Salin Artikel

Ini Strategi Menkes Atasi KLB Gizi Buruk dan Campak di Asmat

Kepada Kompas.com, Nila mengatakan, pemerintah segera menangani kasus gizi buruk dan campak di Asmat. Dia pun menjelaskan strategi penanganannya.

"Jadi strategi pertama, yakni kita harus tangani yang kritis dulu. Nah, itu sedang kita lakukan, bekerja sama dengan TNI, Polri, Kementerian Sosial dan pihak-pihak lainnya," kata Nila ketika ditemui di salah satu hotel di Kabupaten Mimika, Jumat (26/1/2018).

Nila mengatakan, dalam waktu 10 hari, pemerintah pusat harus mengirim tenaga medis guna menangani pasien gizi buruk yang saat ini dirawat di RSU Agast, Kabupaten Asmat.

"Di samping itu, kita juga menyusuri 23 distrik (kecamatan) dibantu Babinsa yang dimiliki TNI, lalu membawa mereka yang ditemukan terkena dampak KLB. Sambil logistik berupa obat-obatan dan makanan tambahan kita salurkan," katanya.

Setelah 10 hari tahap pertama selesai, lanjut Nila, maka dilanjutkan tahap kedua dan ketiga di bulan pertama, yakni penanganan rehabilitasi.

"Yang harus dipikirkan setelah penanganannya adalah rehabilitasi sampai jangka panjang. Itu sebabnya di Mimika ini saya kumpulkan semua kepala Dinas Kesehatan se-Papua agar kita mendengarkan apa yang mereka hadapi selama ini di daerah mereka masing-masing. Hari ini rencananya kita akan memberikan rekomendasi apa yang perlu mereka lakukan agar kasus-kasus seperti ini tak terjadi," paparnya.

Sehari sebelumnya, Komandan Satgas Kesehatan TNI KLB Asmat, Brigjen TNI Asep Setia Gunawan mengatakan tim kesehatan terpadu sudah memeriksa 12.398 anak di Asmat.

“Dari 12.398 anak yang mendapat pelayanan kesehatan, ditemukan 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk. Selain itu, ditemukan pula 25 anak suspek campak dan 4 anak yang terkena campak dan gizi buruk,” kata Asep dalam keterangan tertulisnya, Kamis (25/1/2018) melalui rilis yang dikirim Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih. 

Menurut Komandan Korem 174/ATW Merauke ini, jumlah anak yang meninggal akibat wabah campak dan gizi buruk sejak September 2017 hingga 24 Januari tercatat sebanyak 70 orang. Dari 70 korban meninggal itu, 65 anak meninggal akibat gizi buruk, 4 anak karena campak dan 1 orang karena tetanus.

“Data di Posko Induk Penanggulangan KLB Asmat di Agats disebutkan 37 anak meninggal di Distrik Pulau Tiga, 15 anak di Distrik Fayit, 8 anak di Distrik Aswi, 4 anak di Distrik Akat dan 6 lainnya meninggal di RSUD Agats,” kata Asep.

Pasien rawat inap

Sejak tim terpadu memberikan pelayanan kesehatan serentak di 19 distrik dan melakukan evakuasi terhadap penderita gizi buruk dan campak yang tidak tertangani di puskesmas, pasien di RSU Agats membeludak.

Asep menjelaskan, hingga saat ini ada 93 pasien yang menjalani rawat inap di Agats, masing-masing 41 orang di RSU Agats dan 52 pasien di aula Gereja GPI.

“Saat ini di RSUD Agats, ada 8 pasien campak dan 23 pasien gizi buruk serta 10 pasien malaria. Sementara 52 pasien dirawat di aula Gereja GPI. Pasien yang dirawat di RSUD adalah pasien yang butuh perhatian khusus dokter, sementara yang dirawat di aula, mereka yang sudah dinyatakan dokter dalam masa pemulihan,” kata Asep.

https://regional.kompas.com/read/2018/01/26/08124531/ini-strategi-menkes-atasi-klb-gizi-buruk-dan-campak-di-asmat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke