Salin Artikel

Grandprix Thomryes, Doktor Muda dari Timur Indonesia

Pemuda asa Kupang, Nusa Tenggara Timur itu dinyatakan lulus dengan nilai cumlaude setelah berhasil mempertahankan disertasinya pada Sidang Terbuka Sekolah Pasca Sarjana FMIPA Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Jumat (22/9/2017).

Disertasinya mengangkat topik tentang zeolite sintesis, mekanisme, dan peningkatan hierarki zeolit ZSM-5. Pemuda yang menyukai karakter kartun Sinchan itu menyelesaikan program percepatan studi S2 dan S3 dalam kurun waktu hanya empat tahun.

Rasa gelisah menyelimuti perasaan Okto dan Yane saat menyaksikan putra pertamanya memaparkan hasil disertasinya.

Okto, Yane beserta dua adik Grandprix duduk di barisan kedua tepat di belakang penguji. Rasa tegang kembali hinggap sewaktu Grandprix dicecar puluhan pertanyaan oleh para penguji. Namun, kekhawatirannya itu hanya berlangsung sekitar sejam. Rasa lega tercipta setelah penguji memberikan nilai sangat memuaskan.

"Sebagai orangtua kami bangga dia anak yang baik saya bangga," kata Okto yang sempat menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Kupang.

Prestasi yang ditorehkan Grandprix berasal dari pola asuh keluarga yang menerapkan hidup disiplin. Okto mengatakan, sejak kecil Grandprix memang sudah dituntut hidup mandiri dan dibiasakan untuk selalu disiplin.

"Awalnya, ya biasa saja dia saya didik dengan disiplin dari kecil, dari kecil sudah kelihatan dia orangnya nurut sama orang tua," ucap Okto.

"Memang saya kira berawal dari pola hidup disiplin setiap anak harus dididik disiplin. Sejak kecil Grandprix mandiri, masak sendiri, siapin sekolah sendiri, tidak pernah terlambat. Saya tidak pernah kasih dia uang lebih untuk makan di sekolah, makan di rumah saja," tambahnya.

Yane menuturkan, kecerdasan yang dimiliki Grandprix sudah tampak sejak mengenyam bangku sekolah dasar. Grandprix sudah masuk SD di usia lima tahun. Dia melanjutkan pendidikan SMP dan kelas akselerasi di SMA.

Di masa itu lah, ketertarikan Grandprix pada dunia Kimia mulai terlihat. Dia pun beberapa kali menyabet medali olimpiade sains. Grandprix yang kala itu masih berusia 16 tahun melanjutkan studinya mengambil jurusan Kimia di Universitas Indonesia (UI). Dia lulus mejadi sarjana di usia 19 tahun dan mendapat predikat cumlaude.

"Waktu di SMA dia akselerasi. Dia diundang oleh Universitas Indonesia (UI) karena waktu itu dia juara olimpiade sains untuk Indonesia Timur. Saat itu, UI meminta untuk mengambil salah satu fakultas jurusan. Papanya mau kedokteran apalagi masuknya bebas biaya, tapi dia enggak mau. Dia maunya kimia, kita ikut saja," tututrnya.

Setelah lulus di UI, Grandprix sempat ditawari melanjutkan kuliah di Korea Selatan. Namun Grandprix menolak. Alih-alih terpikat bersekolah di luar negeri, Grandprix memilih mengambil program beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) yang digulirkan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di tahun 2013.

Program ini memungkinkan sarjana unggulan bisa menyelesaikan program S2 dan S3 dalam kurun waktu empat tahun.

Selama studi S3 di ITB, waktu yang ada digunakan untuk melakukan penelitian secara penuh menyelesaikan disertasinya.

"Dia menolak ke luar negeri karena tidak mau dimanjakan fasilitas. Dia memilih sekolah di ITB agar merasakan jerih payahnya," kata wanita yang punya gelar insinyur peternakan itu.

Asal nama Grandprix

Selain prestasinya, nama Grandprix yang unik pun menjadi perhatian. Okto, sang ayah bercerita mengenai asal-usul mengapa anaknya diberi nama Grandprix. Menurut dia, nama Grandprix diambil dari kompetisi balap jet darat, Grandprix Formula 1.

"Nama itu memang keinginan dari saya supaya dia seperti Grandprix Formula 1. Dia harus cepat dan kekuatannya kan di ban, dia harus menerima beban keluarga," ucap Okto.

Sementara Thomryes Marth Kadja merupakan penggalan nama dari kakek nenek serta orangtuanya. "Walaupun orang bilang apa arti sebuah nama tapi nama itu saya kasih tujuannya untuk itu," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2017/09/22/22580041/grandprix-thomryes-doktor-muda-dari-timur-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke