Salin Artikel

Uniknya "Paper Cut" Banyuwangi, dari Kebo-keboan Sampai Fitri Carlina

Sementara tangannya, dengan lincah menggerakkan cutter mengikuti garis yang sudah dicetak di kertas putih hingga berlubang sesuai dengan pola yang diinginkan. Selain kertas, ada juga selembar foto sepasang pengantin yang diletakkan tepat di samping kertas putih.

"Ini ada pesanan untuk paper cut pengantin. Baru tadi malam pesan," kata Angga yang tinggal di Dusun Tugong Desa Sempu Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi kepada Kompas.com, Kamis (18/1/2018).

Angga menjelaskan, masih belum banyak yang tahu tentang paper cut atau teknik potong kertas dari Cina tersebut. Dia sendiri baru menekuni paper cut November 2016, setelah diminta tetangganya membuat tulisan kaligrafi dalam huruf arab untuk bendera kematian.

"Saya buat pola dengan kertas huruf arab lalu saya tempel di kain. Kemudian saat saya cari-cari di internet. Baru tahu kalau namanya paper cut," jelasnya.

Akhirnya dia menekuni kegiatan barunya tersebut dan melakukan promo melalui media sosial. Namun hampir tiga bulan pertama, dia tidak mendapatkan satupun pelanggan karena tidak banyak yang tahu tentang paper cut.

"Yang sekadar tanya banyak, tapi yang serius pesan nggak ada. Sempat frustasi saya sampai akhirnya pemesanan pertama datang buat paper cut dari gambar mobil," jelas lelaki yang juga menekuni desain grafis tersebut.

Bapak dua anak ini mengatakan, paper cut berbeda dengan sablon ataupun cutting sticker. Di paper cut, semuanya dilakukan manual termasuk memotong kertas hingga berbentuk motif. Dia hanya menggunakan komputer untuk mendesain motif pada gambar yang diinginkan.

"Jadi fotoya discan, lalu didesain di komputer lalu dicetak di kertas, baru dipotong mengikuti pola. Untuk potongan yang paling tipis ada yang sampai 0,3 mili. Memang harus hati-hati. Jika tidak, akan putus," ucapnya.

Ia kemudian menunjukkan hasil karya paper cut yang diambil dari foto Kebo-keboan, salah satu tradisi di Banyuwangi.

"Potongannya dibuat zig-zag dan ini agak rumit karena saya ingin detail di rambutnya jadi potongan kertasnya tipis dan kecil sekali," jelasnya sambil menunjukkan paper cut Kebo-keboan di dinding rumahnya.

Untuk membuatnya, ia membutuhkan waktu lima hari. Sedangkan motif lain, maksimal pengerjaan tiga hari.

Untuk kertasnya, Angga menggunakan kertas linen berwarna putih dan silver dengan ukuran 36x56, sementara cutter yang digunakan menggunakan sudut 40 derajat dan 30 derajat disesuaikan dengan kebutuhan tipis tebalnya pola yang diinginkan.

Angga menjual karyanya secara online baik di website jual beli atau di instagramnya "hunkatter".

"Kadang susah juga menjelaskan detail paper cut ini kepada pemesan tapi alhamdulillah ada saja yang pesan. Minggu ini saja saya selesaikan 3 pesanan dan rata-rata foto portrait," jelasnya.

Pemesanan bukan hanya datang dari Banyuwangi, tapi juga Jakarta, Palembang, Bali, dan beberapa kota lain di Indonesia. Agar tidak rusak, pengiriman dilakukan dengan cara khusus, yaitu hasil paper cut dihimpit dua triplek tipis agar tidak bergeser.

Untuk menambah pengetahuannya, Angga bergabung dengan komunitas paper cut Inggris secara online. "Di komunitas tersebut saya banyak belajar tentang pola-pola baru," jelasnya.

Dia mengaku akan bekerjasama dengan beberapa fotografer di Banyuwangi untuk membuat paper cut dari hasil foto mereka lalu dipamerkan.

"Nanti temanya adalah tentang Banyuwangi. Banyak foto-foto bagus dan saya akan membuatkan paper cut lalu dipamerkan bersama mereka," pungkasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2018/01/19/07242101/uniknya-paper-cut-banyuwangi-dari-kebo-keboan-sampai-fitri-carlina

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke