Salin Artikel

Penderita DBD di Kediri Tinggi, Permintaan Ikan Cupang Meningkat

Tingginya permintaan terhadap jenis ikan hias itu karena banyak digunakan sebagai medium pengendalian nyamuk melalui program ikanisasi oleh masyarakat.

"Selain pembeli dari pedagang ikan biasa, banyak juga pembeli dari perangkat desa atau kelurahan untuk pemberantasan nyamuk," ungkap  Wakil Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Maju Heru Sulistio, Sabtu (2/2/2019).

Peningkatan permintaan itu, kata pembudidaya yang bermarkas di sentra ikan Kelurahan Ketami Kota Kediri ini, sudah terjadi sejak Desember 2018 yang lalu.

Jika sebelumnya setiap minggu permintaan hanya mencapai 1.000 ekor hingga 1.500 ekor, kini permintaan itu melonjak tajam hingga bisa mencapai 4.000 ekor per minggu.

Ikan cupang banyak dipakai untuk pengendalian nyamuk karena dianggap efektif memberantas nyamuk terutama pada fase masih menjadi jentik.

Beberapa keunggulan ikan ini, Heru membeberkan, karena daya tahannya terhadap cuaca dan kemampuan hidup yang tinggi meski pada air yang minim.

"Tahan lapar juga. Jadi perawatannya mudah," ujarnya.

Dengan kemampuannya itu, ikan itu biasa ditempatkan di bak mandi hingga pada pot bunga yang terdapat genangan air.

Untuk harga, ikan jenis ini juga relatif terjangkau. Setiap ekornya hanya dibanderol Rp 700 untuk usia ikan satu bulan.

Kepala Desa Gampengrejo, Mugiono, merupakan salah satu pengguna jasa ikan tersebut untuk ikanisasi.

Dia memborong hingga 1.000 ikan cupang untuk ditugaskan sebagai pemberantas jentik nyamuk di desanya. Ikan-ikan akan didistribusikan kepada seluruh warganya secara gratis.

"Selain PSN, kami juga gencarkan ikanisasi," ujar Mugiono.

Serangan demam berdarah yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti di Kabupaten Kediri cukup mengkhawatirkan. Sejak Januari 2019 sudah ada 12 korban jiwa.  

https://regional.kompas.com/read/2019/02/02/23362051/penderita-dbd-di-kediri-tinggi-permintaan-ikan-cupang-meningkat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke