Salin Artikel

5 Fakta di Balik Kematian Eril Dardak, Wajah Tertutup Plastik hingga Keluarga Tolak Otopsi

KOMPAS.com — Eril Dardak ditemukan tergeletak tak bernyawa di lantai dengan wajah tertutup plastik di dalam kamar kos miliknya di Kos Kartifah, Jalan Dago Asri I Nomor 24, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat.

Kematian adik kandung Bupati Trenggalek Emil Dardak tersebut mengundang perhatian publik.

Berdasarkan hasil sementara olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan. Pihak keluarga menolak untuk dilakukan otopsi.

Berikut ini fakta di balik kematian Eril Dardak di Bandung:

Eril Ario Listanto Dardak, adik kandung dari Bupati Trenggalek Emil Elistyanto Dardak, meninggal pada Rabu (12/12/2018) siang di Bandung. Hal itu dibenarkan Wakil Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin.

"Benar ada kabar adik Pak Emil meninggal, saya belum dapat kabar selanjutnya. Pak Emil sendiri hari ini ke luar kota," katanya saat dikonfirmasi Kompas.com.

Eril Dardak tercatat sebagai calon anggota legislatif yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN) untuk DPR RI dari daerah pemilihan VII Jawa Timur nomor urut 1.

Dapil VII Jatim meliputi Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Trenggalek.

Saat ditemukan, Eril tergeletak meninggal di lantai dengan plastik yang menutupi wajahnya. Namun, menurut polisi, plastik tersebut tidak menunjukkan adanya bekas pembekapan.

"Iya, ada plastik (menutup wajahnya)," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Bandung AKBP M Rifai Rifai.

Namun, berdasarkan olah TKP, plastik tersebut tidak dalam keadaan tertutup rapat menutupi wajahnya, melainkan terbuka.

"Tapi, plastik itu tidak bisa dikatakan membekap karena itu terbuka, tidak terkunci, enggak tahu dia lagi apa, plastik dipasang begitu saja," kata dia.

Selain itu, dari hasil olah TKP oleh polisi, juga tidak ditemukan tanda kekerasan pada tubuh korban.

"Tadi dilakukan visum luar. Kami tak temukan tanda kekerasan pada tubuh korban," ungkap dia.

Polisi mengungkapkan, saat ditemukan, Eril diduga sedang menonton saluran YouTube. Polisi mengalami kesulitan untuk mengungkap penyebab pasti kematian Eril karena pihak keluarga menolak otopsi terhadap jasad Eril. 

Meski demikian, polisi masih akan mendalami kasus tersebut dan memeriksa sejumlah saksi. Sampai saat ini, penyebab kematian Eril belum terungkap.

"Untuk mengetahui penyebab kematian, kan, harus otopsi, arahnya belum ada. Maka, kita kesusahan untuk itu karena orangtuanya tidak mengizinkan untuk otopsi. Jadi, saya belum bisa memastikan," kata Rifai saat dihubungi Kompas.com pada Rabu malam.

Pada hari Rabu siang itu, salah satu petugas kebersihan kos merasa ganjil lantaran saat mengetuk pintu kamarnya, ia tidak mendapatkan jawaban dari penghuni kamar.

Petugas tersebut lalu melaporkan ke pengelola indekos yang kemudian membuka pintu kamar Eril dengan kunci cadangan. Saat masuk, petugas menemukan Eril dalam keadaan tergeletak tak bernapas.

"Kamarnya terkunci dari dalam," kata Rifai.

Pihak pengelola kemudian melaporkan hal tersebut ke kepolisian setempat. Pada pukul 13.00 WIB, Inafis Polrestabes Bandung langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Sementara jenazah Eril kemudian dibawa ke RSHS, dan dibawa pulang keluarga Rabu pukul 18.00 WIB.

Berdasarkan pantauan di TKP, kamar Eril di Kos Katifah berada di lantai paling atas. Kawasan kos Katifah di Jalan Dago memang dikenal elite. Garis polisi pun terlihat sudah terpasang di sekitar kamar Eril.

Sementara itu, Direktur Humas ITB Samitha membenarkan bahwa Eril merupakan mahasiswa Teknil Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2015.

Menurut dia, jenazah Eril langsung dibawa ke tempat tinggal korban di Jakarta.

"Jenazah akan dibawa ke Jakarta. Terima kasih perhatian dan doanya, mengingat ini sangat mendadak, keluarga masih sangat berduka," kata dia.

Sumber: KOMPAS.com (Agie Permadi, Achmad Faizal)

https://regional.kompas.com/read/2018/12/13/09014141/5-fakta-di-balik-kematian-eril-dardak-wajah-tertutup-plastik-hingga-keluarga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke