Salin Artikel

Gelegak Nasionalisme dalam Kreasi Mural di Solo pada Hari Kemerdekaan

Karya seni lukis tembok menjadi daya tarik bagi warga Kota Solo dalam peringatan kemerdekaan ke-72 RI.

Salah satu seniman kawakan Indonesia, Sardono W Kusuma menjelaskan, ide menghias tembok tersebut berawal dari keinginan kaum muda di Kota Solo untuk memaknai nasionalisme melalui sebuah karya lukis.

Diskusi panjang dilalui bersama para seniman muda di Solo, hingga akhirnya muncul keinginan untuk mengangkat street art di salah satu tembok di kawasan perempatan Nonongan, Kecamatan Serenga, Kota Solo, Jawa Tengah.

"Kami berdiskusi panjang, mulai dari kenapa harus mural dan apa yang akan diangkat. Kami dan anak anak muda Kota Solo menyebutnya street art yang menjadi gelegak nasionalisme," kata Sardono, Jumat (18/8/2017).

Sardono menjelaskan bahwa proses melukis tersebut direncanakan selesai dalam 10 hari. Hingga saat ini, penggarapannya masih dilakukan oleh sejumlah seniman.

Sejumlah lukisan tokoh kemerdekaan dan slogan pada zaman perjuangan tak luput tertoreh, semisal slogan "Indonesia Never Again the Life Blood of Any Nation" yang pernah tertulis di tembok di Kota Jakarta usai Proklamasi.

Selain itu juga terlihat lukisan dua proklamator, Soekarno-Mohammad Hatta. Lukisan kedua tokoh tersebut tampak sedang berorasi di depan ribuan masyarakat.

Adapun salah satu lukisan yang menjadi daya tarik warga adalah sosok Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.


Ekspresi wajah Susi dengan latar belakang lautan, dengan seorang bajak laut di sampingnya, seakan menyampaikan pesan untuk memerangi segala bentuk penjajahan dan penjarahan kekayaan laut di Indonesia.

"Kami mulai menggarap dari pukul 19.00 WIB sampai 06.00 WIB setiap hari sejak hari Minggu lalu," kata Sony, Jumat (18/8/2017).

Sony menambahkan bahwa proses perizinan sudah didapat dari pemilik, yaitu Sardono W Kusuma.

"Pak Sardono sudah memberikan izin dan kami juga berharap pemerintah akan juga memberikan izin lokasi-lokasi lain sebagai media street art di Solo," kata Sony.

Hal senada juga diungkapkan Irul Hidayat, yang menyatakan bahwa karya mural ini diharapkan menjadi inspirasi bagi publik dan memaknai bukan sebagai bentuk konstruktif dan bukan destruktif.

"Karya mural ini menjadi narasi dari historis perjalanan bangsa ini hingga pada situasi penting tentang kedaulatan bangsa dan negara Indonesia kontemporer ini, salah satunya mengangkat kedaulatan sebagai bangsa maritim," kata Irul, Sabtu (19/8/2017).

Hingga saat ini sudah puluhan kaleng cat ludes untuk melukis mural dengan tinggi 6 meter tersebut.

"Saat ini proses pengerjaannya sudah 80 persen dan selain gambar, rencananya juga akan kutipan puisi dari legenda penyair Indonesia, Chairil Anwar," kata Irul.

https://regional.kompas.com/read/2017/08/19/13165731/gelegak-nasionalisme-dalam-kreasi-mural-di-solo-pada-hari-kemerdekaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke