatan sepatu dan sandal kulit di Jalan Sawo, Magetan.

Sementara, keahlian membuat tas dan dompet kulit didapatnya dari saat belajar pembuatan tas dan dompet di Mojokerto. 

Saat ini, Supriyadi mengaku setiap minggu minimal harus mampu membuat sepatu dan sandal sesuai dengan permintaan sejumlah toko sepatu di Magetan sebanyak 400 pasang.

Untuk membantu produksi ratusan pasang sandal dan sepatu tersebut, Supriyadi mempekerjakan 5 orang tetangganya.

Dalam sebulan, Supriyadi mengaku bisa mendapat keuntungan bersih Rp 4 sampai 5 juta dari kegiatan memproduksi sandal dan sepatu.

“Kalau penghasilan kotornya bisa dikalikan 3 kali. Itu di luar renovasi sepatu boot crosser,” katanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/02/07/13423711/ini-dia-supriyadi-perajin-sepatu-langganan-para-crosser

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke