Salin Artikel

Takut Terpapar Sianida, Warga Pulau Buru Tak Lagi Konsumsi Air Sumur

Warga tidak lagi mengonsumsi sumber air di perkampungan mereka karena takut terpapar sianida yang digunakan para penambang di lokasi pengolahan emas ilegal. Tak hanya air, warga juga tak lagi mengonsumsi ikan dan sayur karena khawatir terkena racun sianida.

Sutikno, salah seorang tokoh masyarakat Desa Dava saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Dusun Wamsait mengaku, sudah tiga tahun terakhir, ia dan warga di dusunnya tidak mengkonsumsi air sumur. Mereka lebih memilih membeli air mineral untuk kebutuhan minum.

“Sudah tiga tahun terakhir pak. Kami tidak lagi meminum air sumur karena kami takut terkena racun sianida,” kata Sutikno, Jumat (16/3/2018). 

Sutikno mengatakan, Dusun Wamsait dihuni hampir 350 kepala keluarga. Hampir semua rumah memiliki sumur yang dimanfaatkan untuk sumber air minum.

Namun sejak lokasi tambang illegal di kawasan Gunung Botak mulai ramai beroperasi, sumur-sumur warga tidak lagi bisa dimanfaatkan.

“Sejak penambang berdatangan dan aktivitas penambangan dengan menggunakan sianida mulai marak kita tidak lagi mengonsumsi air sumur, termasuk juga mengonsumsi sayur-sayuran di desa ini,” paparnya.

Setiap hari, sambung Sutikno, keluarganya harus membeli tiga galon air mineral untuk kepentingan minum dan memasak. Sementara air sumur yang ada di rumahnya hanya digunakan untuk keperluan mencuci dan mandi.

“Kalau saya setiap hari itu beli tiga galon air, harganya Rp 5.000 per galon. Kalau air sumur itu hanya untuk mencuci. Semua warga di sini begitu,” ujarnya.

Hal senada disampaikan warga lainnya Sutikno. Ia menambahkan, warga di dusunnya semakin khawatir. Sebab beberapa pekan terakhir, hewan ternak di dusun tersebut mati mendadak setelah meminum air bekas limbah di sekitar lokasi pengolahan emas ilegal. 

https://regional.kompas.com/read/2018/03/16/19275191/takut-terpapar-sianida-warga-pulau-buru-tak-lagi-konsumsi-air-sumur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke