Salin Artikel

Kisah Sedih Ahmad dan Riza, Kakak Beradik Yatim Penderita Hidrosefalus

Saat ditemui Kompas.com, Sumini baru saja selesai membersihkan rumah ditemani ibunya.

Dia pun baru saja membersihkan kedua anaknya Ahmad Yuandi Nurrova (10), dan Riza Gionino (6) yang terbaring lemas karena menderita penyakit hidrosefalus (pembesaran kepala karena cairan).

Tak jauh dari kedua kakaknya terbaring, Shiva (4) tampak terjaga dari tidurnya ketika ibunya berbicara mengenai keadaan anak ketiga dan keempatnya.

Di kamar yang cukup luas ini, ada tiga tempat tidur yang digunakan dirinya untuk tidur dan ketiga anaknya itu setiap harinya.

Tampak tumpukan pampers dan susu bubuk bantuan dari relawan dari salah lembaga dari Yogyakarta tergeletak di tempat tidur.

Ahmad dan Riza tidak melakukan aktivitas apapun. Saat Riza menangis, Sumini mengusap pundak dan membersihkan mulutnya lalu dia terdiam lagi. Matanya tetap terbuka. Sementara sang kakak, Ahmad, tertidur dengan lelap.

"Yang terbaring itu Ahmad dan Riza, anak saya nomor tiga dan empat. Anak pertama Kelik Mustofa sudah bekerja selepas SMK dua tahun lalu, dan anak kedua Anggit Wahyu Aji saat ini duduk di kelas 9 SMP. Shiva ini anak saya nomor lima, saat ini PAUD. Kebetulan sekolahnya sedang ada lomba tetapi dia tidak ikut," kata Sumini saat ditemui di rumahnya, Kamis (23/8/2018)

Sumini bercerita, sejak almarhum Wagiran, suaminya, meninggal 2016 lalu, perekonomian keluarga ini tidak ada yang pasti setiap bulannya.

Sumini yang memiliki keahlian menjahit tidak mungkin setiap hari bekerja, karena kondisi kedua anaknya tersebut membutuhkan perhatian setiap saat.

"Ya yang pokok saya ini momong keduanya (Ahmad dan Riza) karena tidak bisa ditinggal lama," ucapnya. 

Menurut Sumini, sebenarnya tidak ada yang berbeda dengan kehamilan anak-anaknya.  Namun Ahmad mengalami pembesaran kepala saat memasuki usia 35 hari. Sementara Riza mengalami pembesaran kepala sejak usia 19 hari.

Keduanya sudah dilakukan operasi setelah diketahui menderita hidrosefalus dan dipasang selang untuk mengurangi cairan di kepala.

Sejak suaminya meninggal dunia, keduanya tidak lagi mendapatkan perawatan secara medis. Hal ini cukup beralasan, meski sudah mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH) dirinya tidak bisa membawa keduanya ke puskesmas terdekat karena biaya perjalanan, dan kerepotan membawa keduanya.

"Sudah lama keduanya tidak diperiksa dokter, paling kalau panas ya dibelikan obat di warung saja. Enggak mungkin saya bawa keduanya ke puskesmas karena kondisinya seperti itu," ucapnya. 

Sumini mengaku pasrah dengan kondisi kedua anaknya. Dia pun mengaku akan tetap merawat kedua anaknya meski dengan keterbatasan yang ada.

"Setiap hari minumnya susu kalau ada. Kalau tidak ada ya gula jawa, diseduh dengan air panas. Nasi biasa sayur bening, kalau daging diblender terlebih dahulu," ucapnya.

Masih rapat

Ditemui secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Bantul Maya Sintowati mengaku belum bisa mengetahui seberapa jauh penanganan oleh tim dokter yang menangani sebelumnya.

"Kita kan belum melihat stadiumnya dan rekam medisnya. Yang punya kewenangan dokter yang menanganinya," ucapnya.

Disinggung banyaknya penderita hidrosefalus di Bantul, Maya pun mengaku sedang merapatkan kondiri tersebut, sehingga pihaknya belum mengetahui seberapa banyak penderita hidrosefalus di Bumi Projotamansari itu. 

https://regional.kompas.com/read/2018/08/23/15503731/kisah-sedih-ahmad-dan-riza-kakak-beradik-yatim-penderita-hidrosefalus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke