Salin Artikel

Setelah Diterima di SMK Negeri Pakai SKTM, Anak Ini Bingung Beli Seragam Sekolah

Rumahnya kecil berukuran 5 X 9 meter dengan dindin terbuat dari papan dan berlantai tanah. Rumah yang sudah miring itu dibagi menjadi 3 bagian, yakni dua untuk kamar dan satu untuk dapur dan tempat mandi.

Tidak ada ruang tamu dan toilet. Kalau mau buang air besar harus di sungai. Jika ada tamu diterima di teras rumah.

Di teras rumah itu, memang ada kursi kayu yang telah reyot dan bangku dari bambu yang digunakan untuk duduk.

Selawati, anak pasangan Jumiati (42) dan Zaenal Abidin (45), ini adalah salah satu siswa baru di salah satu SMK Negri di Kendal, yang diterima karena menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).

Ia mengaku senang karena diterima di sekolah negeri. Tapi, kemudian ia sedih, karena orang tuanya tidak mampu membelikannya seragam sekolah.

“Bapak hanya punya uang 200.000 rupiah. Harga seragam semuanya sekitar 1.400.000 rupiah,” kata Selawati, Sabtu (14/7/2018).

Apa yang dikatakan oleh Selawati dibenarkan oleh ayahnya, Zaenal Abidin. Bapak beranak 3 ini mengaku bahwa dirinya tidak punya uang.

Uang dari hasil bekerja serabutan hanya cukup untuk makan. Bahkan seringkali kurang. Sementara istrinya bekerja sebagai tenaga pocokanmu saat musim panen.

“Seringkali, kami kesulitan beli makan untuk keluarga,” kata Zaenal.

Menurut Zaenal, sebenarnya ia berniat untuk tidak menyekolahkan anaknya karena tidak mempunyai biaya. Tapi anak nomor duanya itu tetap ngotot ingin tetap sekolah. Akhirnya, ia menggunakan SKTM supaya anaknya bisa melanjutkan sekolah ke SMK negeri.

“Ia tidak ingin seperti orang tuanya. Oleh sebab itu, dirinya tetap ingin sekolah supaya kelak bisa membantu orangtuanya,” ujar Zaenal.

Zaenal mengaku bahwa dirinya juga harus merawat anaknya yang paling besar, Hasan Bisri Mustofa (22), karena lumpuh dan hanya bisa rebahan di dipan yang terbuat dari papan. Kalau mau ke belakang, Hasan harus dibopong. Demikian juga jika ingin makan dan minum.

“Sejak usia 5 bulan, anak saya yang paling besar tidak bisa apa-apa. Penyebabnya sakit panas, hingga kemudian seperti sekarang ini,” akunya sedih.

Ia ingin, anaknya bisa menghirup udara segar di luar rumah. Tapi membutuhkan kursi roda. Sementara dirinya tidak mempunyai uang untuk membelikannya.

“Saya pasrahkan saja kepada Tuhan,” tambahnya.

Disumbang dermawan

Selawati kini sudah bisa tersenyum lega. Sebab sudah ada dermawan yang membelikannya seragam sekolah dan sepatu.

Orang yang berbaik hati itu adalah Kapolsek Weleri AKP Abdullah Umar. Polisi yang sempat viral dengan joget dangdutnya pada arus balik untuk menghibur pemudik yang lewat tol Batang-Semarang itu mengaku tahu adanya anak yang butuh biaya sekolah dari grup WhatsApp (WA). Umar kemudian mencari alamat rumah Selawati.

“Saya terenyuh sekali setelah melihat sendiri kondisi keluarganya Selawati. Rumahnya tidak layak dihuni, orang tuanya tidak mempunyai penghasilan tetap, dan kakaknya lumpuh,” kata Umar, lirih.

Menurutnya, anak seperti Selawati harus dibantu karena ia memiliki keinginan yang besar untuk bisa bersekolah.

“Jangan sampai dia tidak sekolah. Kasihan, karena ia mempunyai semangat,” jelasnya.

Umar yang datang masih menggunakan pakaian dinas langsung mengajak Selawati dan bapaknya ke sekolah yang menerimanya. Saat itu juga, Umar, langsung membelikan seragam sekolah dan sepatu di koperasi sekolah tersebut.

“Semoga Selawati bisa sekolah dan belajar dengan baik. Semoga Allah juga mengabulkan cita-citanya,” harapnya.

Terkait Hasan, kakak Selawati yang menderita lumpuh, Umar berusaha untuk membantunya. Ia mengaku akan berkoordinasi dengan rekan-rekan polisi untuk membelikan Hasan kursi roda.

“Semoga kami bisa cepat memberinya kursi roda,” tambahnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/07/14/11541351/setelah-diterima-di-smk-negeri-pakai-sktm-anak-ini-bingung-beli-seragam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke