Salin Artikel

Berkah Labu Madu, Pekarangan Kosong Pun Kini Semanis Madu

Seperti di Desa Toyoresmi, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Warga di kampung ini sejak beberapa waktu lalu menanami pekarangan kosong dengan labu madu.

Hasil memanfaatkan pekarangan ini terbilang cukup untuk menambah pundi-pundi penghasilan. Pekarangan yang awalnya kosong, kini menghasilkan pundi rupiah dan menambah keasrian lingkungan desa.

Labu madu ini berbeda dengan labu pada umumnya. Dari penampakan fisik misalnya, bentuknya bulat memanjang dengan diameter lebih kecil pada bagian tengahnya.

Soal rasa, sesuai dengan nama madu yang disandangnya. Labu jenis ini lebih manis dan memiliki aroma khas, serta tekstur daging yang lebih halus. Kandungan nutrisinya juga cukup tinggi.

Dari sisi ekonomi, harga jual labu ini berkisar di Rp 15.000 per kilogram. Pada setiap batang tanaman labu, menghasilkan hingga 7 buah dengan berat masing-masing 1-3 kilogram. Masa tanamnya pun cukup cepat, sekitar 3 bulan sudah panen.

"Potensinya cukup bagus. Makanya saya mendorong teman-teman untuk beralih tanam labu madu ini," ujar Ketua Kelompok Tani Labu Madu Sekar Gading di Desa Toyoresmi, Sulis, Minggu (25/2/2018).

Keberhasilan Sulis dan timnya menginspirasi warga sekitar. Satu per satu warga beralih dari tanaman singkong, ketela, dan melon ke labu madu. Selain cepat dan menguntungkan, perawatan labu madu lebih mudah dan prospektif untuk pertanian.

Misalnya Jarwo, seorang petani labu, saat ini ia bersiap menanam labu lebih banyak dari yang ada sekarang. Tanaman labu madu itu akan menggantikan tanaman cabe yang selama ini dia tekuni.

"Mulai bulan depan nanam lebih banyak labu. Saat ini lahan saya masih ada tanaman cabenya," ujar Jarwo.

Hingga saat ini, di Desa Toyoresmi sudah ada lebih dari 30 warga yang menanam labu madu. Ditambah lagi desa-desa lainnya di Kecamatan Ngasem. Mereka umumnya tergabung dalam kelompok tani sebagai wadah aktualisasi diri.

Hasil panenan labu, selain untuk mencukupi kebutuhan pasar lokal, juga banyak dikirim ke luar daerah seperti Jakarta, Banjarmasin, maupun Yogyakarta. Permintaan itu seakan tiada habisnya.

Selain imbas ekonomi, banyaknya tanaman labu menjadikan daerah ini destinasi wisata baru, terutama agrowisata dan edukasi budidaya labu madu.

Wilayah tersebut kemudian terkenal dengan sebutan Kampung Labu Madu. Ini lagi-lagi karena keberadaan labu madu sendiri masih cukup jarang yang tahu sehingga menjadi magnet bagi wisawatan.

Banyak juga kelompok tani atau pemda lainnya yang sengaja datang untuk menimba ilmu di Desa Toyoresmi ini.

Kebun labu menjadi daya tarik tersendiri, karena merambat di tiang-tiang penyangga dari bambu yang diatur sedemikian rupa sehingga terhubung antara tanaman satu dengan lainnya. Ditambah lagi dengan buah labunya yang bergantungan, cukup indah dipandang. 

Hijaunya dedaunan dan labu yang menggantung kerap membuat pengunjung berswafoto. Seusai puas sesi foto, biasanya mereka mencicipi aneka olahan makanan berbahan dasar labu yang banyak dijajakan di kawasan Toyoresmi.

Salah satunya seperti yang dikelola oleh Yulianto, warga setempat. Di tempat itu, pengunjung bisa mencoba labu oven, puding labu, selai labu, hingga bakso dengan bahan dasar dari labu. Pada bakso, labu berfungsi sebagai pengganti tepung terigu.

Yulianto mengungkapkan, jumlah wisatawan yang datang ke tempatnya lumayan banyak. Setiap hari libur, bisa mencapai 1.500 pengunjung yang datang dari berbagai daerah.

"Tapi saat ini berkurang menjadi sekitar 100-an karena saat ini kami masih merenovasi lokasi," tutur pria yang rela tinggalkan profesinya sebagai banker di sebuah bank nasional demi merintis usaha sendiri ini.

Meski kebun tempatnya masih direnovasi, pengunjung tetap bisa menikmati kebun labu milik warga lainnya.

Para wisatawan itu selain berbelanja makanan olahan, mereka membeli labu mentah untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh atau buah tangan. Labu mentah yang tua, bisa bertahan mulai dari 6 bulan hingga satu tahun.

"Buahnya unik. Selain dimasak sendiri juga bisa untuk buah tangan ke tetangga," ujar Rohimah, pengunjung yang datang dari Lamongan.

Pengembangan Pariwisata

Keberadaan sentra wisata kampung labu itu saat ini menjadi perhatian pemerintah daerah. Rencana pengembangan wilayah juga sudah disusun dengan menambah infrastruktur atau fasilitas kepariwisataan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri Adi Suwignyo mengungkapkan, pengembangan bisa dilakukan dengan membuka akses seluasnya bagi warga sekitar untuk mempromosikan buah-buahan lokal Kediri di tempat itu. Semakin meriah, wisatawan akan semakin senang. 

"Misalnya kalau lagi musim durian, musim rambutan, banyak dijajakan di situ juga," ujar Suwignyo.

Selain itu, sambung wignyo, perlu sinkronisasi dengan potensi wisata lainnya yang ada di desa itu. Sebab menurutnya, wilayah Toyoresmi sejak awal sudah dikenal sebagai sentra pembuatan tahu dan macam-macam olahan dari tahu.

"Apalagi di situ juga sudah ada supermarket atau pusat oleh-oleh milik Pak Gatot yang bisa menampung semua hasil kreasi masyarakat." pungkas Wignyo. 

https://regional.kompas.com/read/2018/02/26/14232581/berkah-labu-madu-pekarangan-kosong-pun-kini-semanis-madu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke