Salin Artikel

Unjuk Kemampuan, Siswa SLB di Banyuwangi Tampil dalam Wayang Lakon

Sejumlah anak berkebutuhan khusus tersebut menampilkan wayang lakon dengan judul "Anoman Obong" yang menceritakan kisah pewayangan Rahwana menculik Dewi Shinta lalu diselamatkan oleh Hanoman.

Wayang lakon dibuka dengan penampilan Wahyu Eko Prasetyo, penyandang tunanetra yang menjadi dalang serta memainkan wayang dan nembang. Kemudian dilanjutkan dengan tari teatrikal diiringi dengan lagu "Anoman Obong" yang dibawakan dengan apik oleh Frista yang berperan sebagai Shinta, Irfan sebagai Rahwana, dan Syaiful sebagai Hanoman.

Ketiganya adalah penyandang tunarungu. Sementara para pemain musik dan penyanyi adalah penyandang tunagrahita. Total ada tujuh anak berkebutuhan khusus yang terlibat dalam penampilan wayang lakon itu yang berperan sebagai dalang, penari, penyanyi, dan pemain musik. Mereka dilatih oleh lima guru pembimbing.

Yuscita Kesyuhandari, guru pendamping SLB PGRI 3 Cluring, menjelaskan kepada Kompas.com, untuk berlatih wayang lakon, mereka butuh waktu sekitar dua minggu. Selain itu, juga butuh kesabaran yang tinggi untuk melatih para siswa agar gerak tari dan musik menjadi selaras.

Untuk mempermudah latihan, pertama kali mereka mendapatkan gambaran cerita tentang Anoman Obong dari guru pendamping.

"Tuna yang disandang oleh mereka berbeda-beda sehingga metode pelatihannya tidak sama. Contohnya yang tunarungu, mereka belajar dengan metode bina komunikasi persepsi bunyi dan irama khusus. Ada latihannya sendiri. Setelah itu baru latihan bersama-sama dengan musiknya," jelas Yuscita.

Sebelumnya, mereka juga pernah meraih juara pertama Unesa Go Talent pada Desember 2017 saat membawakan wayang lakon dengan cerita yang sama.

Sementara itu, Frista (16), penyandang tunarungu mengaku senang bisa tampil di hadapan orang banyak. Awalnya dia sempat tidak percaya diri dan merasa malu untuk tampil menari.

Namun, percaya dirinya muncul ketika banyak yang mengatakan bahwa dia pandai menari. "Suka sekali. Saya suka menari. Capek, tapi senang," kata Frista dengan terbata-bata.

Festival Anak Kebutuhan Khusus yang diselenggarakan di halaman Pendopo Shaba Swagata Blambangan tersebut dihadiri sekitar 2.000 orang berkebutuhan khusus, baik dewasa maupun anak-anak. Festival tersebut masuk agenda Banyuwangi Festival sejak tahun 2017.

Untuk diketahui, Kabupaten Banyuwangi mempunyai Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2017 yang mewajibkan sekolah umum untuk menerima siswa berkebutuhan khusus di setiap rombongan belajar (rombel) tiap tahun.

Menurut Sulihtiyono, Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, saat ini ada 1.065 siswa berkebutuhan khusus yang sekolah di 117 sekolah inklusi, yaitu sekolah reguler yang menerima siswa berkebutuhan khusus dengan 465 guru pendamping.

Sedangkan jumlah siswa di sekolah luar biasa ada 2.600 siswa yang bersekolah di 40 lembaga yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus.

"Festival ini kami adakan sebagai ruang bagi mereka yang berkebutuhan khusus untuk menampilkan kemampuan mereka serta penyamaan pemahaman jika anak berkebutuhan khusus harus mendapatkan perhatian dan kesempatan seperti anak pada umumnya," jelas Sulihtiyono.

https://regional.kompas.com/read/2018/02/27/18055421/unjuk-kemampuan-siswa-slb-di-banyuwangi-tampil-dalam-wayang-lakon

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke