Salin Artikel

Mengenal Rektor Unimal, Pernah Berjualan Es Lilin hingga Sosok Ibu di Mata Apridar

KOMPAS.com - Di balik sosok Profesor Apridar, Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal), banyak kisah menarik untuk diungkap. Salah satunya adalah kehidupan masa kecil Apridar.

Apridar kecil ternyata harus berjualan es lilin untuk membantu kedua orangtuanya, Abdurahman dan Dawiyah.

Apridar tanpa rasa sungkan dan malu, menjajakan es lilin dari rumah ke rumah, dari gang satu ke gang lainnya.

Sepenggal kisah itu terulas tuntas di buku berujudul "Beking Profesor". Buku tersebut menceritakan perjalanan hidup Apridar dari kecil hingga menjadi rektor Unimal selama dua periode.

Berikut ini fakta lengkap dan menarik dari sosok Apridar.

Apridar adalah lahir dari pasangan pegawai negeri sipil, Abdurrahman dan Dawiyah. Penghasilan kedua orangtuanya pun tak cukup mencukupi untuk memenuhi kebutuhan 7 anak, termasuk Apridar.

Melihat itu, Apridar atau sering disapa Ayin, memutuskan untuk berjualan es lilin di kampung-kampung.

Ayin pun semakin giat berjualan saat ibundanya, Dawiyah, mundur dari pegawai negeri sipil untuk membesarkan enam putra dan satu putrinya.

Penghasilan ayahnya dengan gaji pas-pasan sebagai pegawai negeri golongan rendah semakin tidak mencukupi.

Sikap kerja keras sejak kecil ternyata terus berlanjut. Usai lulus dari Universitas Syiah Kuala, Apridar bekerja di pabrik rokok di Banda Aceh.

Apridar tidak bisa melupakan keputusan Dawiyah, ibunya, untuk keluar dari PNS dan memilih untuk mengasuh dirinya dan saudara-saudaranya.

Rasa cinta mendalam terhadap ibunya sangat jelas terlihat dalam tulisan di buku berjudul "Beking Profesor".

Apridar rela meninggalkan gaji besar saat bekerka di pabrik rokok dan memilih untuk menjadi dosen dengan gaji Rp 50 ribu, hanya untuk tetap dekat dengan sang ibu.

“Bagi saya, ibu adalah beking saya sesungguhnya. Karena itu pula judul buku ini 'Beking Profesor'. Beliau yang menjadi panduan saya, mendiskusikan banyak hal, dan beliau mendidik saya hingga hari ini, buku ini sesungguhnya untuk ibu saya,” kata Apridar.

Apridar mengakui sangat menghormati dan sekaligus mencintai ibunya, Dawiyah. Selain keputusan keluar dari PNS, semangat Dawiyah untuk belajar juga memotivasi Apridar untuk terus belajar.

Dawiyah melanjutkan pendidikan magister di IAIN Ar Raniry ketika berusia 60 tahun.

“Saya terus termotivasi, ibu memberi contoh nyata, bahwa sekolah itu untuk ilmu, bukan sekadar gelar. Ibu menamatkan magister di usia lanjut,” terang dia.

Dalam buku itu juga diceritakan bagaimana dia memimimpin kampus itu selama delapan tahun. Membenahi akreditasi dari mayoritas C menjadi B.

Apridar bergabung menjadi dosen tetap di Unimal sejak kampus tersebut masih berstatus swasta.

Perjuangan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi para mahasiswa tak bisa dibilang mudah.

Guru besar Ilmu Ekonomi tersebut rela digaji Rp 50 ribu saat bergabung ke Universitas Malikussaleh. Saat itu kampus Unimal masih bersatus swasta di bawah kepemilikan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara.

“Saya bekerja bukan untuk saya, tapi untuk semua civitas akademika, kerja ini bukan saya saja, ini tim dan itu menghantarkan Unimal pada usia 17 tahun setelah dinegerikan saat ini,” katanya.

Sebagai mahasiswa muda, Apridar pernah memimpin organisasi Ikatan Pelajar Aceh Utara (IPAU), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Banda Aceh.

Jauh sebelum itu, Apridar kecil berinisiatif bekerja sebagai penjual es lilin di kampung-kampung.

Lalu, saat ini, Apridar menjadi guru besar Ilmu Ekonomi di Unimal. Tak hanya itu, dirinya telah mengabdi menjadi rektor selama dua periode.

Salah satu prestasinya adalah mengangkat Unimal dari status akreditasi mayoritas C menjadi B. Bukan sesuatu yang mudah.

Perjuangan Apridar untuk mengembangkan kampusnya pun masih panjang. Apridar terus memperbaiki sarana dan prasarana kampus untuk menunjang kegiatan belajar mengajar para mahasiswanya.

Di balik itu, Apridar mengakui, sosok ibunya sangat berperan dari segala prestasinya tersebut.

Sementara itu, dalam pengantar buku "Beking Profesor", redaktur pelaksana Harian Serambi Indonesia (Kompas Group), Yarmen Dinamika mengatakan, kisah Apridar bisa menjadi inspirasi bagi kaum muda Aceh untuk mengembangkan diri dan Indonesia.

Sumber: KOMPAS.com (Masriadi)

https://regional.kompas.com/read/2018/11/23/19444121/mengenal-rektor-unimal-pernah-berjualan-es-lilin-hingga-sosok-ibu-di-mata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke