Salin Artikel

Lampion Merah dan Secangkir Kopi di Pasar Keberagaman di Aceh

Tempat ini adalah pusat jual beli berbagai barang antara etnis Tionghoa dan umat Muslim warga Aceh yang selalu hidup rukun dan saling menghargai dalam menjalankan aktivitas sehari-hari sejak puluhan tahun lalu. Namanya, Pasar Keberagaman.

“Pasar Keberagaman itu sebagai tempat berkumpulnya etnis Tionghoa dan penduduk Aceh yang ada di Kota Banda Aceh. Di sana ramai mulai dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB saat sarapan pagi dan minum kopi,” kata Kho Khie Siong, salah satu warga Peunayong, Rabu (14/2/2018).

Menurut Siong, Peunyong disematkan sebagai Gampong Keberagaman sejak tiga tahun lalu, tujuannya adalah untuk memberitahukan kepada dunia luar bahwa etnis Tionghoa yang lahir dan tinggal di Aceh dapat selalu hidup rukun dan berdampingan sejak puluhan tahun lalu.

“Nama Gampong Keberagaman itu ide saya. Awalnya sempat ditawarkan nama Gampong China oleh teman-teman perangkat desa setempat. Kemudian saya usulkanlah nama Gampong Keberagaman. Memang di Peunayong dominan Tionghoa, tapi ada beragam suku,” katanya.

Setidaknya, kini ada sekitar 5.000 jiwa warga etnis Tionghoa yang lahir dan tinggal di Desa Peunayong, Kecamatan Kota Alam Banda Aceh, mereka dapat selalu hidup rukun dan berdampingan dengan umat muslim warga Aceh meski daerah Provinsi Aceh telah menerapkan qanun syariat islam.

“Nilai toleransi di Aceh sangat tinggi. Kami bisa hidup rukun dengan penduduk Aceh walau daerah yang menerapkan syariat Islam, tetapi Aceh tidak ekstrem seperti yang dibayangkan oleh orang di luar Aceh,” ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/02/15/17271171/lampion-merah-dan-secangkir-kopi-di-pasar-keberagaman-di-aceh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke