Salin Artikel

Viral, Video Kapal Terbalik akibat Dihantam Gelombang Tinggi

Perahu yang diketahui bernama KM Eka Sari II tersebut terbalik dan terdampar pada Rabu (25/7/2018) sekitar pukul 06.00 WIB.

Peristiwa itu direkam oleh seseorang dan mengunduhnya di akun media sosial Instagram oleh pemilik akun @Igerscilacap.

Dalam video itu terlihat kapal nelayan dihantam gelombang hingga terhempas dan terbalik. Puluhan orang berusaha untuk mengambil hasil ikan tangkapan yang terlempar keluar kapal.

Seorang petugas melalui pengeras suara mengingatkan warga untuk menjauhi pantai karena berbahaya. Namun peringatan itu tampaknya tidak dihiraukan.

"Untuk masyarakat jangan menyabung nyawa, ombaknya besar, tolong, tolong, tidak usah (mengambil ikan)," teriaknya.

Ketua Kelompok Nelayan Tegal Kamulyan, Kamto menuturkan, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

Sebanyak 10 awak kapal selamat setelah ditolong oleh nelayan lain yang berada di sekitar lokasi kejadian dan dievakuasi ke TPI Tegal Kamulyan.

Sepuluh nelayan KM Ekasari II yang selamat tersebut di antaranya Taufik (42) nakhoda kapal dan ABK Ahmad Sedar (35), Rosidi (30), Saeful Anam (45), Islahudin (35), Warjad (30), Waluyo Jati (30), Waridi (37), Muhroni (37), Caryani (34).

Gelombang pasang

Gelombang pasang menerjang seluruh wilayah pesisir di sepanjang laut selatan Jawa Tengah dan Yogyakarta, Rabu (25/7/2018) pagi.

Bahkan, dari pantauan Kompas.com, di beberapa titik di Cilacap dan Kebumen, gelombang telah menjebol tanggul dan merusak fasilitias umum serta lapak pedangan di sekitar pantai.

Staf UPT Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kroya, Cilacap, Edi Purwanto mengatakan, puncak gelombang pasang di wilayah timur pantai Cilacap terjadi sekitar pukul 06.00 hingga 08.00 WIB. Ketinggian gelombang pada fase puncak pagi tadi mencapai 2-7 meter.

“Ini gelombang paling tinggi, lebih tinggi dari minggu kemarin, gelombang kali ini menerjang pesisir hingga sejauh 120 meter dari garis pantai normal,” katanya.

Hingga saat ini, dampak kerusakan masih terus didata oleh petugas. Namun, Edi mengungkapkan, para pedagang telah mengantisipasi dampak gelombang dengan mengevakuasi barang yang berada di lapak sehingga kerugian dapat diminimalisasi.

“Khusus kejadian tadi pagi yang terdampak ada 15 warung di Pantai Widarapayung, Sidayu Binangun, serta satu kolam renang tembok nya roboh, kerugian diperkirakan mencapai Rp 57 juta. Sampai saat ini belum ada laporan korban jiwa,” ujarnya.

Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo memperkirakan, puncak gelombang pasang terjadi pada pukul 06.00 WIB. Ketinggian gelombang pasang pada puncaknya mencapai 1,7 meter dari garis normal dan berangsur surut menjelang siang.

“Gelombang pasang akan kembali tinggi menjelang malam sekitar pukul 20.00 WIB setinggi 1,3 meter,” katanya.

Teguh menjelaskan, gelombang pasang ini disebabkan oleh adanya badai tropis Wukong di Samudera Pasifik Tenggara Jepang. Dari pantauan satelit cuaca dan gradien angin permukaan pada Senin (23/7/2018) pukul 19.00 WIB, dalam skala regional terdapat pusat tekanan tinggi di Samudera Hindia sebelah barat Australia dan di Samudera Pasifik sebelah timur Australia.

“Interaksi kondisi tersebut berakibat pada peningkatan kecepatan angin dan ketinggian gelombang,” katanya.

Fluktuasi gelombang di laut selatan, kata Teguh, akan terus terjadi hingga bulan Agustus. Pasalnya, selama dalam dua bulan ini merupakan puncak angin timuran sekaligus juga puncak fase gelombang tinggi.

Gelombang setinggi 9 meter ini, lanjut Teguh, berbahaya bagi segala jenis kapal dan aktivitas kelautan.

“Untuk itu kami mengimbau kepada semua pengguna jasa kelautan untuk waspada dan apabila perlu menghentikan seluruh aktivitasnya, mengingat gelombang tinggi berpotensi mengancam keselamatan,” katanya.

https://regional.kompas.com/read/2018/07/25/19235231/viral-video-kapal-terbalik-akibat-dihantam-gelombang-tinggi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke