Salin Artikel

Zohri, Sang Juara Dunia Lari U-20, Hidup Yatim Piatu di Rumah Lapuk dan Tak Bisa Beli Sepatu (1)

Beberapa kemudian, Zohri mengirim video yang menunjukkan kemenangannya dalam lomba lari dunia U-20 di Finlandia.

“Kami tidak menyangka adik kami Badok akan berhasil jadi juara dunia. Badok itu nama panggilan keseharian kami untuk Zohri,” kata Fazilla sumringah pada Kompas.com di rumah Zohri di Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara.

Rumah Zohri mendadak ramai dipadati tetangga, orang kampung seberang dan dari daerah lainnya.

“Biar saja kami yang datang memberi hormat pada Zohri dan keluarga, karena selama ini mereka keluarga Zohri sudah hidup susah. Biar dia sering juara begitu saja hidupnya serba kekurangan,” kata Mahsun, warga setempat.

Hidup memprihatinkan

Rumah Zohri yang berdinding kayu dan anyaman bambu yang telah lapuk adalah saksi sejarah kehidupan remaja 18 tahun itu.

“Kami ini hanya tahu adik kami sangat kesulitan selama ikut lomba sejak kelas 3 SMP. Setelah ibu kami Saeriah, meninggal 2015 lalu, Zohri mulai ikut lomba hingga bapak kami Lalu Ahmad Yani, Agustus 2017 meninggal,” kata Fazilla.

Fazilla adalah kakak kandung Zohri yang paling besar. Ia selalu membesarkan hati adik tercintanya. Setiap kali Zohri merasa berkecil hati, dia selalu menyemangati.

Fazilla pun tahu adik tersayangnya bercita-cita ingin menjadi Kopassus. Keinginan itulah yang membuat sang adik terus berjuang dan mengikuti berbagai lomba lari dari ujung timur ke ujung barat Indonesia, bahkan luar negeri.

Siang itu, warga yang berkumpul di depan rumah Zohri menonton tayangan kemenangan Zohri di YouTube. Fazilla melayani warga yang penasaran, terutama para orang tua.

Meski sudah berkali-kali menyaksikannya, mereka tetap tak bosan menonton aksi Zohri. Mereka bahkan berkali-kali berteriak saat Zohri menembus garis finis.

“Anakku, ya Allah menang dia ya Allah. Terima kasih Nenek Kaji (Tuhan Semesta Alam). Syukur dia menang jadi juara dunia. Sudah terlalu lama dia hidup menderita dan serba kekurangan,” ucap Baiq Fatimah.

Tangisan para tetangga dan saudara Zohri meledak saat mereka kembali menyaksikan tayangan di YouTube.

Fatimah bercucuran air mata mengenang Zohri yang telah yatim piatu. Dia menangis ketika menceritakan betapa sulitnya keponakannya itu mendapatkan uang membeli sepatu.

“Karena tak mau merepotkan kami, dia memilih tak pakai sepatu sekolah SMP, banyak yang mau belikan. Tapi dia keras, selalu menolak, dasar Badoq,” katanya.

Fatimah juga menuturkan bahwa saat duduk di bangku SMP, Badoq alias Zohri kerap malas pergi ke sekolah. Mungkin karena sekolah di Mataram jauh dari rumah di Lombok Utara. Tapi belakangan setelah SMA dia berubah.

Mahsun yang juga warga sekampung Zohri bercerita bahwa sebelum bapak Zohri meninggal, dia diajak beradu lari dengan sang bapak di pinggir pantai.

“Bapaknya dan Zohri adu lari, saya tak tahu siapa yang menang. Tapi semangat Zohri itu adalah bapaknya. Bapaknya dulu pemain bola di kampung. Dia pemain sayap, mungkin bakat suka olah raga turun ke Zohri,” jelasnya pada Kompas.com.

Bupati sambangi rumah Zohri

Bupati Kabupaten Lombok Utara (KLU) Nazmul akhirnya mendatangi rumah lapuk Zohri di Karang Pangsor saat menjelang magrib.

Untuk menuju rumah Zohri, bupati harus melewati gang kecil. Mobil dinas pun terparkir di jalan jalur menuju bangsal kawasan wisata tiga Gili di Lombok Utara.

Bupati kemudian berbincang dengan kakak sulung Zohri, Fazilla di teras rumah berlantai semen kasar. Warga pun meminjamkan tikar dan alas plastik agar tamu merasa nyaman untuk duduk.

Nazmul sempat mengamati kamar Zohri yang gelap karena malam beranjak, dan langsung berbalik tidak memasuki kamar itu.

“Saya sudah sampaikan kemarin sebagai bentuk apresiasi kita, pemerintah Lombok Utara sudah siap untuk membangunkan satu rumah, dan sekarang banyak juga yang ingin berkontribusi, dari Kementerian Dalam Negeri. Ya saya tentu mana yang terbaik untuk si Zohri ya itu yang kita lakukan," kata Nazmul.

"Sebetulnya kalau kita bangunkan di tempat ini, malam ini saya minta kosongkan agar besok bisa kita bongkar. Tapi ada permintaan dari keluarga bagaimana kalau dibangunkan di luar,” kata Nazmul.

Ditanya kenapa baru kali ini Bupati datang memberi perhatian, padahal sudah banyak sekali prestasi yang diberikan Zohri untuk daerah dan Indonesia, Bupati menjawab ringan, “Tapi kan yang booming kan yang sekarang ini," kata dia.

Selama ini, menurut Nazmul, Zohri mengikuti kegiatan lomba lari seperti biasa. Namun prestasi kali ini dia anggap luar biasa.

"Sekarang ini rupanya kita semua terbukalah, bahwa ternyata adik kita Lalu Zohri memiliki prestasi luar biasa di tengah-tengah segala keterbatasan yang ada. Alhamdullilah ini sekarang yang menjadi perhatian kita bersama, terutama Pemda KLU (Kabupaten Lombok Utara) sudah menyampaikan siap membangunkan satu rumah,” ungkap Nazmul.

Terkait Zohri kesulitan mendapatkan bendera merah putih di Finlandia, Nazmul mengatakan, yang mengirim Zohri adalah pusat.

"Seharusnya kami yang protes ke pusat, tapi ya mungkin itu situasional dan bersifat teknis, tidak perlu dibesar-besarkan,” katanya lagi.

Profil Zohri

Nama: Lalu Muhamad Zohri alias Badoq

Tanggal Lahir: Karang Pangsor, 1 Juli 2000

Ayah: Lalu Ahmad Yani (alm) meninggal Agustus 2017

Ibu: Saeriah (almarhumah) tahun 2015

Kakak: Baiq Fazilla (29), Lalu Makrib (28), Baiq Fuzianti (almhumah)

Sekolah:

SDN 2 Pemenang Barat

SMPN 1 Pemenang

SMAN 2 Mataram (SMANDA)

https://regional.kompas.com/read/2018/07/13/07430841/zohri-sang-juara-dunia-lari-u-20-hidup-yatim-piatu-di-rumah-lapuk-dan-tak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke