Salin Artikel

Cerita Para Relawan Memopulerkan Bisindo, Bahasa Isyarat untuk Teman Tuli

Kepada Kompas.com, Maslika mengaku dengan belajar Bisindo, dia semakin mudah berkomunikasi dengan Raihan (7), anak keduanya yang tuli. 

"Sejak dia sekolah di SLB, dia sering berkomunikasi dengan bahasa yang kadang tidak saya pahami. Akhirnya ibunya harus download dulu di internet. Belajar lagi. Tapi kalau gini kan enak. Langsung praktek," kata Maslika.

Perempuan yang berhijab tersebut mengaku selama ini tidak ada masalah saat berkomunikasi dengan anaknya karena keluarganya sudah memahami gerak dan gestur Raihan saat berkomunikasi.

Namun setelah Raihan sekolah, dia mempelajari beberapa bahasa isyarat yang digunakan untuk berkomunikasi di sekolahnya yang tidak dipahami oleh keluarganya.

"Nanti bapaknya harus juga belajar Bisindo. Enggak cuma saya. Jadi enak kalau komunikasi," katanya sambil tertawa

Selain Maslika, ada sekitar 40 orang orang yang belajar Bisindo. Mereka adalah guru-guru SLB, guru sekolah inklusi dan orang tua yang memiliki anak tuli.

Acara tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Matahari Banyuwangi yang bertujuan untuk menyosialisasikan Bisindo kepada masyarakat.

"Awalnya pelatihan ini hanya untuk guru-guru kami. Kemudian saya berpikir, ini ilmu yang harus dibagikan kepada orang banyak. Akhirnya kami mengundang beberapa sekolah yang selama ini aktif bekerja sama dengan yayasan Matahari," jelas Andriena Marcelia, ketua yayasan Matahari kepada Kompas.com, Jumat (9/11/2018).

Yayasan Matahari Banyuwangi adalah lembaga pendidikan dan pelatihan untuk program-program pendidikan kebutuhan khusus dan konseling.

Menurut perempuan yang akrab dipanggil Bunda Nina, selama ini dirinya dan beberapa guru sering kesulitan berkomunikasi dengan penyandang tuli apalagi jika mereka tuna ganda.

"Kami berharap dengan pelatihan ini, ada wawasan baru bagaimana berkomunikasi dengan mereka. Mengapa melibatkan guru sekolah inklusi, karena nantinya, anak-anak kami akan bersekolah di sana dan para guru yang akan sering berkomunikasi dengan bahasa isyarat dengan mereka," jelasnya Bunda Nina.

Sementara itu Nisrina Firdausi, relawan Akar Tuli kepada Kompas.com menjelaskan jika Bisindo membutuhkan gesture dan ekspresi sehingga mudah dipahami oleh ke penggunanya.

Berbeda dengan bahasa isyarat lainnya, Bisindo berkembang alami dilingkungan penggunanya yaitu para penyandang tuli.

"Ada bahasa isyarat yang diciptakan oleh mereka yang dengar, dan tentunya akan sulit diterima oleh kawan-kawan yang tuli. Mereka yang tuli lebih mengetahui apa yang mereka butuhkan termasuk kebutuhan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi," jelas Nisrina yang sudah menjadi relawan di Akar Tuli sejak tahun 2013 lalu.

Belajar Bisindo

Ada beberapa hal yang mendasar saat belajar Bisindo yaitu tidak mengangkat tangan terlalu tinggi saat berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, tidak berteriak, tidak pura-pura memahami apa yang disampaikan oleh penyandang tuli.

Menurut Nisrina, tidak masalah meminta mereka para penyandang tuli untuk mengulang lagi gerakan. Ini akan lebih baik dari pada pura-pura paham.

Lalu jika menggerakkan tangan cukup sejajar dada karena jika terlalu tinggi akan menutup bagian mulut karena berkomunikasi dengan Bisindo kita juga menggerakkan bibir hanya saja tidak terlalu cepat.

"Termasuk jangan berteriak. Mereka akan tahu jika kita berteriak bukan dari suara tapi dari getaran yang mereka rasakan," jelasnya.

Atau bisa saja menggunakan sarana gambar untuk mempermudah berkomunikasi dengan para tuli.

Nisrina mengaku, dia dan beberapa rekan-rekannya di komunitas Akar Tuli selalu menyosialisasikan Bisindo ke masyarakat umum bukan hanya kepada mereka yang menyandang tuna rungu tapi juga masyarakat dengar.

Para pengurus dan anggota Akar Tuli yang ada di Malang adalah penyandang tuli, sementara relawan yang berjumlah sekitar 20 orang adalah mereka yang dengar.

"Mereka yang tuli dan yang dengar pada dasarnya jadi jangan sampai ada perlakuan yang berbeda. Kalau boleh saya menggambarkan ya sama seperti saya tidak berkacamata, dan ada yang yang berkacamata," pungkasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/11/10/09295781/cerita-para-relawan-memopulerkan-bisindo-bahasa-isyarat-untuk-teman-tuli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke