Salin Artikel

Kisah di Balik Prestasi 5 Atlet Indonesia, dari Menjadi Buruh Cuci hingga Tukang Lipat Parasut

KOMPAS.com - Hingga saat ini, prestasi kontingen Indonesia menuai banyak pujian. Perolehan medali di ajang Asian Games 2018 para atlet Indonesia telah melampaui harapan.

Prestasi terukir karena kerja keras para atlet selama latihan dan sejumlah cerita dibalik perjuangan mereka pun terungkap. 

Berikut kisah-kisah inspiratif para atlet Indonesia dalam ajang Asian Games 2018.

Lena-Leni adalah anak pasangan Surtinah dan Toni'ah yang berprofesi sebagai buruh tani di daerah asalnya, Desa Karangkerta, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Kedua saudari kembar itu memang menyukai olah raga. Sepak takraw akhirnya dipilih untuk bisa bersekolah dengan gratis.

"Saya dan Leni ikut sepak takraw karena dapat informasi bahwa ada beasiswa di SMA kalau ikut takraw. Tanya temen, mau ikut takraw karena katanya sekolahnya bisa gratis gitu. Jadi ya udah, kami mendadak ke takraw karena mau sekolah itu, sekitar tahun 2006," ujar Lena.

Sejak saat itu, tepatnya 2006, Lena dan Leni tekun berlatih hingga prestasi datang satu demi satu. Misalnya menjadi juara di ajang Pekan Olahraga Pelajar se-Jawa Barat, Pekan Olah Raga Daerah dan Kejurnas mewakili Jawa Barat.

Lalu pada tahun 2007, keduanya dipanggul untuk bergabung Pelatnas. Bagi si Kembar, hidup dalam kesederhanaan sebagai keluarga butuh tani, bukanlah halangan.

Kondisi tersebut menjadi tempaan mental Lena dan Leni. Satu tujuan yang pasti di benak mereka adalah membahagiakan kedua orangtua mereka.

Meskipun sempat menjadi buruh cuci untuk membayar uang seragam sekolah dan menolak untuk menjadi TKI, Lena dan Leni akhirnya menuai hasil manis.

"Dari dulu, saya hanya ingin membahagiakan orangtua. Dan sekarang mereka ikut bahagia. Setidaknya bisa mengubah dari kehidupan yang dulu," kata Lena.

Sementara itu, Lena dan leni bersama tim putri sepak takraw Indonesia, pernah meraih medali perunggu di ajang Asian Games 2014 di Korea.

Jafro Megawanto adalah atlet paralayang asal Kota Batu Malang, Jawa Timur. Dirinya berhasil menggondol medali emas untuk nomor akurasi beregu pria paralayang pada hari Kamis (23/8/2018) di Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat.

Di balik prestasi tersebut, kisah Jafro untuk menjadi atlet profesional dan berprestasi ternyata menarik untuk ditelusuri. Sebagai anak seorang petani dengan kendala ekonomi yang berat, Jafro berhasil menjadi juara.

Sang ibu pernah memintanya untuk berhenti menekuni olah raga kesukaannya tersebut. Namun, Jafro memilih untuk bertahan dan mencari uang saku sebagai tukang lipat parasut agar tidak membebani kedua orangtuanya.

"Sampai sekarang masih ngelipet (melipat), Mas. Upah dari melipat itu buat naik ojek untuk latihan," kata Jafro Megawanto saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/8/2018).

Hasil tidak akan pernah mengkhianati proses. Usaha keras si "Paraboy" Jafro pun membuahkan hasil manis, medali emas di Asian Games 2018.

Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat tahun 2016, Jafro meraih medali emas.

Dibalik prestasi Khoiful Mukhib meraih medali emas untuk cabang olah raga sepeda gunung Asian Games 2018, tidak terlepas dari dukungan isteri dan sang calon bayi.

Ya, salah satu ujub syukur keberhasilan Mukhib adalah untuk di calon bayi yang ada di kandungan isterinya, Hamida Nasihati.

“Saat ini istri saya mengandung usia 9 bulan. Iya, medali emas buat kado (calon bayi),” ucap Khoiful Mukhib, saat ditemui di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, Senin (27/8/2018).

Mukhib menceritakan, selama latihan untuk berlaga di Asian Games 2018, dirinya kerap meninggalkan waktu menemani isterinya yang tengah mengandung. Dukungan dan cinta sang isteri benar-benar dirasakannya, sehingga dia kayuh masa depan keluarganya dengan penuh semangat.

Mukhib tercatat sebagai pebalap sepeda gunung atau downhill tercepat dengan catatan waktu 2 menit 16,687. Catatan waktu tersebut mengalahkan pesaing-pesaingnya.

Setelah ajan Asian Games 2018 usai, Mukhib akan mempersiapkan untuk SEA Games.

Iqbal Candra Pratama dan Sarah Tria Monita adalah sepasang suami isteri. Keduanya merupakan jawara yang menyumbang medali emas bagi Indonesia di ajang Asian Games 2018.

Iqbal Candra Pratama lebih dulu berhasil mengalahkan lawannya dari Vietnam Ngoc Toan Nguyen, di nomor 60 kg-65 kg putra dengan skor cukup telak, 4-1.

Setelah itu, sang isteri, mampu menang atas Nong Oy Vongphakdy yang merupakan wakil dari kontingen Laos. Sarah menang dengan skor 5-0 di nomor 55-60 kg.

Bukanlah sebuah kebetulan, Iqbal dan Sarah setiap hari berlatih dan meningkatkan skill untuk menjadi juara.

Selain itu, kebersamaan dalam satu perjuangan baik sebagai atlet atau pasangan suami isteri, ternyata menjadi nilai lebih bagi keduanya.

Dorongan dan dukungan batin menjadi kekuatan tak terlihat yang membuat Iqbal dan Sarah mencapai prestasi tertinggi.

Sepasang suami isteri tersebut menuai hasil kerja keras mereka. Sejumlah bonus menanti untuk mereka berdua.

Sumber (KOMPAS.com: Andi Hartik, Nazar Nurdin/ Bolasport: Eris Eka Jaya)

https://regional.kompas.com/read/2018/08/28/15000001/kisah-di-balik-prestasi-5-atlet-indonesia-dari-menjadi-buruh-cuci-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke