Salin Artikel

5 Fakta di Balik Kemiskinan Keluarga Darwis di Pamekasan, Malu Minta Raskin hingga Menunggu Janji Kompresor dari Dinsos

KOMPAS.com - Keluarga Darwis di Kelurahan Gladak Anyar, Pamekasan, Jawa Timur, tinggal bersama empat anaknya di gubuk berdinding bambu dan triplek.

Gubuk seluas sekitar 3x3 meter itu letaknya tak jauh dari Sungai Semajid, yang menjadi langganan banjir. Darwis masih bersyukur masih ada salah satu warga yang memperbolehkan sebagian tanahnya untuk didirikan gubuk.

Saat Kompas.com bertamu, Rabu (9/1/2019), wajah Darwis tampak pucat karena sedang sakit. Darwis pun menceritakan cara keluarganya bertahan hidup dalam kemiskinan. 

Inilah sekelumit fakta dari hidup Darwis dan keluarganya:

Darwis tinggal bersama empat orang anaknya, Moh Rofi Mudarris (9), Boby Wahyudi (20), Anis Romadona (17), dan Nabila (15).

Gubuk dia sekat menjadi dua kamar tidur. Satu untuk Darwis dan Rofi, anak bungsunya, dan satu kamar lainnya untuk Anis dan Nabila. Sedangkan anak sulungnya, Boby, tidur di sofa bekas di emperan gubuk.Kondisi rumah Darwis pun jauh dari layak.

Untuk mencari rumah yang lebih layak, hanya masih menjadi angan-angan bagi Darwis. Darwis mengaku tidak memilik biaya untuk membangun rumah.

"Hidup saya seperti induk ayam dan anaknya. Kerja hari ini untuk makan hari ini," ungkap Darwis.

Dari empat anak Darwis, hanya Rofi yang masih bersekolah di sekolah dasar. Ketiga kakaknya terpaksa berhenti di tingkat SMP karena tak ada biaya untuk melanjutkan ke SMA.

Ketiga anaknya tersebut memilih untuk bekerja serabutan dan penghasilannya untuk membantu keluarga.

"Anak-anak sedang bekerja semua. Baru sore mereka pulang sambil bawa makanan," kata Darwis sambil merapikan kancing bajunya.

Saat Kompas.com bertamu, Rofi terpaksa tidak masuk sekolah karena harus merawat Darwis, ayahnya, yang sedang sakit.

Kisah miris terungkap dari Rofi, anak bungsu Darwis. Pekerjaan ayah dan ketiga kakaknya tak dipastikan ada.

Terkadang ketiga kakanya dan ayahanya tidak bekerja sama sekali. Artinya untuk hari itu, tak ada makanan untuk dimakan. Saat itu, Rofi biasanya menahan lapar dengan tidur.

"Kalau saya lapar, kadang dibawa tidur biar tidak semakin lapar," kata Rofi sambil mengelap sepeda barunya hasil pemberian Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan.

Rofi mengaku senang saat pulang sekolah diajak diajak makan di rumah temannya.

Rodak (50), pemilik tanah yang ditempati Darwis, menceritakan, sudah puluhan tahun hidup Darwis sangat memprihatikan.

Sebagai tetangga dan sahabatnya, Rodak seringkali membantu Darwis. Darwis bukanlah sosok pemalas. Dia orang yang memiliki tanggung jawab dalam bekerja.

Suatu waktu, Darwis mendapat pekerjaan mengurusi pembangunan rumah milik salah satu pejabat dinas pekerjaan umum Pemkab Pamekasan.

Namun, pekerjaan itu membuat orang lain iri dan membuat Darwis difitnah. Darwis terpaksa harus melepaskan pekerjaannya.

"Dia korban fitnah sehingga pekerjaannya sekarang serampangan. Saya kasihan sekali," kata Rodak.

Beberapa waktu lalu, Dinas Sosial Kabupaten Pamekasan menjanjikan sebuah kompresor untuk Darwis. Darwis pun berharap kompresor tersebut segera datang.

Rencananya, Darwis akan bengkel tambal ban di trotoar pinggir jalan tak jauh dari gubuknya. Darwis pun mengaku sangat berharap dengan adanya bantuan kompresor, akan membantu kehidupan ekonomi keluarganya.

Dirinya merasa malu untuk meminta bantuan beras miskin dari pemerintah. Keluarganya ingin bertahan hidup dengan bekerja dari perasan keringat mereka sendiri. Menurut Darwis, anak-anaknya sudah terbiasa mandiri dalam keadaan miskin.


Sumber: KOMPAS.com (Taufiqurahman)

https://regional.kompas.com/read/2019/01/10/18183241/5-fakta-di-balik-kemiskinan-keluarga-darwis-di-pamekasan-malu-minta-raskin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke