Salin Artikel

Paus Sperma yang Terdampar di Lombok Timur, Dijarah Ekor dan Giginya, Akhirnya Dikubur

“Yang kami khawatirkan paus malang ini makin membusuk dan berbahaya bagi warga, harus segera dikuburkan. Untung saja alat berat datang, meski telah petang, sekitar jam 18.00 wita, dan kami lakukan proses penguburan di sekitar lokasi,” kata Lalu Adrajatun, petugas Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar wilayah kerja NTB, Jumat (30/3/2018).

Adrajatun mengaku lega telah mengubur bangkai paus sperma yang sudah tidak utuh lagi tersebut. Pasalnya, ekor dan gigi paus sudah dijarah oknum tidak bertanggungjawab di sekitar lokasi terdampar.

Sebagaimana diketahui, sejak Kamis (29/3/2018) petugas BPSPL telah menanti kedatangan alat berat tersebut. Sebelum dikubur, Kompas.com berkesempatan melihat kondisi paus jenis sperma itu dari jarak dekat. Tentu saja harus mengunakan masker dan tidak menyentuh bangkai paus.

Dijarah

Menurut Adrajatun, bobot paus mencapai 10 ton dengan panjang 9 meter. Kondisi paus tersebut memang sangat memprihatinkan. Ekornya telah dipreteli warga, kemudian punggung paus luka akibat karang.

Di bagian perutnya tercabik cabik, dan yang paling parah seluruh gigi paus malang tersebut sudah dijarah.

“Mereka memotong ekor dan juga giginya, saya menangis melihat itu, kasihan, apalagi saya tahu paus itu dilindungi, karena itu saya melaporkan ini “ kata Sukarma atau Uken, pada Kompas.com.

Uken memang menelpon jurnalis di Mataram, agar segera menghubungi petugas untuk menyelamatkan paus itu. Uken sempat melihat paus itu masih bergerak lemah.

"Mungkin dia bisa selamat, tapi gelombang memang besar di pantai Tabuan ini. Tubuh paus terombang-ambing apalagi pantai ini berkarang, dia pasti luka-luka," kata Uken menghela nafas begitu dalam.

Dia melihat bahwa paus malang itu terombang ambing, sekitar 500 meter dari bibir pantai.  Dia juga mengatakan pada warga agar pausnya tidak diapa-apakan. Untungnya lokasi pantai ini jauh, sekitar 71 kilo dari Kota Kabupaten Lombok Timur sehingga belum banyak warga berdatangan. 

"Petugas telah menjaga paus itu, lega saya,” ungkap Uken.

Adrajatun juga mengaku lega cepat mendapatkan informasi dan langsung menangani paus tersebut meskipun jarak tempuh ke lokasi sangat jauh. Jika dari Mataram bisa lebih dari 100 kilometer, belum lagi jalan yang rusak menuju pantai Tabuan, Jerowaru itu.

Warga tidak lagi mendekati paus dan menjarahnya karena petugas BPSPL, Petugas Satwas Pemkab Lombok Timur dan aparat kepolisian langsung mengumumkan di masjid kampung agar tidak mendekati paus, apalagi menjarah dan mengambil minyak dan darahnya, karena mengandung virus.

Diprediksi dari Australia

Terdamparnya paus raksasa di Lombok bukanlah kejadian pertama, dijawasan Kecamatan Jerowaru saja telah tiga kali paus terdampar, masing masing tahun 2016 dan 2017 lalu, dengan beragam ukuran. Semua paus yang terdampar dalam keadaan mati.

Warga bahkan selalu berlomba lomba mengambil bagian tubuh paus dan minyak paus yang mereka percaya untuk pengobatan berbagai penyakit, termasuk digunakan untuk ilmu hitam.

“Saya pakai ini untuk obat, ini bisa untuk luka, sakit dalam juga kena santet obatnya minyak paus ini,” kata Rahman waga sekitar, yang mengaku sebagai pedagang obat pasar.

Petugas BPSPL mengatakan bahwa jenis paus ini tergolong langka, sehingga bisa menjadi bahan penelitian. Ditanya apakah ada kaitannya dengan ratusan paus yang terdampar di Australia pekan lalu, Adrajatun memprediksi bisa jad paus jantan ini terlepas dari komunalnya yang lain dan berasal dari Australia.

“Bisa jadi seperti itu, karena memang mereka para paus ini kalau bermigrasi selalu bersama komunalnya, akan bermasalah ketika mereka terpisah,” katanya.

Kapolres Lombok Timur AKBP M. Eka Faturrahman mengatakan petugas kepolisian membantu petugas BPSPL menangani paus yang terdampar itu. Begitu pihaknya mendapat laporan langsung direspon oleh aparat kepolisian terdekat, Polsek Jerowaru.

https://regional.kompas.com/read/2018/03/30/09354801/paus-sperma-yang-terdampar-di-lombok-timur-dijarah-ekor-dan-giginya-akhirnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke