Salin Artikel

Anak 2,5 Tahun di Sukabumi Mulai Hentikan Kebiasaan Merokok karena Takut

Hal ini diakui ibunda R, Maryati (35) kepada Kompas.com saat ditemui di rumahnya, Rabu (15/8/2018).

"Tadi pagi saat saya akan pergi ke pasar, anak saya sudah tidak meminta lagi rokok dan kopi," aku Maryati dengan nada sumringah.

Padahal, lanjut dia, permintaan dibuatkan kopi dan rokok biasa rutin dilakukan setiap bangun pagi selama 1,5 bulan ini. Selain pagi, hal tersebut juga dilakukan sebelum tidur malam.

"Tadi malam juga sebelum tidur sudah tidak pegang-pegang rokok," kata ibu rumah tangga yang membuka warung jajanan makanan ringan di samping rumahnya.

Menurut dia, anaknya mulai tidak merokok karena takut. Sebab, dalam dua hari terakhir ini, rumahnya dikunjungi beberapa orang yang baru dikenalnya.

"Kemarin (Selasa) juga kan anak saya dibawa main sama kakaknya, tapi hingga sore enggak mau pulang. Takut katanya," tutur dia.

"Ya, kan kemarin banyak bapak-bapak di sini yang menunggu anak saya," sambungnya.

Selama bermain kemarin, lanjut dia, kakak pertamanya terus mengingatkan adik bungsunya agar tidak merokok. Sepertinya peringatan kakaknya dipatuhi adiknya.

"Alhamdulillah setelah kemarin tidak mau merokok lagi. Ya, saya sangat berharap seterusnya," harap Maryati.

Ditanya awal mula anak bungsunya mulai merokok, Maryati mengakui selain melihat orang dewasa merokok, ia juga sempat memunguti puntung rokok dan dicoba-coba.

Bahkan dia sempat memergoki anaknya mengumpulkan puntung rokok dalam satu kantung kresek kecil. Kalau melihat bungkus rokok saja sering dicium-cium.

"Setelah itu yang sempat saya kaget, sempat meminta rokok, dan tidak dikasih. Lalu anak saya ngamuk, hingga mencakar-cakar," tuturnya.

Harus rontgen

Sementara Bidan Desa Tenjojaya, Sulistiawati menjelaskan, dalam penanganan anak yang kecanduan merokok, pihaknya juga akan merujuk ke rumah sakit untuk dirontgen.

"Untuk mengetahui kondisi paru-parunya perlu tes laboratorium dan rontgen," jelas Sulistiawati kepada wartawan.

Kalau hasil pemeriksaan saat ini, dia menuturkan R berusia 33 bulan memiliki berat badan 11 kilogram dengan tinggi 89 centimeter. Dengan kondisi seperti ini, R termasuk normal untuk anak seusianya.

Namun pada saat usia 18 bulan, hasil pemeriksaan posyandu sempat menunjukkan dia masuk status bawah garis merah (BGM), yaitu kekurangan asupan gizi. Malah kalau dibiarkan bisa menderita gizi buruk.

"Petugas kesehatan terus-menerus memberikan makanan pendamping, hingga kondisinya membaik dan sekarang berat badannya normal," tutur dia.

Camat Cibadak, Heri Sukarno mengatakan, dalam upaya penanganan anak kecanduan merokok ini, ada dua hal yang harus diselesaikan.

Pertama memberikan pemahaman kepada orangtua untuk hidup sehat tidak merokok dan kedua melakukan terapi.

"Terapi akan mulai dilakukan dua minggu ke depan," kata Heri di sela-sela mengunjungi keluarga R di Desa Tenjojaya.

"Terapi diikuti anak dan orangtuanya. Kami selaku aparat pemerintah mendukungnya," sambung dia.

https://regional.kompas.com/read/2018/08/15/21292081/anak-25-tahun-di-sukabumi-mulai-hentikan-kebiasaan-merokok-karena-takut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke