Salin Artikel

"Saya Tidak Punya Uang untuk Bayar Tukang"

TEGAL, KOMPAS.com- Perempuan tua berkemeja batik lengan panjang dan berkerudung biru tampak canggung dengan kehadiran Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ke rumahnya. 

Pagi itu, Ganjar bersepeda bersama Plt Bupati Tegal dan sejumlah warga Kabupaten Tegal. Sekitar 30 menit mengayuh sepeda dari hotel, rombongan tiba di sebuah rumah yang tengah diperbaiki.

Bata merah telah rampung disusun sebagai pengganti dinding bambu. Namun, dinding itu masih harus diplester dengan semen. 

Perempuan itu bernama Wasna. Ia bersama anak laki-lakinya, Budi menyambut Ganjar yang pada hari Minggu itu (22/10/2017) ingin melihat langsung rumah yang masuk dalam Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

Baca: Ganjar Tantang Seorang Mahasiswa Bangun Rumah Rp 10 Juta

Rumah Wasna berada di RT 04 RW 03 Kelurahan Kejambon, Kecamatan Tegal Timur, Tegal,

Wasna dan Budi terlihat malu-malu mempersilahkan Ganjar untuk masuk ke dalam rumah mereka.

Kepada Ganjar, Wasna bercerita bahwa rumahnya yang telah ditinggali selama puluhan tahun memang sudah tak layak huni.

Sebelum diperbaiki, rumah itu berdinding bambu. Beratap rumah genteng, beberapa bagiannya lapuk dan bolong. Begitu juga dengan lantai rumah berlapis semen yang hampir menyatu dengan tanah.

Rumah itu memiliki satu ruang tamu, sebuah kamar tidur, dan dapur berukuran sempit yang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak. Dindingnya juga terlihat masih menggunakan tepas bambu.

Ia mengaku tak sanggup memperbaiki rumah karena penghasilannya sebagai buruh cuci hanya Rp 20.000 per hari.

Beban janda tiga anak itu semakin berat saat Budi yang sempat bekerja di sebagai office boy (OB) di salah satu perusahaan asuransi terserang stroke.

Budi tak bisa lagi menggerakan tangan kanannya dan terpaksa berhenti bekerja sejak setahun lalu.

Perawatan penyakitnya itu hanya mengandalkan kartu jaminan kesehatan yang didapat dari kantor tempat dia sebelumnya bekerja. Sebab, ia belum mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Rehabilitasi rumah miskin

Wasna bersyukur Pemerintah Jawa Tengah mau peduli terhadap rakyat miskin seperti dirinya. Program Rehabilitas Rumah Tidak Layak Huni itu mengubah kehidupan keluarga miskin itu.

"Alhamdulillah, Saya bersyukur sekali rumah diperbaiki. Terima kasih banyak," ujar Wasna dengan mata berkaca-kaca.

Perempuan tua itu mengaku bingung karena tak memiliki uang untuk membayar tukang yang memperbaiki rumahnya. “Saya tidak punya uang untuk bayar tukang,” ungkapnya.

Apalagi, pembangunan tersebut juga dibantu oleh para anggota TNI yang mengikuti Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD).

“Tidak perlu dibayar ini bentuk gotong royong warga. Apalagi ada TNI di sini, masa dibayar,” katanya.

Ganjar pun mengapresiasi hasil rehabilitasi RTLH yang dikerjakan cukup baik. Ia berharap bantuan yang diberikan itu dapat meringankan beban Wasna dan keluarganya.

Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni merupakan salah satu program pengentasan masyarakat miskin Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan anggaran Rp 10 juta per rumah.

Pada 2017, Pemerintah Jawa Tengah menargetkan jumlah rumah yang direhabilitasi sebanyak 20.027 rumah. Jumlah itu meningkat jauh dibanding target pada 2016 yang hanya berjumlah 3.601 rumah.

https://regional.kompas.com/read/2017/10/25/15095571/saya-tidak-punya-uang-untuk-bayar-tukang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke