Salin Artikel

Tjong Young GCA, Acara Pelestari Keroncong Pesisiran

Musik keroncong yang syahdu mendayu maupun rancak tanpa jingkrak tercipta dari perpaduan bunyi gitar melodi,bass, kentrung, cak, flute, saxophone, cello.

Sayangnya, tidak semua kalangan bisa menerima jenis musik ini. Hal tersebut tak ditepis oleh Prilastono Nugroho pimpinan Orkes Keroncong Gita Citra Alam (GCA) Demak.

"Orang yang belum kenal keroncong pasti akan menganggap musik ini 'ngantuki', dan susah dinyanyikan. Tapi begitu bisa menjiwai, maka timbul cinta yang luar biasa terhadap keroncong," kata Prilastono dalam acara Launching Tjong Young GCA di Hotel Citra Alam Demak, Sabtu (14/10/2017) malam.

(Baca: Upaya Melestarikan Keroncong Tugu di Kalangan Anak Muda)

Pria yang sudah satu dasawarsa ini mengabdikan hidupnya untuk 'nguri-uri' Keroncong, tak kenal lelah terus berusaha mengembangkan bibit penerus keroncong di Kota Wali ini.

"Ini juga berkat dukungan dari Eyang Waljinah, yang terus memotivasi GCA agar selalu bersatu padu melestarikan keroncong Indonesia," ujarnya mantap.

Dihadiri oleh Maestro Keroncong Indonesia (Waljinah), para undangan datang dari dari Jombang, Lamongan, Demak, Jogyakarta Semarang, Pati, Bandung, Pemalang, Solo.

Acara ini dibuka dengan penampilan Tjong Young GCA dengan vokalis cilik, Pinayung Adonay (10)  siswi Kelas 5, SD YSKI Semarang. Suaranya yang bening membahana membawakan Gita Bahana Pancasila.

Mujadid Setyanto, ketua panitia Launching Tjong Young GCA Demak menyatakan harapannya terhadap eksistensi kaum muda yang mau menggeluti dunia keroncong.

"Malam ini adalah even ruwat dan rawat Keroncong dengan launching Tjong Young yang anggotanya adalah kaum muda. Tjong Young jika dibaca _cong yang_memang sama dengan jenis minuman keras yang populer di Semarang. Jika Congyang minuman bisa populer di kalangan para peminum, maka Tjong Young diharapkan juga mampu menjadi idola bagi penikmat musik keroncong," ucap Mujadid.

Menurut Mujadid, spesialisasi Tjong Young GCA adalah keroncong pesisiran yang lebih dinamis dibandingkan dengan keroncong yang dimainkan di Solo dan lainnya.

"Kami terbawa oleh kultur masyarakat pesisir yang dinamis, ceria sehingga irama musiknya pun lebih 'menghentak' dan cepat ritmenya," jelasnya.

Sementara itu Sang Maestro Keroncong, Waljinah yang menyempatkan diri hadir dalam launching Tjong Young GCA Demak terlihat haru dan bersyukur karena ada anak anak muda yang mau menggeluti musik keroncong di saat kawan kawan seusianya mayoritas sedang mabuk euforia dengan jenis musik lain yang dianggap lebih ngetrend.

Tampil membawakan lagu Bengawan Solo, Jangkrik Genggong dan Walang Kekek, Sang maestro yang kini berusia 72 tahun  ini masih bisa menghibur penggemarnya dengan suara khas dan guyonan kecil yang berhasil memancing tawa para penonton.

Tamu undangan yang semula duduk tertib mendadak merangsek maju ketika Si 'Walang Kekek' mulai melantunkan suara emasnya, tepuk tangan membahana masih dipersembahkan untuk dedikasi eyang Waljinah dalam dunia keroncong.

Sayangnya, sang maestro harus kembali ke Solo malam itu juga karena ada undangan yang sudah menunggunya.

Semoga gema lagu Walang Kekek akan terus melekat di hati para pendengarnya.

"...Walang kekek, sampun rampung........." 

https://regional.kompas.com/read/2017/10/15/09421411/tjong-young-gca-acara-pelestari-keroncong-pesisiran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke