Salin Artikel

Di Tangan Mereka, Kotoran Gajah Diolah Jadi Papan Komposit yang Berkualitas

Kualitas dari serat kotoran gajah ini ternyata tidak kalah dengan bahan yang digunakan untuk membuat komposit lainnya.

Kepala Laboratorium Rekayasa Biomaterial Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Ragil Widyorini, menceritakan, awalnya ada alumnus bernama Agus Sudibyo Jati datang menemuinya.

Agus yang bekerja di Taman Safari Pasuruan ini datang untuk mendiskusikan pemanfaatan kotoran gajah.

Sebab, di Taman Safari Pasuruan, kotoran gajah cukup banyak meskipun telah dimanfaatkan untuk pupuk dan bahan kertas.

"Agus datang menemui saya, mengajak diskusi kira-kira kotoran gajah bisa dimanfaatkan untuk apa," ujar Ragil, Rabu (27/3/2018).

Dalam diskusi tersebut, Agus menceritakan bahwa makanan utama gajah yang ada di Taman Safari Pasuruan adalah rumput gajah. Menurut analisis Ragil, rumput gajah mengandung selulosa.

"Kebetulan makanan utamanya rumput gajah. Nah, rumput gajah ini banyak mengandung selulosa maka kami prediksikan bisa untuk papan komposit," ucapnya.

Ragil lantas mencoba mengolah kotoran gajah dari Taman Safari Pasuruan menjadi papan komposit. Dari berbagai percobaan yang dilakukan di Laboratorium Rekayasa Biomaterial Fakultas Kehutanan UGM, akhirnya kotoran gajah berhasil diolah menjadi papan komposit.

Untuk membuat papan komposit, Ragil menggunakan perekat berbasis asam sitrat yang dikembangkan oleh Fakultas Kehutanan UGM bekerja sama dengan Universitas Kyoto.

Kombinasi antara perekat berbasis asam sitrat dengan kotoran gajah menghasilkan produk papan komposit yang berkualitas.

"Dicoba dengan perekat yang kami kembangkan dengan Universitas Kyoto. Kami coba dan ternyata hasilnya lebih bagus dari sisi kekuatannya," ungkap Ragil.

Mengolah kotoran gajah menjadi papan komposit memerlukan beberapa tahapan. Pertama, membersihkan kotoran gajah dengan air yang mengalir. Setelah bersih lantas dijemur hingga benar-benar kering. Hal ini perlu guna mengantisipasi tumbuhnya jamur.

Setelah kering lantas dicampur dengan perekat. Langkah selanjutnya yaitu bahan dari kotoran gajah tersebut dimasukkan ke oven beberapa jam guna mengurangi kadar air.

Setelah itu, bahan dicetak dan ditempa panas dengan suhu 180 sampai 200 derajat celsius selama 10 menit.

"Ini tujuannya untuk furnitur dan dinding pembatas," tutur Ragil.

Menurut dia, potensi kotoran gajah sangatlah besar. Sebab, satu ekor gajah dalam sehari mengeluarkan hampir 100 kilogram kotoran.

"Hampir separuhnya bisa digunakan karena gajah itu hanya bisa mencerna sekitar 30 persen sampai 45 persen," ucapnya.

Saat ini papan komposit dari bahan kotoran gajah yang dihasilkan oleh Laboratorium Rekayasa Biomaterial Fakultas Kehutanan UGM masih dalam bentuk display berukuran 25 cm x 25 cm dengan ketebalan 1 cm.

"Untuk membuat papan komposit ukuran 25 cm x 25 cm dengan tebal 1 cm, kami membutuhkan 400 gram kotoran gajah dan 100 gram perekat," ujar Ragil.

Papan komposit ini pun telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Bahkan, berdasarkan hasil uji lengkung, uji tarik, uji lengkung basah, dan uji rendam, papan komposit dari kotoran gajah ini memiliki kualitas di atas standar yang ditentukan oleh Japanese Industrial.

"Yang skala kecil kami sudah berhasil. Harapannya bisa membuat untuk skala yang lebih besar," ungkapnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/03/28/15440061/di-tangan-mereka-kotoran-gajah-diolah-jadi-papan-komposit-yang-berkualitas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke