Salin Artikel

Cerita Hinayah Raih Emas di Asian Games, Awalnya Diragukan tetapi Bikin Kejutan

Keberhasilan Hinayah mencapai prestasi gemilang dilalui dengan perjuangan yang panjang dan berliku.

Para pelatih serta rekan-rekannya pun tak menyangka Hinayah dapat meraih medali emas.

Ahmad Dimyati, pelatih pertama Hinayah menceritakan, dulu pemuda itu adalah anak kecil yang polos dan sering bermain di sekitar menara panjat tebing di Kota Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, pada 2004 lalu.

Hinayah kecil sesekali duduk melihat Ahmad Dimyati bersama atlet lain melakukan latihan persiapan panjat tebing untuk mengikuti PON 2004 di Riau, kala itu.

Meskipun persiapan dan latihan rutin tiap hari, nyatanya Dimyati bersama teman-temannya ditunda untuk mengikuti Pelatda, menjelang PON di Riau.

Kesal dan kecewa sempat menyelimuti perasaan mereka kala itu. Terlebih lagi berbulan-bulan meninggalkan rumah dan harus berada di Muba jauh dari keluarga, namun hasilnya tidak bisa mengikuti Pelatda.

Untuk mengobati kekecewaannya, Dimyati kemudian menghibur diri dengan melatih bocah Hinayah dan rekan-rekannya.

“Hinayah dulu suka bangunin tidur kalau pagi. Alat-alat suka disiapkan, jadi teman-temannya itu misalkan lagi jenuh sering kami ajak main, untuk menghilangkan suntuk,” kata Dimyati, Senin ( 10/9/2018).

Kegagalan untuk mengikuti PON akhirnya diputuskan Dimyati bersama temannya “iseng” melatih Hinayah bersama empat rekannya yang lain, yakni Hendri, Leman dan Riko untuk panjat tebing.

Ternyata dibanding teman-temannya, Hinayah lebih fokus mengikuti materi yang diberikan hingga diputuskan untuk memanjat menara.

“Pertama kali dia manjat itu nggak takut, seperti halnya anak-anak biasa. Mereka anggapnya main saja, Hinayah paling terlihat waktu itu,” ujarnya.

Kegigihan Hinayah mendalami teknik panjat tebing dimanfaatkan Dimyati untuk mencari bibit baru. Setiap hari, ketika Hinayah asyik bermain, dia diajak untuk berlatih bersama para atlet yang lain.

Hasilnya, Hinayah mampu meraih prestasi di beberapa kejuaraan tingkat lokal. Dia pun diputuskan masuk ke tim inti atlet panjat tebing dalam laga Asian Games 2018.

“Ini keberhasilan besar Hinayah, saya juga tidak menyangka prestasinya sampai seperti ini,” ujarnya.

Tak Masuk Daftar Atlet di Asian Games

Putra pasangan dari Herman dan Arniza ini ternyata sempat tak masuk ke daftar atlet inti yang akan diturunkan dalam ajang Asian Games 2018 kemarin.

Meskipun hanya berada di urutan atlet lapis dua, ketekunan Hinayah untuk berlatih akhirnya berbuah manis. Pada 2017, Hinayah dipanggil mengikuti Pelatnas di Jakarta.

Di sana ia dilatih secara khusus mengikuti berbagai tahapan materi yang diberikan oleh para pelatih. Sebelum masuk ke tim Asian Games, Hinayah harus bersaing dengan rekannya sendiri memperebutkan delapan nama yang akan dipilih.

Dalam sparring partner, Hinayah akhirnya melesat lebih cepat memanjat menara dibandingkan para seniornya yang telah mengikuti berbagai kejuaraan panjat tebing.

“Waktu itu hanya ada delapan atlet untuk putra dan enam atlet untuk putri yang akan dipilih. Alhamdulilah saya berhasil membuktikan dan masuk dalam delapan nama itu,” kata Hinayah.

 Walaupun telah ke dalam daftar delapan nama yang lolos, para pelatih belum mengumumkan siapa saja yang dapat bergabung ke tim inti dalam Asian Games.

“Saya ingat betul, 15 menit sebelum pertandingan dimulai baru diumumkan nama-nama yang ikut dalam tim inti, termasuk saya,” ujarnya.

 Sempat diragukan

Para pelatih atlet panjat tebing sempat meragukan kemampuan Hinayah untuk mengikuti Asian Games. Hinayah pun akhirnya diputuskan menjadi atlet lapis dua dalam pelaksanaan pesta olahraga se-Asia tersebut.

Keraguan ini bukan kali pertamanya disematkan kepada Hinayah. Dimyati mengaku, memang sempat beberapa kali Hinayah selalu diragukan ketika mengikuti kejuaraan, karena jam terbangnya yang masih minim dibandingkan para seniornya yang lain.

“Di Asian Games, Hinayah bukan atlet panggilan Pelatnas. Tapi lapis dua. Ini sering dulu juga seperti itu, selalu lapis dua karena jam terbangnya masih minim,” kata Dimyati.

Dimyati berupaya meyakinkan tim pelatih Pelatnas sebelum kejuaraan dimulai, bahwa kemampuan Hinayah sudah sangat jauh meskipun jam terbangnya minim.

Upaya itupun ternyata berhasil, 15 menit sebelum kejuaraan dimulai, diputuskan bahwa Hinayah bisa mengikuti pertandingan menjadi tim inti.

“Saya salut sama tekad Hinayah ini, sekali diberi kepercayaan dia maksimal. Hasilnya ini, langsung dapat emas,” ujarnya.

 

https://regional.kompas.com/read/2018/09/12/06540391/cerita-hinayah-raih-emas-di-asian-games-awalnya-diragukan-tetapi-bikin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke