Salin Artikel

Dalam Setahun, 493 Bencana Terjadi di Sumatera Utara

Gubernur Sumatera Utara Erry Nuradi saat membuka Jambore Kesiapsiagaan Bencana Sumut 2017 di Sibolangit pekan lalu mengatakan, selain banjir, bencana yang sering melanda Sumut adalah cuaca ekstrim, gempa bumi, abrasi, kebakaran hutan, epidemi, dan kekeringan.

"Sebagian besar banjir terjadi di wilayah topografi rendah di pesisir Timur Sumut. Cuaca ekstrim dan musim hujan yang berkepanjangan menjadi penyebabnya, hingga berujung longsor secara periodik," kata Erry, belum lama ini. 

Selain itu, bencana alam yang masih terus berlangsung dan memerlukan perhatian bersama adalah erupsi Gunung Sinabung.

Erry lalu berterima kasih kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang sampai saat ini konsisten memberikan perhatian khusus kepada Sumut, baik untuk percepatan dampak bencana Sinabung, dan bencana lainnya.

Menurutnya, pengurangan risiko bencana pada tahap pra bencana merupakan hal penting dalam penanggulangan bencana. Sebab, bencana berskala besar dapat menghancurkan pencapaian dan pertumbuhan ekonomi yang sudah diperjuangkan berpuluh-puluh tahun.

"Akibat bencana, dalam sekejap masyarakat yang telah bersusah payah bekerja untuk keluar dari kemiskinan dapat kembali terperosok dalam kemiskinan," katanya.

Pemerintah Sumatera Utara mengambil sikap dengan memprioritaskan program pengurangan risiko bencana.

Salah satunya dengan penguatan kelembagaan khususnya organisasi perangkat daerah yang mengurus kebencanaan dan pengintegrasian pengurangan risiko ke dalam rencana tata ruang wilayah dan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).

Erry pun mengingatkan para bupati dan wali kota bahwa urusan penanggulangan bencana harus menjadi urusan strategis dan prioritas dalam perencanaan dan anggaran Pemda. Ini dalam upaya mengantisipasi dan meminimalisir penderitaan rakyat akibat bencana.

Kejadian terbaru adalah longsor sedalam 10 meter dan sepanjang 20 meter akibat hujan deras selama beberapa hari di Kecamatan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada Senin (27/11/2017).

Longsor mengakibatkan satu badan jalan terputus, sama sekali tidak bisa dilewati kendaraan.

Kepala BPBD Simalungun Muda Alam mengatakan, longsor memutus jalan sehingga tidak dapat digunakan wisatawan menuju pelabuhan.

"Penyebab longsor karena faktor alam, hujan terus menerus. Kebanyakan pengguna jalan adalah penumpang kapal ferry dari dan menuju Kabupaten Samosir. Masyarakat di sekitar lokasi longsor sudah mengungsi," kata Muda.

Tidak ada korban jiwa atau korban terluka akibat bencana tersebut. Saat ini pihaknya tengah melakukan penimbunan tanah dan sirtu agar bisa dilalui kendaraan.

Menurut BMKG, Selasa (28/11/2017), Sumatera Utara masih berpotensi hujan sedang hingga lebat disertai kilat, petir, dan angin kencang di wilayah Labuhanbatu, Labura, Labusel, Tanjungbalai, Simalungun, Asahan, Karo, Samosir, Dairi, dan sekitarnya.

Kondisi ini akan berlangsung hingga pukul 01.00 WIB dan meluas ke sebagian wilayah Serdang Bedagai dan sekitarnya.

Sementara Gunung Sinabung, masih terus terjadi awan panas guguran gunung api dengan jarak luncur 3.000 meter ke arah timur dengan amplitudo 120 milimeter dan lama gempa 301 detik, dan angin lemah ke arah timur.

"Status level tingkat aktivitas gunungapi Sinabung sejak 2 Juni 2015 sampai saat ini masih di level IV atau Awas. Ini adalah status tertinggi gunungapi di Indonesia," kata Armen Putra, Ketua Pos Pemantauan Gunung Sinabung.

https://regional.kompas.com/read/2017/11/28/22262791/dalam-setahun-493-bencana-terjadi-di-sumatera-utara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke