Salin Artikel

Kampung Pelangi di Semarang yang Mendunia

Seuntai kuas dan cat warna pun dengan lihai dioleskannya di sudut kain hingga menjadi satu lukisan nan cantik. Hasil karya Narto pun bisa disaksikan di ujung depan kampung itu. Sejumlah pengunjung berswafoto dengan lukisannya.

Kegiatan Narto adalah satu dari kegiatan warga di perkampungan Wonosari, Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Kampung itu kini populer dengan sebutan Kampung Pelangi.

“Saya buat ini agar kampung ini menjadi lebih menarik,” kata Narto saat berbincang dengan Kompascom, Selasa (20/2/2018) sore.

Narto tidak sendiri. Sejumlah warga lain ikut menghias kampungnya dengan ide dan gagasan yang lain.

Rata-rata warga menghias rumahnya dengan pernak-pernik yang menarik. Mereka sadar kampungnya kini menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Semarang. Oleh karenanya, rumah yang telah dicat warna-warni itu dilengkapi dengan aksesori menarik lainnya.

Beberapa pengunjung tampak berkeliling di gang-gang sempit itu. Mereka yang datang adalah pemuda kekinian yang hobi berswafoto. Salah satunya yaitu Nafi (24) dan kekasihnya.

Sore itu, keduanya berkeliling dari satu gang ke gang lain mengabadikan spot-spot foto yang menarik. Sejoli itu pun puas karena telah mendapati foto yang dikehendaki.

“Lumayan bagus, saya puas. Ada banyak spot foto di dalam kampung, saya tadi sudah berkeliling,” ucap Nafi, warga Kabupaten Kudus.

Beberapa anak muda lain juga silih berganti masuk ke gang-gang perkampungan itu. Ada juga sebagian pengunjung yang datang untuk sekadar memotret.

Kampung warna-warni

Kampung warna-warni atau Kampung Pelangi di Kota Semarang didatangi pengunjung karena selain unik, juga mempunyai lokasi yang strategis. Akses yang mudah dijangkau di tengah kota itu menjadikan kampung itu ramai sepanjang waktu.

Namun, umumnya pengunjung datang ketika pagi dan sore hari. Ketika hari libur, pengunjung kian membeludak. Masalah parkir liar dengan tarif parkir di atas harga pun menjadi tidak terelakkan.

“Tiap weekend ramainya. Turis luar negeri juga banyak datang. Besok (hari ini) ada perwakilan Unicef datang untuk melihat kampung ini,” ucap Narto.

Bulan Januari lalu, Duta Besar Uni Eropa Untuk Indonesia Vincent Guérend bersama 12 duta besar negara lain di Eropa mendatangi kampung itu. Mereka mengelilingi kampung itu dengan berjalan kaki, menyusuri gang-gang lainnya.

Di sela perjalanan, turis mancanegara ini banyak mengabadikan momen dengan gawai yang dibawa. Tidak sedikit pula warga setempat yang minta foto dari rombongan dari Uni Eropa tersebut, dan sekadar beramah tamah.

Sama halnya di kota lain di Indonesia, kampung warna-warni terletak di sisi sungai. Kampung Pelangi di Semarang juga berada di bantaran sungai Kali Semarang. Sama dengan wilayah lain, dulunya kampung ini dikenal kumuh dan tidak tertata.

Namun, semenjak 2017, perbaikan dimulai. Dengan cata bergotong royong, rumah-rumah warga yang tampak lusuh dicat ulang. Warga pun bisa memilih warna yang dikehendaki. Pekerjaan fisik pengecatan itu berlangsung beberapa bulan.

Hasilnya, sekitar 391 rumah di kontur perbukitan itu berhasil diubah. Wajah lusuh dan kumuh menghilang dengan sendirinya. Kampung itu kian cantik setelah nuansa kreatif ditambahkan.

Penambahan fasilitas

Pemerintah Kota Semarang pun ikut melakukan perbaikan dengan penataan sungai, penataan taman, kuliner, pedagang bunga, hingga penyediaan gardu pandang.

Wilayah Kampung Pelangi kini tak hanya bersih, tetapi juga dilengkapi dengan gardu pandang dan fasilitas kuliner. Gardu pandang dan kuliner itu dibangun di sebelah kiri Pasar Bunga Kalisari.

Gardu pandang berada di lantai 2 di gedung itu dilengkapi dengan meja, kursi, serta tempat yang sangat cocok untuk berswafoto dengan latar belakang Kampung Pelangi. Tempat itu semakin unik karena diberi nama Taman Kasmaran.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, fasilitas gardu pandang dan kuliner itu dibuat untuk mempercantik wajah kota. Jika dulu kawasan terlihat kumuh, tetapi perlahan diubah menjadi lebih cantik.

"Jadi konsepnya mempercantik wilayah yang ada di Pasar Bunga. Ada kampung di Gunung Brintik dengan Kampung Pelangi. PKL yang dulu kumuh kini jadi food court, parkir," kata Hendrar.

Meski mendunia, Kampung Pelangi di Semarang masih perlu pengembangan, terutama sumber daya manusia warga setempat. Setidaknya, menurut Narto, warga perlu diajari soal bahasa internasional untuk menyambut dan berbincang langsung dengan para tamunya.

https://regional.kompas.com/read/2018/02/21/11022481/kampung-pelangi-di-semarang-yang-mendunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke