Salin Artikel

Diduga Kelelahan, Relawan PMI Meninggal di Pengungsian Gempa Lombok

Relawan asal Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah ini meninggal saat beristirahat di tenda pengungsian dalam tugas kemanusiaannya di Kecamatan Kayangan, Lombok Utara.

Diduga kuat yang bersangkutan kelelahan mendroping air bersih ke sejumlah titik pengungsian di Lombok Utara.

“Kabar duka ini dari sahabat relawan yang tengah menjalankan tugas kemanusiaannya dalam operasi tanggap darurat gempa Lombok, dan kematiannya adalah mati syahid,” ujar Ridwan Hidayat, Ketua PMI NTB seusai shalat jenazah.

Puluhan relawan PMI yang juga menjalankan tugas kemanusiaan di sejumlah titik di Lombok menyolatkan dan mengantarkan jenazah Afni Fastabiqul Strata Utama (Tata).

Mereka tak kuasa menahan kesedihan. Air mata menetes, pun saat mereka memberikan penghormatan terakhir dalam shalat jenazah. 

Ridwan Hidayat, Ketua PMI NTB mengatakan, Tata bertugas di Lombok pada 18 Agustus 2018, bergabung dalam tim Water Sanitation Hygiene (WASH).

Almarhum selalu menjadi yang terdepan mengantarkan kebutuhan air bersih bagi pengungsi yang tersebar di sejumlah titik.

Namun nasib berkata lain, Tata meninggal beberapa pekan sebelum tugasnya berakhir di Lombok.

“Almarhum ini adalah relawan sejati. Kalau menurut kami, dia telah melakukan tugas dengan sungguh-sungguh sebagai relawan, tanpa mengenal waktu, pagi,siang,sore dan malam terus bekerja," ungkap Ridwan.

"Almarhum memiliki tugas yang cukup berat. Kenapa berat? karena memang mendistribusikan sesuatu yang sangat dibutuhkan masyarakat terdampak bencana, yaitu air. Almarhum ini bidangnya WASH, ambil air, olah air, dan mendistribusikannya,” tambahnya.

Ridwan menjelaskan, karena volume pekerjaan begitu banyak dan cakupan wilayah yang dilayani luas, Tata tidak memperhatikan waktu.

"Nah ketika kejadian, almarhum istirahat jam 02.00 Wita, ketika dibangunkan sempat merespons. Setelah dibangunkan kembali pukul 07.19 Wita, almarhum sudah tak merespons, kemungkinan almarhum meninggal karena kelelahan,” ucap Ridwan.

Koordinator WASH PMI, Sukri menjelaskan, Jumat (24/8/2018) pukul 06.15 Wita, almarhum sempat dibangunkan rekannya di Dusun Lokorangan, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara.

“Kami terbiasa setiap pagi saling membangunkan teman-teman untuk sarapan, bersih-bersih, dan bersiap untuk bertugas. Saat dibangunkan, Tata saat itu masih sadar, tapi ia kembali tidur. Saya pikir mungkin dia masih butuh tidur karena toh hari masih pagi,” jelas Sukri.

Namun setelah dibangunkan kembali, rekan relawan menyadari, Tata tak merespons dan tak ada denyut nadi.

Relawan lainnya kemudian meminta tim medis PMI yang berada di Posko PMI Rest Area Kayangan untuk mendatangkan ambulans.

Almarhum segera dibawa dengan ambulans PMI dan dirujuk ke Puskesmas Gangga, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara.

Dalam perjalanan menuju puskesmas, tim medis sempat melakukan pijat jantung dan pengecekan ulang respons almarhum. Namun sudah tidak ada tanda kehidupan.

Tim medis PMI memperkirakan almarhum sudah meninggal sejak di Camp WASH PMI.

Tim dokter di puskesmas kembali melakukan pemeriksanaan. Mereka menyatakan Tata sudah meninggal. Puskesmas mengeluarkan pernyataan resmi almarhum meninggal pukul 07.30 Wita.

Abdul Kadir Zaelani, relawan PMI asal Mataram yang juga rekan almarhum mengatakan, kabar meninggalnya Tata cukup mengejutkan.

Sepengetahuannya, seluruh relawan yang bertugas, telah dinyatakan sehat fisik. Baginya, kondisi alam di Kecamatan Kayangan tergolong dingin sehingga membutuhkan stamina dan fisik yang kuat untuk bertugas di lokasi itu.

“Udara di sana cukup ekstrem. Kalau siang panas sekali. Kalau malam dingin sekali. Jadi perubahannya sangat drastis, sehingga membutuhkan ketahanan tubuh yang baik," ucapnya. 

Meninggalnya Tata, menambah daftar relawan PMI yang gugur saat bertugas di gempa Lombok.

Sebelumnya 9 Agustus 2018, Zulhadi (34), relawan asal Mataram, Lombok, meninggal saat mengantar logistik ke Lombok Utara.

Zulhadi dilaporkan terjatuh dari truk, saat gempa bermagnitudo 6,3 tiba tiba kembali menguncang Lombok.

Dua relawan PMI yang gugur saat bertugas, menjadi pelajaran penting agar relawan mengutamakan keselamatan mereka saat bertugas.

Berdasarkan data PMI NTB, jumlah relawan yang bertugas di sejumlah titik di Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Utara, dan Kota Mataram, sebanyak 600 orang.

Distribusi air oleh tim relawan PMI baru dilakukan sebanyak 1,8 juta liter air bersih yang juga dibawa oleh almarhum Afni Fastabiqul Strata Utama, ke sejumlah titik pengungsian.

Zenazah almarhum Tata telah diterbangkan ke kampung halamannya melalui Bandara Internasional Lombok, Jumat sore.

Kepergian Tata menjadi duka semua relawan dalam tugas kemanusiaan mereka di Lombok.

https://regional.kompas.com/read/2018/08/24/20400881/diduga-kelelahan-relawan-pmi-meninggal-di-pengungsian-gempa-lombok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke