Salin Artikel

Kekeringan di Kulon Progo, Mbah Urip Susah Payah Menciduk Air Bercampur Lumpur...

Mbah Urip harus menciduk dengan susah payah air bercampur lumpur pada sumur sedalam 16 meter. Setiap hari, Mbah Urip hanya berhasil mengisi 8 ember saja meski harus setengah hari di sumur warga yang berada di belakang rumahnya.

Musim kemarau berkepanjangan membuat sumur nyaris kering kerontang. Dasar sumur sampai kelihatan dari ketinggian. Situasi ini sudah masuk bulan ketiga.

"Ngisi air di ember mesti nutul-nutul (menciduk pelan-pelan). Sumur sudah tidak ada air. (Setelah ember terisi) harus mengunggu seharian (kotoran) air di ember itu mengendap," kata Mbah Urip di pinggir sumur di belakang rumahnya, Rabu (1/8/2018).

Kekeringan sudah memasuki bulan ke-3. Cuaca belum menunjukkan tanda mau hujan. Mbah Urip mengatakan semua warga di dukuhnya juga merasakan hal serupa. Sumur besar pun dipakai bersama-sama oleh warga. "Tapi airnya keruh," kata Mbah Urip.

Sebagian warga lain yang ingin mendapatkan air dengan kualitas yang lebih baik rela mengambil air di sumber atau sumur yang agak jauh. Mbah Urip mengaku tidak bisa ke sana karena sudah tua dan tidak mampu jalan jauh.

"Saya (hidup) sama anak saja. Dibantu (ambil air) anak. Air untuk sehari-hari, masak sama mandi," kata Mbah Urip.

Tidak sedikit warga yang memilih mengambil air di sumur daerah lain. Ibu rumah tangga 3 anak, Suparjinah mengatakan, ia rela pergi pulang pakai motor untuk melansir 8 jeriken air bersih.

Ia harus menghabiskan waktu 15 menit hanya untuk sekali ambil air. "Saya ambil 6-8 jeriken tiap hari pakai motor," kata Suparjinah.

Air merupakan kebutuhan utama sehari-hari untuk masak, minum, cuci piring, hingga mandi anak-anak. Sebagai orang tua, ia rela mandi dan mencuci baju di Sungai Progo yang jauhnya 15 menit dengan jalan kaki.

"Anak-anak tidak mandi di sungai, karena bisa gatal-gatal. Orang tuanya saja yang mandi di sungai. Air sungai juga tidak bisa untuk air minum," kata Suparjinah.

Warga mengalami kekurangan air bersih akibat kekeringan dua bulan belakangan ini. Warga sampai harus meminta bantuan air bersih dari pemerintah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo sampai mengirim dua truk tangki membawa 10.000 liter air bersih ke Dusun Pundak V, Rabu siang.

Mereka menampung ribuan liter air itu di kolam darurat yang dibikin dari terpal di halaman rumah Jamiatun, warga setempat.

Darurat Kekeringan

Kepala BPBD Drs Ariadi MM menyatakan, Kulon Progo memasuki status tanggap darurat kekeringan atau semakin mendekati status darurat bencana kekeringan.

Status itu ditetapkan Bupati Kulon Progo melalui Surat Keputusan Nomor 33/A/2018 tentang Tanggap Darurat Kekeringan pada 25 Juli 2018 lalu.

Dengan status tanggap darurat kekeringan, Pemkab mempertimbangkan akan memanfaatkan dana tidak terduga sewaktu-waktu untuk pengadaan air bersih bagi warga.

Status tanggap darurat kekeringan membuat pemerintah bisa mengeluarkan dana tak terduga untuk pengadaan air bersih bagi warga, sewaktu-waktu. Dana itu sebesar Rp 150 juta sebenarnya bisa untuk mengadakan air hingga 450 tangki ke warga.

Sebanyak 116 dusun di 29 desa yang berada di 8 kecamatan mengalami kekeringan, mulai dari Girimulyo, Kokap, Nanggulan, Sentolo, Kalibawang, Samigaluh, Lendah hingga Pengasih. Lebih dari 3.000 kepala keluarga merasakan kesulitan air bersih ini.

Sementara ini, kata Ariadi, BPBD terus mengamati cuaca beberapa bulan ke depan sambil memanfaatkan dana tak terduga.

"Bulan Agustus dan September belum hujan. Hujan diperkirakan turun Oktober dengan curah hujan rendah. Kita pantau sampai 30 September. Tiap bulan akan kita bikin laporan," kata Ariadi.

Selain memanfaatkan dana tak terduga, BPBD, Tagana, maupun Dinas Sosial Kulon Progo mengelola bantuan pihak ketiga sekitar 600 tangki air.

Bantuan di antaranya dari PLN, BPD DIY, PMI, Dinsos DIY dan banyak lagi. Sebagian besar bantuan pihak ketiga sudah disalurkan ke berbagai daerah kekeringan.

https://regional.kompas.com/read/2018/08/01/20590551/kekeringan-di-kulon-progo-mbah-urip-susah-payah-menciduk-air-bercampur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke