Salin Artikel

Kisah Warga Terdampak Kekeringan, Terpaksa Mengais Air dari Pipa Bocor

Salah seorang warga yang ikut antrean adalah Minem (50), sebagai buruh tani dan kerja serabutan lainnya. Dirinya hidup bersama dua orang keluarganya di rumah sederhana tak jauh dari lokasi pengambilan air ditepi jalan antar dusun itu.

"Lumayan, mumpung keluar airnya. Semalam air dari lubang itu keluar," katanya sambil mempersiapkan jerigennya Senin (20/8/2018)

Memang air menjadi kebutuhan yang sulit didapatkan bagi warga dusun setempat, sejak lima bulan terakhir. Warga harus membeli air bersih dari tangki swasta seharga Rp 150.000 per tangki yang digunakan dua minggu paling lama.

"Beli air pun harus antri, dan mahal bagi saya," ucapnya.

"Untuk membeli air sudah jual satu kambing, kayu bakar dan ketela. Saya belum berani pasang air dari PDAM karena mahal dan tidak terjangkau," imbuh dia

Air dari bocoran PDAM itu pun tidak sejernih air pada umumnya. Sebab, jika dibiarkan akan muncul endapan kapur. Saat memasak, dirinya menyaring beberapa kali untuk mendapatkan air jernih sebelum dikonsumsi.

"Mubadzir jika air terbuang, air untuk masak,mencuci,minum menurut saya ya bersih walaupun banyak kapur, nanti disaring beberapa kali," katanya.

Warga lainnya, Kardi, mengakui kwalitas bocoran air dari PDAM ini agak keruh, namun dirinya tetap menggunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

"Bocornya semalam, setelah sebulan hanya angin yang lewat. Ini baru beberapa kali keluar dari sini. Lumayan menghemat, untuk mencuci baju dan masak nanti sore," katanya

Kepala Dukuh Legundi Supriyatno mengatakan warganya telah kesulitan air sejak bulan puasa hingga saat ini warga kesulitan mendapatkan air bersih.

Titik kebocoran pipa PDAM yaitu dekat dusun wuluh satu titik, dekat RT 5 ada satu titik dan untuk satu titik yang diwilayah legundi adalah lubang angin-angin agar aliran air lancar.

"Kita sudah berupaya meminta bantuan dari kecamatan, namun tidak diberi. Kita mengajukan ke BPBD sudah dikirim beberapa kali, dan bantuan dari Polda DIY," ucapnya

Ia mengatakan baru ada 12 kepala keluarga (KK) yang memasang meteran PDAM dari jumlah 145 KK dengan 472 jiwa terdampak kekeringan.

"Masyarakat harus membeli air untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan harga Rp 150.000 tiap tangkinya berisi 5.000 liter, itupun warga harus antri selama 3-4 hari baru bisa dikirim. Kami sudah melaporkan ke PDAM untuk keringanan dan perbaikan distribusi air, karena itu warga kami enggan memasang air PDAM," katanya

Kepala Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirta Handayani, Isnawan Febriyanto mengatakan debit air didaerah saptosari memang kecil.

"Bribin memang kurang, kami sudah mengusulkan ke satker untuk menambah pompa air, bulan-bulan ini baru dimulai tender di satker," katanya

Kekeringan meluas

Sementara terpisahKemarau yang hingga kini masih terjadi menyebabkan luasan dampak kekeringan semakin meluas di Kabupaten Gunungkidu. Tercatat dari 144 desa, 55 desa diantaranya dilanda kekurangan air bersih.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, kemarin masuk laporan dari kecamatan Saptosari bahwa ada tiga dusun yang mulai kekeringan.

"Dari laporan Camat Saptosari masuk wilayah kekeringan di Desa Krambilsawit, dusunnya ada di Dusun Sawah 60 Kepala Keluarga (KK), Dusun Pringwulung 70 KK, dan di Dusun Bendo 70 KK, total ada 900 jiwa," kata dia. 

Awalnya kecamatan Saptosari tidak masuk area terdampak kekeringan karena jaringan PDAM sudah ada sudah ada. Namun karena pasokan air tidak lancar maka warga Saptosari mulai kesulitan air bersih.

"Awalnya tidak mengajukan, namun karena beberapa (sambungan PDAM) ada yang lancar, ada yang tidak ya jadi beberap titik mengalami kekeringan," kata dia. 

Catatan BPBD, saat ini sebanyak 55 desa, 352 padukuhan, 31.807 kepala keluarga dan 117.116 jiwa di Kabupaten Gunungkidul terdampak kekeringan.

"Untuk dropping memang akan melihat daerah mana yang perlu segera untuk dropping. Kemungkinan laporan kekeringan yang baru masuk akan di-dropping minggu depan, pasalnya jadwal dropping terjadwal setiap minggu," katanya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/08/20/16055721/kisah-warga-terdampak-kekeringan-terpaksa-mengais-air-dari-pipa-bocor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke