Salin Artikel

Oni, Sang Penjaga Waktu di Masjid Jami' Baiturahman Banyuwangi

Ruang kecil tersebut, tersembunyi tepat di samping mimbar imam Masjid Jami' Baiturahman Banyuwangi.

Sehari-hari, Oni menghabiskan banyak waktunya di ruang kecil tersebut sebagai operator Masjid Baiturahman yang mengatur waktu adzan termasuk membunyikan sirine berbuka puasa selama Ramadhan. Dia hanya sesekali pulang ke rumah kostnya.

Aktivitas Oni dimulai pukul 16.00 WIB. Dia akan memastikan semua peralatan sound system di masjid terbesar di Banyuwangi tersebut siap, termasuk untuk pengajian Ngrandu Buko, yang digelar di halaman Masjid Baiturahman setiap jelang berbuka puasa.

Ketika waktu menunjukkan kurang 25 menit dari waktu buka berpuasa, Oni dengan sigap memutar qiroah atau pembacaan ayat suci Al Quran.

Dilanjutkan dengan shalawat melalui pengeras suara serta direlay oleh radio komunitas Baiturahman di frekuensi 107,7 FM.

Saat masuk waktu berbuka puasa, Oni yang bertugas menyalakan sirine berbuka puasa.

Tapi sebelumnya dia harus memastikan waktu buka puasa sesuai dengan jadwal shalat digital yang ada di masjid dan juga jadwal resmi yang dikeluarkan pemerintah.

"Saya tidak boleh telat memutar sirine buka puasa, karena banyak masjid dan mushala yang berpatokan dari sini," imbuhnya.

"Belum lagi desa-desa yang memutar dari radio yang relay sirine kita. Nanti jika saya telat maka semua orang akan telat berbuka puasa," ucap Oni sambil tersenyum.

Setelah memutar sirine, dia akan  menyiapkan microphone untuk imam masjid. Kemudian dia pindah ke tempat shalat untuk memastikan semua orang siap shalat Maghrib berjamaah.

"Saya kemudian nekan tombol yang didengar oleh petugas di ruang adzan untuk iqomah. Saya selalu ikut shalat berjamaah lima waktu di masjid sini," jelas Oni.

Lelaki berkacamata tersebut memiliki tempat shalat khusus yaitu di depan pintu kecil yang bisa diakses menuju ke ruang operator.

Menurut Oni, jika ada gangguan sound system, dia bisa langsung menuju ke ruang operator dengan cepat tanpa harus melewati orang yang sedang shalat.

Aktivitas Oni sebagai operator sound system di Masjid Jami' Baiturahma sudah dia lakoni hampir 11 tahun.

Selama itu pula, Oni tidak pernah absen. Kecuali saat pulang kampung ke Pekalongan 2015 lalu, ketika ayahnya meninggal.

Bahkan saat sakit pun, Oni tetap datang untuk menunaikan tugasnya memutar Adzan.

"Saya ini pernah kena TBC dan saat itu oleh salah satu jamaah yang rutin shalat kesini saya langsung dibawa ke puskesmas untuk diperiksa. Tapi alhamdulilah berobat jalan, jadi saya tetap bisa menghidupkan adzan di masjid sini," tambahnya.

Dari Loper Koran

Selain sebagai operator sound system, Oni juga berkerja sebagai loper koran. Pekerjaan sebagai loper koran sudah dilakukan sejak 2002.

Sebelum menetap di Banyuwangi, Lelaki kelahiran Pekalongan, 18 April 1973 tersebut merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya sebagai pekerja serabutan.

"Nasib yang membawa saya ke Banyuwangi. Saya tidak punya tempat tinggal dan pekerjaan serta saudara di Banyuwangi. Kemana-mana jalan kaki," ungkapnya.

"Hingga akhirnya saya bekerja sebagai loper koran dan setiap shalat lima waktu saya selalu jamaah di Masjid Baiturahman," jelasnya.

Karena rutin sholat berjamaah, Oni kemudian dikenal oleh takmir masjid dan sering dimintai tolong membantu operator sebelumnya yang sudah tua dan sakit-sakitan.

"Saat Pak Shaleh meninggal dunia, saya diminta untuk menggantikan. Tapi saat Pak Shaleh sakit-sakitan saya sudah diajari oleh beliau bagaimana mengoperasikan alat ini," jelasnya.

Oni biasanya berjualan koran di simpang lampu merah yang berjarak sekitar 1 kilometer dari masjid mulai jam 6 pagi hingga jam 9 pagi.

Dia berangkat dari masjid setelah shalat Shubuh selepas menyelesaikan tugasnya.

Setelah berjualan koran, dia kembali ke masjid untuk beristirahat sambil menunggu waktu sholat Dzuhur di ruang operator.

"Pernah ketiduran tapi nggak sampai telat. Kadang dibangunkan sama orang atau mungkin dibangunkan sama malaikat," kata Oni sambil tertawa.

Dia akan tetap bertahan di masjid hingga selesai sholat Isya dan shalat tarawih pada bulan Ramadhan.

Dia menjelaskan, tanggungjawabnya saat bulan puasa semakin bertambah. Sebab ada beberapa pengajian pada malam hari hingga tengah malam atau pengajian saat pagi hingga siang hari.

Namun, Oni tetap setia mengerjakan tugasnya. Bahkan dia mengaku lebih memilih meninggalkan pekerjaannya sebagai loper koran dari pada operator sound system di masjid

"Jika disuruh memilih antara loper koran atau operator di masjid, saya milih jadi operator masjid karena lebih berkah dan banyak teman juga," jelasnya.

Walaupun tidak mendapat gaji, Oni mendapatkan uang lelah atau bisaroh dari takmir masjid. "Sekecil apapun saya syukuri. Sebagian saya kirim buat anak saya di kampung," jelas Oni.

Dia mengaku tidak akan meninggalkan pekerjaannya sebagai operator dalam keadaan apapun.

"Mungkin sampai tua dan nggak kuat menghidupkan sound system. Pokoknya saya akan tetap di sini untuk menjaga adzan agar tetap berbunyi tepat waktu," jelasnya.

Sementara itu, Ahmad Rifai S (46), salah satu imam Masjid Baiturrahman, Kamis (7/6/2018) mengaku sudah cukup lama mengenal Oni dan pribadi Oni.

"Dia cenderung tertutup orangnya tapi sangat baik. Tapi ada satu hal yang jarang dimiliki oleh orang lain yang ada di Pak Oni yaitu Istiqomah," tuturnya.

"Tidak mudah 11 tahun melakukan hal yang sama setiap hari. Saya nggak pernah lihat dia bosan atau mengeluh. Dia itu penjaga waktu di Banyuwangi," kata Rifai. 

https://regional.kompas.com/read/2018/06/08/17300991/oni-sang-penjaga-waktu-di-masjid-jami-baiturahman-banyuwangi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke