Kepala Seksi Penanganan Kedaruratan BPBD Kabupaten Bima, Bambang Hermawan mengatakan, tanah bergerak dan amblas di daerah perbukitan itu mulai dirasakan sejak 4 Maret lalu.
Pergerakan tanah tersebut, sambung dia, terjadi akibat tingginya intensitas hujan yang mengguyur Bima beberapa bulan terakhir.
"Akibatnya, tanah bergeser dan amblas, sehingga menyebabkan satu rumah warga di Desa Teta ambrol. Beberapa rumah lain juga retak dan bergeser. Kejadian ini sudah empat hari," ujar Bambang kepada wartawan, Rabu (14/3/2018).
Selain merusak rumah warga, tanah bergerak dan amblas juga berdampak pada jalan desa meski masih dapat dilalui kendaraan bermotor.
"Ada sejumlah titik ruas jalan retak-retak dan rusak, tak boleh dilintasi mobil truk dan alat berat," tutur Bambang.
Beruntung bencana yang menimpa rumah warga di desa itu tidak menyebabkan korban jiwa. Sementara masyarakat belum ada yang mengungsi.
"Kami perkirakan kondisi aman," tuturnya.
Kendati demikian, masyarakat diminta tetap waspada. Warga juga diharapkan agar bersiaga penuh untuk mengantisipasi terjadinya tanah bergerak dan amblas susulan.
"Kewaspadaan dini harus dilakukan untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Apalagi, di desa itu lahan hutan sudah gundul, sehingga rawan terjadinya longsor dan tanah bergerak," ucapnya.
https://regional.kompas.com/read/2018/03/14/21520581/tanah-bergerak-satu-rumah-di-bima-ambrol