Salin Artikel

Cerita Risma di Korea Utara: Rumah Sakit dan Sekolahnya Bagus-bagus, tapi...

SURABAYA, KOMPAS.com — Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menceritakan pengalamannya ketika berada di Korea Utara selama tiga hari di negara pimpinan Kim Jong-un itu.

Menurut Risma, ada beberapa hal yang bisa dipetik dari kunjungannya ke negara Republik Rakyat Demokratik Korea itu.

Sebagai Presiden UCLG-ASPAC, Risma juga mempelajari perkembangan kota di Korea Utara itu, seperti Kota Pyongyang yang menjadi kota terbesar dan ibu kota negara tersebut.

Di sana, Risma disambut Wakil Presidium Supreme People's Assembly Kim Yong Nam, dan diajak melihat rumah sakit dan sekolah.

"Kita pertama ke Kota Pyongyang melihat rumah sakit dan sekolah. Bagus-bagus sekolah di sana," kata Risma, belum lama ini.

Risma juga mengaku berkunjung ke Kota Pyongsong, Provinsi Pyongan Selatan. Sama dengan di Pyongyang, fasilitas publik di Pyongsong menurut Risma juga bagus.

"Mereka juga peralatannya lengkap. Jadi kalau untuk pendidikan dan kesehatan yang mendasar itu bagus," imbuhnya.

Tak hanya itu, Risma juga mengapresiasi etos kerja masyarakat Korea Utara. Terutama untuk bertahan hidup dalam kondisi yang serba terbatas.

Bahkan Risma menyebut, harga diri adalah segalanya bagi orang Korea Utara. Mereka tidak akan menukar kehormatan mereka dengan selembar roti sekalipun.

"Mereka survive dengan kondisi seperti itu (serba terbatas). Nasionalisme mereka tinggi sekali. Ada yang ngomong gini, 'Kami tidak mau kehormatan kami ditukar dengan roti'," sambung Risma.

kekurangan Korea Utara

Tetapi, di luar kelebihan yang dimiliki Korea Utara, Risma juga mendapatkan beberapa kekurangan di negara tersebut.

Seperti akses jalan yang perlu dibenahi karena banyaknya jalan bergeronjal. Selain itu, akses telekomunikasi dan informasi juga sulit digunakan.

Risma pun mengaku kesulitan saat menggarap tugas-tugasnya sebagai Wali Kota Surabaya di negara tersebut.

"Aku engak bisa komunikasi karena memang telepon enggak bisa digunakan. Jadi aku harus turun cari wi-fi di lobi. Keluar dari lobi sudah enggak bisa," cerita Risma.

Risma baru bisa menggunakan telepon genggamnya pada hari ketiga saat masuk di perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan. “Kita ke perbatasan, itu baru bisa pakai handphone siangnya,” ujarnya.

Sementara itu, jaringan listrik dan air juga cukup terbatas. Saat berada di Korea Utara, Risma menyebut suhu udara mencapai -7.

"Karena di ruangan listrik mereka terbatas, jadi mereka banyak ruangan gak pakai pemanas ruangan," katanya

Risma juga belum sempat berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat karena komunikasi dibatasi.

Selama di Korea Utara, Risma hanya berkomunikasi dengan pejabat setempat dan rombongannya.

https://regional.kompas.com/read/2018/12/11/14210291/cerita-risma-di-korea-utara-rumah-sakit-dan-sekolahnya-bagus-bagus-tapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke