Salin Artikel

Para Pemandu Resah Maraknya Perburuan Burung Endemik Flores

Diduga burung hantu itu, yang merupakan burung endemik Flores, mati terkena tembakan oleh orang yang tak bertanggungjawab yang sering masuk di kawasan hutan tersebut.

"Kemarin, Minggu (14/10/2018) saat saya memandu tamu asing yang ingin mengamati burung endemik Flores di kawasan hutan Poco Ndeki, melihat seekor burung hantu yang mati di tengah hutan tersebut. Ada bekas tembakan di tubuh burung tersebut," katanya kepada Kompas.com, Minggu (14/10/2018) malam. 

"Saat itu juga saya mengabadikannya. Tamu-tamu khusus mengamati burung endemik Flores sangat sedih melihat burung hantu mati karena diduga ditembak oleh orang tak bertanggungjawab."

Rabenak menjelaskan kawasan hutan Poco Ndeki di Manggarai Timur merupakan salah satu spot terbaik untuk mengamati burung endemik Flores.

Banyak pengamat burung luar Negeri memilih kawasan hutan Poco Ndeki untuk mengamati burung endemik Flores dan Wallacea. Kawasan hutan Poco Ndeki terkenal di kalangan pengamat burung internasional di luar negeri.

Rabenak menjelaskan, burung-burung yang dijumpai di kawasan hutan Poco Ndeki diantaranya Elang Flores, Gagak Flores, Pergam punggung hitam, Cekakak Tunggir Putih, Pa'ok Laus, Walik kembang, Celepuk Maluku, Kirik Kirik Laut, Celepuk Wallacea, Opior Jambul, Opior Paruh Tebal, Seriwang Asia, Pergam Hijau dan masih banyak lainnya.

Species kunci di kawasan Poco Ndeki adalah Elang Flores, makanya para birder dan wisatawan dengan minat khusus sering ke kawasan hutan Poco Ndeki.

"Saya berharap kawasan hutan Poco Ndeki sebagai spot terbaik mengamati burung endemik Flores dijaga dengan baik oleh warga setempat. Jangan ada lagi burung mati yang dijumpai ditengah kawasan itu," harapnya.

Rabenak menjelaskan, trip mengamati burung kali ini bersama dengan pengamat burung internasional berawal dari kawasan Gunung Inerie di Kabupaten Ngada, Kawasan hutan Poco Ndeki, di kawasan hutan di sekitar danau Ranamese, di Kabupaten Manggarai Timur. 

Kemudian di kawasan hutan Golo Lusang di kabupaten Manggarai, kawasan hutan Mbeliling dan Sano Nggoang dan berakhir di Pulau Komodo di Kabupaten Manggarai Barat.

Rawan perburuan

Pemandu burung lainnya di Pulau Flores, Yohanes Jehabut kepada Kompas.com, Senin, (15/10/2018) mengatakan kawasan hutan Poco Ndeki sangat rawan dengan perburuan dan penangkapan burung oleh orang tak bertanggungjawab.

Kondisi habitat di kawasan itu tidak ramah karena ada perburuan dan penangkapan burung yang di kirim ke Bali.

Jehabut menjelaskan, burung endemik Flores, seperti Punai Flores ada di kawasan hutan Poco Ndeki. Namun, Punai Flores mudah sekali di tembak dengan senapan angin oleh orang tak bertanggungjawab karena burung itu lamban untuk menghindari dari perburuan.

"Semua pemandu burung yang memandu tamu mereka ke kawasan hutan Poco Ndeki sering berjumpa dengan orang yang membawa senapan angin. Bahkan penangkapan burung di kawasan itu oleh orang tak bertanggungjawab sering terjadi untuk dibawa ke Bali," jelasnya.

Menurutnya, kawasan hutan Poco Ndeki sesungguhnya spot terbaik di Flores Barat selain kawasan hutan Sano Nggoang, kawasan hutan Mandosawu.

Namun, kondisi yang kurang ramah di kawasan itu perlahan-lahan tak ada pengamat burung yang tertarik ke kawasan itu. Saat ini hanya sesekali direkomendasi untuk membawa tamu di kawasan hutan Poco Ndeki karena kondisi habitatnya tidak ramah dari perburuan orang yang tak bertanggungjawab.

"Awal bulan ini, saya memandu tamu asing yang mengamati burung endemik Flores di kawasan itu, namun kedepannya agak sulit karena kondisi disana tak ramah lagi," jelasnya.

Jehabut berharap, Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur membuat pos jaga di kawasan itu demi kelangsungan burung dan hutan di kawasan itu.

Pemandu juga tidak mengetahui status kawasan itu karena tidak ada papan nama untuk status kawasan hutan Poco Ndeki. 

https://regional.kompas.com/read/2018/10/15/13035991/para-pemandu-resah-maraknya-perburuan-burung-endemik-flores

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke