Salin Artikel

Indahnya Kebersamaan dalam Peringatan Hari Santri Nasional

Penampilan yang merupakan bagian dari peringatan Hari Santri Nasional 2017 ini melibatkan tokoh agama lain.

Sebelum acara dimulai para pemain dikumpulkan di halaman kantor Bappeda Gunungkidul. Satu persatu tokoh agama memberikan suntikan semangat. Tepat pukul 20.30 WIB, pertunjukan drama kolosal dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. 

Menurut sutradara Gondol Sukargiyono, cerita ini menggambarkan Indonesia dari dulu, sekarang, dan akan datang. Mulai dari jalur sutra terbentuk, Yogyakarta menjadi ibu kota, dan puncaknya tentang kondisi saat ini. "Ini penggambaran kondisi Indonesia," ucapnya.

Dengan pementasan ini, ia berharap menjadi pembelajaran bagi masyarakat tentang Indonesia dan kebhinekaan yang ada di dalamnya. "Cerita ini diharapkan bisa menjadi kaca benggala bagi masyarakat," tuturnya.

Cerita ini menggambarkan keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan di masa sebelum kemerdekaan.

Kisah drama ini diawali dengan perjuangan KH Hasyim Asyari Tebu Ireng dan para santrinya pada resolusi jihad 22 Oktober 1945 saat melawan penjajah.

Dilanjutkan dengan cerita Sultan Hamengku Buwono IX yang bertemu Presiden Soekarno untuk bergabung dengan Republik Indonesia. Pertunjukan drama ini diselingi tarian kolosal para santri serta paduan suara dari GKJ Wonosari.

Dalam penggambaran kondisi saat ini dilakukan dialog. Dalam dialog tersebut diperkenalkan berbagai agama di Indonesia, hingga kekacauan dengan penggambaran pembakaran sebuah gubug. 

Keluarga kecil itu pun mengadu kepada lima tokoh agama tentang kondisi ini, dan akhirnya mampu ditenangkan.

Pada babak terakhir pertunjukan, diputarkan rekaman sholawat Syi'ir Tanpo Waton oleh Gus Dur, yang diikuti para santri dan para penonton.

Kemudian seluruh pemain berkumpul sambil mengibarkan bendera merah putih, dan bendera Nahdlatul Ulama. Sementara para santri mengibarkan bendera merah putih kecil sebagai penutup. 

Pertunjukan ini membius ribuan masyarakat yang menyaksikan termasuk Bupati Gunungkidul Badingah, Wakil Bupati Immawan Wahyudi, dan Ketua DPRD Gunungkidul Suharno.

Contoh Daerah Lain

Ketua Panitia hari Santri Gunungkidul, Taufik Ahmad Sholeh mengatakan, perayaan Hari Santri yang melibatkan tokoh agama lain, merupakan pertama kalinya di Indonesia.

Pertunjukan ini merupakan bagian dari Hari santri Nasional 2017. Sebelumnya diadalah apel akbar, istighasah kubro, orasi kebangsaan, serta ijazah jalbur rizki. Puncaknya adalah pertunjukan drama kolosal.

"Ini akan menjadi contoh bagi daerah lain, di mana anak bangsa bekerjasama membangun negeri," ucapnya.

Bupati Gunungkidul Badingah mengatakan, pertunjukan yang melibatkan tokoh lintas iman ini merupakan penggambaran Indonesia.

"Ini salah satu contoh bagi masyarakat, kebersamaan antar umat beragama merupakan wujud kebhinekaan dan bisa diimplementasikan bagi kehidupan sehari-hari," tuturnya.

Ketua DPRD Gunungkidul Suharno mengapresiasi pelibatan tokoh agama dan umat agama lain dalam pertunjukan yang berdurasi sekitar satu jam itu. "Begilah Indonesia seharusnya, setiap kelompok menanggalkan latar belakangnya untuk membangun negara," tandasnya.

Salah seorang Penonton, Adhitya mengaku, sebagai warga Gunungkidul ia bangga. Karena daerahnya mampu mampu menjadi contoh bagi daerah lainnya, di mana kerja sama antar umat beragama terjalin dengan sangat baik.

"Melihat pemainnya berasal dari tokoh lintas iman dan mampu menyajikan pertunjukan yang apik. Di dalam cerita tadi juga disisipi tentang pesan moral kehidupan berbangsa," ucapnya.

https://regional.kompas.com/read/2017/10/23/05565181/indahnya-kebersamaan-dalam-peringatan-hari-santri-nasional

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke