Salin Artikel

Komunitas Rhesus Negatif Indonesia, Menyatukan untuk Menyelamatkan

Pertemuan itu diikuti puluhan orang yang memiliki golongan darah dengan rhesus negatif. Mereka berasal dari berbagai kota dan propinsi di Indonesia.

Dari pertemuan itu, terungkap beberapa cerita dan pengalaman orang yang memiliki golongan darah dengan rhesus negatif dalam kegiatan tersebut. 

Esa Bagaskala Ashar merupakan salah satu diantara pemilik darah rhesus negatif. Dia diketahui memiliki darah dengan rhesus negatif pada tahun 2016.

Pemuda kelahiran Banyumas Jawa Tengah ini merupakan pendonor darah aktif melalui Palang Merah Indonesia (PMI) di daerahnya. Dirinya rutin donor darah setiap 3 bulan sekali, sejak tahun 2014.

Pada tahun 2016, Esa didatangi seseorang yang mengaku membutuhkan bantuannya. Golongan darah dan jenis rhesus yang dimiliki Esa, saat itu sangat diperlukan untuk membantu kerabat dari seseorang yang datang ke rumahnya.

"Tahunya kalau (darah) saya rhesus negatif, saat ada orang ke rumah. Waktu itu dikasih tahu kalau butuh darah golongan A rhesus negatif dan katanya darah saya yang cocok," tutur Esa.

Sejak aktif melakukan donor darah melalui PMI, alumni Pesantren Ibn Taimiyah Banyumas ini mengatakan hanya mengetahui golongan darah yang dia miliki adalah golongan darah A.

"Sebelumnya sih tidak ada itu rhesus positif atau negatif. Dulu ya golongan darah saya A, gitu. Tidak ada keterangan A (+) atau A(-)," ungkap Esa.

Mengetahui dirinya memiliki darah dengan rhesus negatif, Esa mengaku sempat kaget. Keluarganya, bahkan sempat merasa khawatir ada kelainan pada tubuh Esa karena memiliki rhesus negatif.

"Kaget juga saat tahu rhesus negatif. Dari keluarga khawatir, takut saya ada kelainan atau penyakit apa gitu," tutur pemuda kelahiran 1 Desember 1994 ini.

Kekhawatiran dan ketakutan Esa beserta keluarganya hilang berkat pengetahuan dan pemahaman yang terus digali oleh Esa. Pertemanan dengan petugas PMI dan beberapa dokter, membuat Esa menemukan pemahaman apa itu rhesus negatif.

"Semakin memahami dan yakin kalau rhesus negatif itu bukan kelainan atau jenis penyakit tertentu, ya saat gabung dengan komunitas (Rhesus Negatif Indonesia)," kata Esa.

Cerita lain diungkapkan Agnes Wulandari, pemilik darah rhesus negatif dari Surabaya. Saat menjalani persalinan di rumah sakit, dirinya sempat tidak sadarkan diri akibat pendarahan.

Kepanikan sempat melanda keluarganya. Apalagi, saat pihak rumah sakit menyatakan jika Agnes memiliki golongan darah dengan rhesus negatif.

Dengan rhesus negatif, tranfusi darah hanya diberikan dari golongan dan rhesus darah yang sama. Kepanikan kian dirasakan keluarga karena terbatasnya info terkait pemilik darah dengan rhesus negatif.

"Keluarga panik. Yang namanya broadcast (butuh bantuan darah), itu kemana-mana," tutur Agnes dalam Gathering Rhesus Negatif Indonesia di Trawas, Kabupaten Mojokerto.

Bukan Kelainan

Di Indonesia, pemilik darah dengan rhesus negatif terbilang langka. Disebut langka, sebab populasinya diperkirakan kurang dari 1 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

"Untuk pemilik darah rhesus negatif ada sekitar 3.000 member, saat ini," ungkap Lici Murniati, Ketua Komunitas Rhesus Negatif Indonesia (RNI), Sabtu (1/12/2018).

Dikatakan Lici Murniati, manusia yang memiliki rhesus negatif memang jarang ditemukan. Di seluruh dunia, jumlahnya diperkirakan hanya 15 persen dari populasi manusia di dunia.

Dijelaskan, dalam sistem ABO, golongan darah manusia dikelompokkan menjadi golongan darah A, B, AB, dan O. Lalu, ada sistem penggolongan darah berdasarkan rhesus, yakni rhesus positif rh (+) dan rhesus negatif rh (-).

Dengan demikian, beber Lici, ragam golongan darah saat ini menjadi A(+), A(-), B(+), B(-), AB(+), AB(-), dan O(+), dan O(-).

"Kalau golongan darah saya O dengan rhesus negatif," ungkapnya.

Pemilik darah dengan rhesus negatif memiliki keunikan dibanding manusia dengan rhesus positif. Dalam hal transfusi darah, rhesus positif dan rhesus negatif tidak bisa asal dilakukan.

Lici menjelaskan, pemilik darah dengan rhesus negatif (A-, B-, AB- dan O-), hanya bisa menerima transfusi darah dari orang yang memiliki golongan dan rhesus darah yang sama.

Pemilik darah dengan rhesus negatif tidak bisa menerima donor dari orang dengan rhesus positif. Sebaliknya, pemilik darah dengan rhesus positif, bisa menerima dari rhesus negatif.

"Rhesus negatif tidak bisa menerima dari rhesus positif. Kalau itu dipaksanakan berbahaya dan bisa berakibat fatal," kata Lici.

Yang penting diketahui, tandas Lici, rhesus negatif bukan merupakan kelainan atau sesuatu membahayakan tubuh. Rhesus negatif bukan penyakit dan tidak membahayakan.

Kondisi itu, menyadarkan Lici Murniati sebagai sesama pemilik rhesus negatif, atas pentingnya kepedulian antar sesama pemilik darah rhesus negatif. Dia pun bergabung dengan komunitas sesama pemilik darah dengan rhesus negatif.

Perempuan kelahiran Jakarta ini menjelaskan, komunitas Rhesus Negatif Indonesia (RNI) merupakan wadah berkumpul, berinteraksi dan berbagi pemilik golongan darah dengan rhesus negatif.

Saat ini, sebut Lici, ada sekitar 3.000 orang dengan darah rhesus negatif dan tergabung dalam komunitas RNI.

"Komunitas ini untuk pemilik darah rhesus negatif. Sekarang (komunitas) sudah ada di hampir di seluruh kota propinsi di Indonesia," beber Lici.

Pemilik darah dengan rhesus negatif yang sudah terdeteksi dan tergabung dalam komunitas RNI, terbanyak ada di wilayah Jakarta dan sekitarnya, lalu Surabaya dan Pekanbaru.

Oktavianus Sukrial Agusta, asal Pekanbaru, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Dia berharap, pertemuan sesama pemilik rhesus negatif bisa memacu spirit dalam mengkampanyekan pentingnya setiap orang mengetahui golongan darah dan jenis rhesus yang dimiliki.

"Deteksi itu penting sebagai antisipasi. Jika sewaktu-waktu teman-teman yang rhesus negatif memerlukan darah dari yang sama-sama negatif, bisa dipenuhi," katanya.


Sebagai orang yang punya pengalaman terkait kebutuhan darah dari jenis rhesus negatif, Agnes mengaku tak lupa dengan peristiwa yang pernah dialaminya.

Menurut dia, pendeteksian dan jalinan komunikasi antar sesama pemilik darah dengan rhesus negatif perlu dijaga.

Adanya komunitas Rhesus Negatif Indonesia, menurut Agnes, menjadi angin segar bagi pemilik darah dengan rhesus negatif. Di Surabaya, ada sekitar 400 orang yang memiliki darah dengan rhesus negatif.

"Jadi kita sekarang, bukan bermaksud apa-apa atau bertujuan apa. Ini memang murni untuk menolong nyawa orang, karena saya sendiri yang mengalami," ujar Agnes.

Esa Bagaskala Ashar mengungkapkan, memiliki golongan darah dengan jenis rhesus negatif merupakan anugerah yang tak ternilai bagi dirinya.

"Bagi saya ini kebanggaan," katanya.

Sejak dipastikan memiliki darah dengan rhesus negatif, Esa merasa tertantang untuk menjaga amanat yang diberikan kepadanya.

Sebagai pemilik rhesus negatif, Esa harus selalu menjaga pola hidup sehat serta rajin berinteraksi dengan sesama pemilik rhesus negatif di seluruh wilayah.

"Kita dituntut untuk selalu sehat dan siap mendonorkan darah kepada orang memerlukan. Apalagi jumlah kita memang sangat sedikit dibanding pemilik rhesus positif," pemuda asal Banyumas ini.

https://regional.kompas.com/read/2018/12/02/15172541/komunitas-rhesus-negatif-indonesia-menyatukan-untuk-menyelamatkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke